Adab

Sunnah Menjauh dari Manusia ketika Buang Hajat

Matan Hadis

Dari Abdurrahman bin Abu Qurrad beliau berkata:

خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْخَلَاءِ وَكَانَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ أَبْعَدَ

“Aku pernah keluar bersama Rasulullah ke tempat yang sepi, apabila beliau ingin buang hajat, beliau menjauh.”

Takhrij Hadis

Hadis anjuran menjauh dari manusia ketika buang hajat ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai di dalam kitabnya Sunan An-Nasai nomor 16.

Judul Hadis

Imam An-Nasai memberi judul hadis ini, “Mencari tempat sepi ketika buang air besar atau kecil.” Sedang Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam “Sahih Adab Islamiyah” memasukkan hadis ini dalam bab “Adab Buang Hajat” dengan sub-judul, “Menutup diri dari manusia”. Kata Syaikh Dr. Khalid Al-Juhani, di dalam syarah Sahih Adab Islamiyah, yang dimaksud dengan “Menutup diri” adalah mengambil sutrah (penghalang/pembatas/kain/penutup) supaya tidak dilihat manusia.

Hikmah Hadis

1. Imam Al-Munawi berkata:

بحيث لا يسمع لخارجه صوت ولا يشم له ريح

“Menjauh dari manusia itu agar suaranya tidak terdengar dari luar, juga baunya tidak dicium,” (Faidhul Qadir: 5/93 [6545]).

2. Ketika menjelaskan hadis ini, Imam Al-Munawi menafsirkan “apabila beliau ingin buang hajat” maksudnya apabila buang hajat di gurun pasir. Kemudian beliau menyebutkan pendapat ulama bahwa dalam hal ini tidak ada ukuran seberapa jauh. Hanya saja, Ibnu As-Sakin di dalam Sunannya, juga di Tahzib Al-Atsar li Tabari, juga di Al-Ausath dan Al-Kabir li Tabrani dengan sanad yang jayyid seperti yang dikatakan oleh Al-Wali Al-Iraqi di dalam Syarah Abu Dawud bahwa jika memang seseorang sedang di gurun pasir, yang dimaksud “menjauh” adalah:

على ثلثي فرسخ من مكة أو نحو ميلين أو ثلاثة

“Dua pertiga farsakh (4 km, karena 1 farsakh = 6,24 km) atau sekitar 2 atau 3 mil,” (Idem).

Mungkin pendapat ini juga didasarkan pada hadis Al-Mughirah bin Syu’bah:

قَالَ لِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم خُذِ اَلْإِدَاوَةَ. فَانْطَلَقَ حَتَّى تَوَارَى عَنِّي, فَقَضَى حَاجَتَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ

BACA JUGA:  Hadits Mengusir Orang Duduk dari Majelis

“Nabi mengatakan padaku, ‘Ambillah wadah itu.’ Lalu beliau pergi menjauh dari pandangan orang sampai aku tidak melihatnya lalu beliau buang hajat,” (Sahih Bukhari: 363. Sahih Muslim: 274, 77).

3. Abu Darid berkata:

معنى الإبعاد اتخاذ الكنيف في البيوت وضرب الحجب وإرخاء الستور وإعماق الحفائر ونحو ذلك مما يستر العورة ويمنع الريح

“Makna menjauh adalah menggunakan kamar kecil di dalam rumah, lalu menutupnya, menurunkan satir, di lubang yang dalam, dan yang semisalnya dari apa saja yang bisa menutup aurat dan menghalangi baunya,” (Idem).

4. Kemudian Imam Al-Munawi juga mengutip pendapat Al-Wali Al-Iraqi:

ويلحق بقضاء الحاجة كل ما يستحى منه كالجماع فيندب إخفاؤه بتباعد أو تستر وكذا إزالة القاذورات كنتف  إبط  وحلق  عانة 

“Termasuk ke dalam anjuran menjauh dan menutup diri ketika buang hajat adalah perbuatan apa saja yang memalukan, seperti hubungan badan. Ketika hubungan badan, dianjurkan untuk menyembunyikannya dengan menjauh (ke tempat sepi), atau menutupi. Termasuk pula perbuatan menghilangkan kotoran, seperti mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan,” (Idem).

6. Imam Ibnu Mundzir di dalam Al-Ausath (1/321) mengatakan bahwa apabila sekadar buang air kecil, boleh untuk tidak menjauh dari manusia. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Aku pernah berjalan bersama Nabi . Beliau kemudian datang ke tempat pembuangan sampah yang berada di belakang tembok. Beliau berdiri di situ seperti salah satu dari kalian berdiri untuk buang air kecil kemudian beliau buang air kecil di situ. Aku pun menyingkir dari beliau, namun beliau memberi isyarat kepadaku maka aku pun mendatanginya. Aku berdiri di belakang beliau hingga beliau selesai dari hajatnya.” (Sahih Bukhari: 225 dan Sahih Muslim: 273)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadis ini menjadi dalil bahwa beliau tidak menjauh dari Hudzaifah ketika buang air kecil.”

Mengapa beliau tidak menjauh ketika buang air kecil? Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

“Buang air kecil lebih ringan daripada buang air besar. Ketika buang air besar butuh, seseorang butuh membuka aurat, dan bau yang ditimbulkan juga lebih menyengat. Nah, tujuan menjauh dari manusia adalah untuk menutup diri dari penglihatan mereka. Ini hanya bisa dicapai dengan membentangkan pakaian serta mendekat kepada sesuatu yang dapat menutupi,” (Fathul Bari, 1/411)

BACA JUGA:  Dalil Keutamaan Wudhu: Menghapus Dosa dan Meninggikan Derajat

7. Syaikh Khalid Al-Juhani, ketika menjelaskan hadis ini menyimpulkan beberapa poin hikmah:

– Wajibnya menutup diri ketika sedang buang hajat

– Semangatnya para sahabat Radhiyallahu Anhum dalam mengutip/menceritakan setiap perbuatan nabi menujukkan betapa besarnya cinta mereka kepada beliau

– Kesempurnaan syariat di semua aspek kehidupan.

 

Sukoharjo, 21 Juli 2021

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button