Adab Makan: Tidak Meniup Makanan atau Minuman
Membaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, di antara adab seorang muslim ketika makan adalah tidak meniup makanan atau minuman. Apa hikmah dibalik itu? Teruskan membaca!
Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahhullah di dalam kitabnya Shahihul Adab Al-Islamiyah bab Adab Makan menulis:
Tidak meniup makanan atau minuman.
HADIS 352
Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah meriwayatkan dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata:
Rasulullah ﷺ melarang meniup makanan dan minuman, [Musnad Ahmad: 2813].
PENJELASAN HADIS 352
Definisi larangan (nahi) adalah:
Permintaan dari seseorang yang lebih tinggi kedudukannya kepada seseorang lainnya untuk berhenti dari suatu perbuatan.
Sabda beliau, “meniup makanan” maksudnya meniup masakan.
Salah satu hikmah dari larangan ini adalah
Karena bisa saja makanan atau minuman itu kejatuhan air liur.
HADIS 353
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dan beliau menilainya Hasan Shahih dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu yang berkata:
“Nabi ﷺ melarang meniup minuman.” Lalu seseorang berkata kepada beliau:
“Saya melihat ada kotoran di bejana.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tumpahkanlah.” Kemudian orang itu berkata:
“Tetapi saya ini tidak puas kalau minum hanya satu nafas (satu tegukan).” Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalau begitu jauhkan bejana itu dari mulut (apabila ingin minum beberapa tegukan),” [Jami At-Tirmizi: 1887, Sunan Abu Dawud: 3722].
PENJELASAN HADIS 353
Maksud sabda beliau, “Kalau begitu jauhkan bejana itu dari mulutmu” adalah:
(Jauhkan) dari mulutmu, supaya tidak ada yang masuk atau jatuh ke bejana ketika Anda bernafas, yang jika hal itu terjadi, bejana/air tersebut akan terkontaminasi kotoran (dari hidung yang harus mengambil/mengeluarkan nafas saat meneguk air).
PELAJARAN
Pelajaran atau hukum yang bisa disimpulkan dari kedua hadis di atas di antaranya:
Tidak boleh meniup makanan atau minuman panas.
Siapa saja yang mendapati ada sesuatu pada bejana (makanan/minuman), dia tidak boleh meniupnya, cukup sesuatu itu ditumpahkan/dibuang.
Bolehnya minum dengan sekali teguk (jika harus minum beberapa teguk, jangan bernafas di dalam bejana atau bejananya dijauhkan dari mulut/hidung ketika bernafas).
Kesempurnaan syariat Islam dan luasnya syariat ini di semua sendi kehidupan.
Kitab: Al-La-aliu Al-Bahiyyatu Syarah Sahih Al-Adab Al-Islamiyah
Karya: Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani hafizahullah
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Nguter Sukoharjo)