Adab Makan: Tidak Menghina Makanan
Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, di antara adab seorang muslim ketika makan adalah seperti yang ditulis oleh Syekh Wahid Abdussalam dari Hafizahullah di dalam kitabnya Shahihul Adab Al Islamiyah:
Tidak Menghina Makanan.
HADIS 350
Di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa:
“Nabi ﷺ tidak pernah menghina makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, beliau akan memakannya. Apabila beliau tidak menyukainya, beliau akan meninggalkannya,” (Sahih Bukhari: 3536. Sahih Muslim: 2064).
PENJELASAN
Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani hafizahullah berkata:
Yang dimaksud dengan “isytahaahu” adalah:
Apabila beliau menyukainya, beliau akan memakannya apa adanya.
Yang dimaksud dengan “apabila beliau tidak menyukainya, beliau meninggalkannya,” adalah:
“Tidak mencela makanan itu.”
Imam An-Nawawi Rahimahullah ketika menjelaskan contoh ungkapan yg berisi penghinaan terhadap makanan yaitu:
“Ini terlalu asin. Ini kurang asin. Ini kecut. Ini terlalu keras, ini terlalu lembek. Ini belum matang, juga ungkapan lain yang semisal.”
PELAJARAN
Beberapa hukum atau pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadis ini di antaranya:
Kesempurnaan akhlak Nabi ﷺ.
Apabila seseorang menghina makanan yang tidak dia sukai, sungguh dia telah menolak rezeki Allah kepadanya.
Nikmat dari Allah ta’ala tidak boleh dihina atau dicela, kita justru wajib mensyukurinya. Kita harus memuji Allah atas nikmat berupa makanan itu. Kita tidak harus melakukan apa-apa atas makanan tersebut. Sebaliknya, makanan itu adalah karunia yang diberikan oleh Allah dengan sifat adil-Nya.
Wallahu’alam bish shawwab
Kitab: Al-Laaliu Al-Bahiyyatu Syarah Sahih Al-Adab Al-Islamiyah
Karya: Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Nguter Sukoharjo)