Sahihul Adab Al-Islamiyah: Adab Menerima Hadiah atau Memberinya
Pembaca rahimakumullah, artikel berikut adalah tentang adab menerima hadiah atau memberinya. Artikel ini adalah terjemahan dari kitab Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Semoga bermanfaat. Teruskan membaca!
Adab Menerima Hadiah dan Memberinya
1 – Menerima hadiah walaupun sederhana
Adab menerima hadiah di antaranya adalah menerimanya meskipun sederhana. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Seandainya aku diundang untuk jamuan makan berupa “dziraun” atau “kura’un”, pasti aku penuhi dan seandainya aku diberi hadiah makanan satu paha depan (kambing) atau satu paha belakang pasti aku terima, (Sahih Bukhari: 2568).
PENJELASAN:
1 – Sabda Nabi (ذِرَاعٍ) artinya bagian kaki kambing dari lutut hingga bahu.
2 – Sabda Nabi (كُرَاعٍ) artinya bagian kaki kambing dari lutut hingga telapak kaki.
PELAJARAN:
1 – Nabi Muhammad ﷺ biasa menerima undangan dan hadiah, baik yang besar maupun yang kecil, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 1680).
2 – Perilaku Nabi ﷺ yang seperti ini adalah bagian dari akhlaknya yang mulia dan kepribadian beliau yang baik, (Idem).
3 – Anjuran dan perintah untuk menerima hadiah dan memenuhi undangan, serta makan darinya meskipun dianggap sepele, (Idem).
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Wahai wanita-wanita muslim, janganlah seorang wanita menganggap remeh hadiah dari/untuk tetangganya, sekalipun hanya berupa “firsina syatin,” (Sahih Bukhari: 2566. Sahih Muslim: 1030).
PENJELASAN:
1 – Sabda Nabi (لَا تَحْقِرَنَّ) yang berarti, (Jangan menganggap remeh hadiah), maksudnya adalah:
- Jangan sungkan memberi hadiah meskipun sepele
- Jangan menolak menerima hadiah meskipun sepele.
2 – Sabda Nabi (فِرْسِنَ شَاةٍ) artinya:
- Kuku kambing yang seperti tapak kuda itu, atau
- Tulang yang masih ada sedikit dagingnya, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 16373).
PELAJARAN
1 – Seorang muslim apabila melakukan kebaikan, meskipun kecil atau sedikit, Allah pasti akan membalasnya, (Idem).
2 – Di hadis ini Nabi ﷺ menasihati para wanita dan memerintahkan mereka untuk tidak meremehkan hadiah apa pun yang dihadiah kepada mereka dari tetangganya, (Idem).
3 – Janganlah seorang tetangga enggan memberi sedekah dan hadiah kepada tetangganya, karena sepelenya barang yang ada pada dirinya, (Idem).
4 – Hendaknya seseorang memberi dari apa yang ada dan mudah didapat, meskipun kecil, seperti kuku kambing, karena itu lebih baik daripada tidak, (Idem).
5 – Sesuatu yang sedikit, kalau terus menerus, ia akan menjadi banyak, (Idem).
6 – Saling memberi hadiah, meskipun sedikit, akan membuahkan rasa cinta dan kasih sayang, serta menghilangkan permusuhan, (Idem).
7 – Sungguh, hadiah yang meskipun sedikit, itu justru menunjukkan rasa kasih sayang yang tulus, lebih ringan bagi si pemberi, juga lebih tidak beban untuk diterima oleh si penerima, karena tidak perlu bersusah payah dalam memberi atau membalasnya, (Idem).
2 – Mengajak orang yang hadir bersama kita untuk ikut menikmati hadiah jika dapat dibagi
Adab menerima hadiah selanjutnya adalah mengajak orang yang hadir bersama kita untuk ikut menikmati hadiah, jika hadiah itu bisa dibagi. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa dia pernah mengalami rasa lapar yang sangat. Beliau pernah mengikat beberapa batu di perut beliau, juga karena lapar.
Suatu hari, beliau pernah lewat di jalan yang biasa dilewati para sahabat. Kemudian, sahabat Abu Bakar lewat dan bertanyalah Abu Hurairah kepada Abu Bakar tentang salah satu ayat dari Kitabullah. Sebenarnya, Abu Hurairah sangat berharap Abu Bakar mengajaknya makan, tetapi tidak.
Lalu, lewatlah Umar bin Khattab, dan bertanyalah Abu Hurairah kepada Umar tentang salah satu ayat dari Kitabullah. Sebenarnya, Abu Hurairah sangat berharap Umar mengajaknya makan, tetapi tidak.
Lalu, lewatlah Abul Qasim ﷺ. Ketika melihat Abu Hurairah, Nabi ﷺ tersenyum dan mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh Abu Hurairah. Kemudian, Rasulullah ﷺ memanggil Abu Hurairah, “Wahai Abu Hurairah, ayo ikut saya.”
Ketika sampai di rumah Rasulullah ﷺ, Abu Hurairah diizinkan masuk. Di dalam rumah Rasulullah ﷺ ada beberapa mangkok susu. Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya:
Dari siapa susu-susu ini? Kemudian orang-orang di rumah beliau menjawab, “Dari fulan dan fulanah.” Lantas Rasulullah ﷺ bersabda:
Abu Hurairah, pergilah kepada Ahlu Sufah yang lain. Panggil mereka untuk ketemu saya di sini (beliau hendak membagikannya dengan para Ahlu Sufah).
Kemudian Abu Hurairah berkata:
Para Ahli Shuffah adalah tamu-tamu Islam; mereka tidak memiliki keluarga, harta, atau siapa pun untuk bergantung. Jika Rasulullah ﷺ menerima sedekah, beliau mengirimkannya kepada mereka dan tidak mengambil sedikit pun darinya. Namun, jika beliau menerima hadiah, beliau akan mengirimkannya kepada mereka, turut mengambil sebagian darinya, dan berbagi dengan mereka, (Sahih Bukhari: 6452).
PELAJARAN:
1 – Seseorang yang menerima hadiah sebaiknya berbagi dengan orang yang hadir bersamanya, (Al-La-ali Al-Bahiyyatu).
2 – Menyembunyikan hajat adalah lebih didahulukan daripada menampakkannya, (Mausuatul Ahadisin Nabawiyah: 66349).
3 – Memberikan hadiah untuk mempererat hubungan hati
Imam Bukhari meriwayatkan Abdullah bin Abu Mulaikah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi ﷺ mendapat hadiah beberapa potong baju yang terbuat dari sutera yang berkancing emas. Kemudian, beliau ﷺ membagi-bagikannya kepada para sahabat dan menyisakan satu potong untuk Makhramah bin Naufal.
Maka, Makramah pun datang bersama anaknya, Al-Miswar bin Makhramah yang kemudian berdiri di depan pintu seraya berkata, “Panggilkan beliau untuk saya.”
Kemudian, Rasu mendengar suaranya, lantas beliau mengambil satu baju yang tersisa dan beliau berikan kepadanya seraya memperlihatkan betapa bagusnya baju tersebut sambil berkata (dengan suara yang lembut, padahal Abul Miswar ini kalau berbicara suaranya keras):
Wahai Abu Al-Miswar! Sengaja aku sisakan untukmu. Wahai Abu Al Miswar! Sengaja aku sisakan untukmu, (Sahih Bukhari: 3127).
PELAJARAN:
1 – Dianjurkan memberikan hadiah untuk mempererat hubungan hati, (Al-La-ali Al-Bahiyyatu),
2 – Dianjurkan menyambut tamu dari depan pintu, (Idem).
3 – Lemah lembutnya Nabi dalam berbicara kepada seseorang yang memiliki sifat keras agar dapat melunakkan hatinya, (Idem).
4 – Berterima Kasih kepada Pemberi Hadiah
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Siapa yang diberi suatu pemberian kemudian dia mempunyai sesuatu, hendaklah dia balas memberinya. Jika tidak mempunyai sesuatu, hendakah dia memujinya. Siapa yang memujinya (si pemberi) berarti dia telah bersyukur, dan siapa yang menutupinya maka dia telah mengkufurinya (nikmat), (Sunan Abu Dawud: 4813).
Imam At-Tirmizi meriwayatkan dengan sanad yang hasan jayyid garib dari Usamah bin Zaid bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Barang siapa yang diperlakukan dengan baik kemudian dia mengucapkan: ‘JAZAAKALLAAHU KHAIRAN’ maka sungguh dia telah memberikan pujian yang terbaik, (Sunan At Tirmizi: 2035).
PENJELASAN:
1 – Sabda Nabi (فَلْيُثْنِ بِهِ) atau (hendaknya dia memujinya) maksudnya adalah, “Sebagai bentuk pujian, rasa sykur, dan pengakuan atas pemberian tersebut,” (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 89112).
2 – Sabda Nabi (فَقَدْ شَكَرَهُ) atau (sungguh dia telah bersyukur) maksudnya adalah, “dia telah mengakui hak dan keutamaannya serta tidak mengingkarinya,” (Idem).
3 – Sabda Nabi (وَمَنْ كَتَمَهُ) atau (siapa yang menyembunyikannya) maksudnya adalah, “Tidak bersyukur kepada pemberi dan tidak memujinya,” (Idem).
4 – Sabda Nabi (فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ) atau (sungguh dia telah memberikan pujian yang terbaik) maksudnya, “Telah sangat baik dalam menyampaikan rasa terima kasihnya; karena dengan mengucapkan itu, dia mengakui ketidakmampuannya untuk membalas dan memuji kebaikan tersebut, sehingga dia menyerahkan balasannya kepada Allah agar memberi balasan yang lebih sempurna,” (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 12115).
PELAJARAN:
1 – Anjuran berterima kasih kepada orang yang memberikan kebaikan, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 89112).
2 – Mengakui keutamaan bagi orang yang berhak dan memuji mereka, (Idem).
3 – Hadis ini mengandung anjuran untuk membalas kebaikan dan hadiah dengan cara yang baik, meskipun hanya dengan doa, (Idem).
5 – Memberikan Hadiahkepada yang lebih Penting Terlebih Dahulu ataukepada yang Paling Dekat
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata:
Ya Rasulullah. Saya punya dua tetangga. Kepada yang mana hendaknya saya beri hadiah?
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
Kepada salah satu yang paling dekat dengan pintumu, (Sahih Bukhari: 2259).
PENJELASAN
Mendahulukan yang dekat karena lebih sesuai dengan perintah Allah di dalam Quran:
Kepada tetangga yang ada hubungan kerabat (atau dekat secara geografis), serta tetangga yang tidak ada hubungan kerabat (atau jauh secara geoografis), juga kepada teman sejawat, (QS An-Nisa: 36).
Selain itu:
Tetangga adalah yang paling banyak tahu tentang keberadaan seseorang. Tetangga yang dekat bisa melihat apa yang masuk ke rumah, entah itu hadiah atau yang lainya.
Juga:
Tetangga yang dekat adalah yang paling cepat dalam memberi bantuan ketika terjadi sesuatu yang krusial, terutama di waktu-waktu lalai.
6 – Tidak Menolak Wewangian atau Bunga
Di antara adab menerima hadiah adalah tidak menolak wewangian atau bunga. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Barangsiapa ditawarkan kepadanya wewangian maka janganlah menolaknya, karena sesungguhnya wangian-wangian itu ringan bebannya dan harum baunya, (Sahih Muslim: 2253).
PENJELASAN
1 – Sabda Nabi (خَفِيفُ الْمَحْمِلِ) maksudnya, “Mudah untuk diberikan, dan tidak menjadi beban yang berat bagi orang yang menerimanya.”
2 – Sabda Nabi (طَيِّبُ الرِّيحِ) maksudnya:
Karena ia adalah sesuatu yang bisa dinikmati seseorang untuk dirinya sendiri dan bisa pula dinikmati orang lain.
PELAJARAN
1 – Di dalam hadis ini terdapat isyarat untuk menjaga hati orang lain, dengan menerima hadiah mereka, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 17960).
2 – Memberi dan menerima hadiah adalah salah satu pintu menuju kebaikan dan sebab timbulnya rasa cinta dan keterkaitan di antara manusia, (Idem).
7 – Ada Alasan-alasan yang Membolehkan Menolak Hadiah
Lalu tentang adab menerima hadiah, ada beberapa hal yang membolehkan untuk menolak hadiah. Imam Abu Dawud meriwayatkan, dan disahihkan Al-Albani, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Demi Allah, saya tidak akan menerima hadiah dari seorang pun setelah hari ini, kecuali dia seorang Muhajir dari Quraisy, atau seorang Anshar, atau orang Daus, atau orang Tsaqif, (Sunan Abu Dawud: 3537).
PENJELASAN
Mengapa Rasulullah ﷺ sampai bersumpah demikian?
Karena pernah Rasulullah ﷺ menerima hadiah dari beberapa suku Arab dan Rasulullah membalas pemberian mereka, sesuai kemampuan mereka. Hingga suatu saat, Rasulullah ﷺ mendapat hadiah dari Suku Fazarah berupa unta, yang kemudian Nabi ﷺ membalas pemberian tersebut sesuai kemampuan beliau, yaitu enam ekor kambing betina.
Akan tetapi, suku tersebut tidak puas dengan balasan Nabi ﷺ, bahkan mereka kesal dengan balasan beliau ﷺ.
Suku-suku yang disebutkan Nabi ﷺ dalam hadis ini adalah suku yang memang memiliki sifat dermawa, tidak mengharap balasan atas pemberian mereka.
PELAJARAN
1 – Makruh menerima hadiah dari orang yang mengharapkan balasan yang lebih besar, (Al-La-ali Al-Bahiyyatu).
2 – Keutamaan kaum yang disebutkan di dalam hadis tersebut, (Idem).
3 – Tidak sepantasnya orang yang memberi hadiah memaksakan dirinya untuk memberikan sesuatu yang sebenarnya tidak mampu dia berikan, (Idem).
4 – Hadiah bisa berupa sesuatu yang sedikit, (Idem).
Di antara alasan yang menjadikan kita boleh menolak hadiah adalah:
1 – Menghindari riya
2 – Menghindari utang budi
3 – Menghindari fitnah
4 – Menghindari ketergantungan
5 – Menghindari pemberian yang tidak halal
6 – Menghindari pemberian dengan maksud tertentu (bersyarat).
Wallahua’lam
Karangasem
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan menempatkan ibunya di surga. Amin)