Adab

Sahihul Adab: Adab Safar atau Bepergian di dalam Islam

Pembaca rahimakumullah, berikut adalah adab safar atau bepergian yang kami terjemahkan dari kitab Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Semoga bermanfaat, teruskan membaca!

آدَابُ السَّفَرِ فِي الْإِسْلَامِ

Adab Safar di dalam Islam

الِاسْتِخَارَةُ

Istikharah

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhuma yang berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا الِاسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ

Dulu Rasulullah ﷺ mengajari kami salat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi, sebagaimana beliau mengajari kami Al-Quran. Beliau bersabda:

إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ

Jika salah seorang dari kalian menghadapi masalah, rukuklah dengan dua kali rukuk, tetapi bukan salat wajib, lalu hendaknya dia berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ

Ya Allah, hamba memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, dan memohon kemampuan dengan kekuasaanMu.

وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

Hamba meminta kepadaMu karuniaMu yang agung, karena Engkau mampu sedang saya tidak mampu, Engkau tahu dan saya tidak tahu, karena Engkau Maha Mengetahui yang gaib.

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ

Ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini. Atau Beliau bersabda: Di waktu dekat atau di masa nanti maka takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya

وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي

Namun sebaliknya, ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini. Atau Beliau bersabda: Di waktu dekat atau di masa nanti maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku darinya dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya kemudian paskanlah hatiku dengan ketetapanMu itu), (Sahih Bukhari: 1166).

BACA JUGA:  Membasahi Bibir dan Kerongkongan Orang yang Sakaratul Maut

PELAJARAN:

1 – Tingginya semangat Nabi ﷺ dalam mengajari para sahabat tentang tawakal kepada Allah di segala urusan.

2 – Disyariatkannya tawasul dengan sifat Allah azza wa jalla.

3 – Penetapan sifat Al-Ilmu dan Al-Qudrah pada Allah ta’ala.

4 – Agungnya Ilmu Allah di semua urusan.

5 – Tidak satu orang pun yang tahu tentang hal-hal yang gaib kecuali Allah azza wa jalla.

6 – Di antara sifat Ibadullah adalah bahwa mereka bertawakal kepada Allah di seluruh urusan.

7 – Disyariatkannya istikharah dalam seluruh urusan dunia.

8 – Dalam urusan akhirat, tidak ada hajat lain kecuali Istikharah.

9 – Orang beriman akan selalu berdoa kepada Allah agar Allah memudahkannya di seluruh urusannya.

كِتَابَةُ الْوَصِيَّةِ

Menulis Wasiat

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ

Tidak boleh bagi seorang muslim yang menginap dua malam sedang dia memiliki sesuatu yang diwasiatkan kecuali hendaknya dia menuliskan wasiat tersebut dan membawa bersamanya, (Sahih Bukhari: 2738).

Faidah lain dari hadis ini bisa dibaca di sini.

الْأَفْضَلُ أَلَّا يُسَافِرَ وَحْدَهُ

Yang Afdal tidak Safar Sendirian

Imam At-Tirmizi meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi ﷺ bersabda:

الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ

“Orang yang berkendara sendirian itu ditemani satu setan. Orang yang berkendara berduaan ditemani dua setan. Orang yang berkendara tiga orang, itulah orang yang (selamat dari gangguan setan selama) berkendara (ketika safar),” (Sunan Abu Dawud: 2607. Jami At-Tirmizi: 1673. At-Tirmidzi: Hasan Sahih).

PENJELASAN:

1 – Bepergian seorang diri adalah satu dari sekian perbuatan setan, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 117685)

2 – Bepergian seorang diri membuat seseorang mudah berlaku tamak, (Idem),

3 – Jika seseorang pergi sendirian kemudian meninggal dunia, tidak ada orang yang mengafaninya, memandikannya, dan mengurus jenazahnya, (Idem),

4 – Setan selalu beruaha membisikkan keburukan pada orang yang sendirian atau sedang berduaan, (Idem),

5 – Safar dengan lebih banyak teman bisa menjadikan perjalanan lebih ringan dan mudah, (Idem).

اخْتِيَارُ الرَّفِيقِ الصَّالِحِ فِي السَّفَرِ

Memilih Teman yang Saleh dalam Perjalanan

Imam At-Tirmizi meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ

Jangan bersahabat kecuali dengan orang beriman, dan jangan ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa, (Sunan At-Tirmizi: 2395).

BACA JUGA:  Adab Ziarah Kubur dari kitab Sahih Adab Islamiyah

PELAJARAN:

1 – Berteman Dengan orang beriman akan menunjukkan kita kepada iman, hidayah, dan kebaikan, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 29472),

2 – Berteman dengan orang yang tidak beriman bisa membahayakan kita, (Idem),

3 – Orang yang bertakwa maksudnya orang yang warak (hati-hati), (Idem),

4 – Anjuran untuk tidak mengundang makan atau datang ke rumah kita orang-orang yang tidak bertakwa, (Idem),

5 – Orang yang bertakwa akan semakin kuat melakukan ketaatan dengan makanan yang Anda beri, (Idem),

6 – Jika orang bertakwa ke rumah kita, dia tidak akan melihat aurat kita atau kekurangan di rumah kita, atau jika mereka melihat kekurangan di rumah kita, dia akan menutupinya, (Idem),

7 – Memberi makan akan menimbulkan rasa kasih sayang dan keakraban, maka hendaknya itu untuk orang yang saleh dan beriman, (Idem).

أَنْ يَسْتَوْدِعَ اللَّهَ أَهْلَهُ وَجِيرَانَهُ وَأَصْحَابَهُ

Menitipkan Keluarga, Tetangga, dan Sahabat kepada Allah

Imam At-Tirmizi meriwayatkan dengan sanad yang hasan sahih dari Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhuma berkata kepada seseorang yang hendak safar:

ادْنُ مِنِّي أُوَدِّعْكَ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوَدِّعُنَا

Mendekatlah kepadaku. Akan aku iringi kepergianmu sebagaimana Rasulullah ﷺ mengiringi kepergian kami:

أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ

Latin: Astaudi’ullaha diinaka wa amaanataka wa khawatima ‘amalika

Arti: Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan akhir dari amalanmu, (Sunan At-Tirmizi: 3433).

PELAJARAN:

1 – Astaudi’ullaha artinya saya meminta kepada Allah azza wa jalla supaya Allah memberi penjagaan kepadamu (dalam hal agama, amanat, dan penghujung amal), (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 120326),

2 – Khawatima ‘amalika maksudnya semoga Allah menjaga penghujung amalmu, sehingga kamu akan senantiasa diberi hidayah untuk meningkatkan amal kebaikanmu, sehingga jika kamu meninggal dunia, kamu meninggal di atas iman dan amal saleh, (Idem).

أَنْ يَدْعُوَ اللَّهَ تَعَالَى بِدُعَاءِ السَّفَرِ

Berdoa kepada Allah dengan Doa Safar

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih-nya dari Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi ﷺ apabila menaiki kendaraan, beliau akan bertakbir tiga kali lalu mengucapkan:

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Latin: Subhanalladzi sakhkhara lanaa hadzaa wamaa kunnaa lahu muqriniina wa innaa ila Rabbinaa lamungqalibuun

Arti: Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat), (QS Az-Zukhruf: 13-14).

BACA JUGA:  Sahihul Adab: Adab Penuntut Ilmu

Kemudian beliau mengucapkan:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنْ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ

Latin: Allahumma Innaa Nasaluka Fi Safarinaa Hadzal Birra Wat Taqwa Wa Minal ‘Amali Maa Tardla Allahumma Hawwin ‘Alainaa Safaranaa Hadza Wathwi ‘Annaa Bu’dahu Allahumma Antash Shaahibu Fis Safari Wal Khaliifatu Fil Ahli

Arti: Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridloi. Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga, (Sahih Muslim: 1342).

خَيْرُ الزَّادِ التَّقْوَى

Sebaik-baik Bekal adalah Takwa

Imam At-Tirmizi meriwayatkan dengan sanad yang Hasan Garib, dan disahihkan oleh Al-Albani, dari Anas Radhiyallahu Anhu yang berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ

Seseorang datang kepada Nabi ﷺ lalu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ سَفَرًا فَزَوِّدْنِي

Ya Rasulullah, saya akan safar. Tolong beri saya bekal.

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى

Latin: Zawwadakallahu at-taqwa.

Arti: Semoga Allah membekalimu dengan ketakwaan.

Kemudian pria itu berkata lagi, “Tambah lagi.” Lantas Rasulullah ﷺ bersabda:

وَغَفَرَ ذَنْبَكَ

Arti: Wa gafara dzanbaka

Latin: Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.

Kemudian pria itu berkata lagi, “Tambah lagi. Demi ayah dan ibuku.” Lantas Rasulullah ﷺ bersabda:

وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ

Latin: Wa yassara lakal khaira haitsumaa kunta

Arti: Semoga Allah memudahkan urusanmu yang baik-baik, di mana pun kamu berada, (Sunan At-Tirmizi: 3444).

PENJELASAN:

1 – Zawwadakallahu at-taqwa maksudnya,”Semoga Allah memberikan pada dirimu ketakwaaan, sehingga bisa melakukan berbagai ketaatan dan menjauhi berbagai kemaksiatan,” (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 35314),

2 – Inilah sebaik-baik bekal, (Idem),

3 – Ada pula yang memaknainya dengan, “Semoga Allah merezekikan kepadamu rasa cukup dari makhluk,”(Idem).

Faidah lain hadis ini bisa dibaca di sini.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ لِلسَّفَرِ يَوْمَ الْخَمِيسِ

Nabi ﷺ Suka Safar di Hari Kamis

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ka’ab bin Malik Radhiyallahu Anhu yang berkata:

لَقَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ إِذَا خَرَجَ فِي سَفَرٍ إِلَّا يَوْمَ الْخَمِيسِ

Sungguh, sedikit sekali apabila Rasulullah ﷺ keluar untuk safar melainkan beliau melakukannya di hari Kamis, (Sahih Bukhari: 2949).

PENJELASAN:

1 – Maksudnya, safarnya Nabi ﷺ di hari selain Kamis begitu jarang, (Al-La-ali Al-Bahiyyatu),

2 – Disukainya melakukan perjalanan di hari Kamis, (Idem),

3 – Tiap-tiap hari memiliki keutamaan yang berbeda-beda, (Idem).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button