Uncategorized

Bersuci Adalah Separuh Keimanan, Sabar Adalah Cahaya

Oleh: Ust. Eman Badru Tamam 

Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy’ari radiyallahu anhu  berkata: Rasulullah bersabda: “Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada diantara langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya; sedekah adalah tanda keimanan bagi yang memberikannya; sabar adalah cahaya; al-Quran adalah hujjah untuk kebahagiaanmu – jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya – dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu – jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu pada pagi harinya menjual dirinya kepada Allah berarti ia memerdekakan dirinya sendiri dari  siksa Allah Ta’ala dan ada yang merusak dirinya sendiri pula karena tidak menginginkan keridhaan Allah Ta’ala.” (Riwayat Muslim)

Penjelasan hadist
Bersuci adalah separuh dari keimanan
Di kalangan masyarakat umum, banyak beredar slogan “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Jika ditinjau dari hadist ini, maka yang lebih tepat bukanlah “kebersihan” tetapi “kesucian” atau “bersuci.” Hal ini karena kebersihan bukan berarti suci, namun jika seseorang itu suci, maka ia sudah pasti bersih.

Berkaitan dengan ini, Iman terdiri dari dua hal; (1) pembersihan dari kekafiran dan (2) menghiasi dhahir dan batin. Hal ini berimplikasi bahwa seorang Muslim harus bersih dari kekufuran, fasiq, dan bara’-nya harus jelas kepada siapa. Jadi disini dituntut untuk suci secara lahiriah dan batiniah.

Alhamdulilah itu memenuhi timbangan
Seorang ulama mengatakan bahwa “Hamdalah adalah amal yang paling utama.” Hal ini karena hamdalah bermakna; (1) pujian kepada Allah, (2) harus diikuti ketundukan, dan (3) ridha kepada qada’ Allah.

Pemahaman di atas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyi, “Sesuatu yang shalih (abadi) adalah kalimat pujian kepada Allah,” kaena hamdalah berarti penegasan oleh hamba bahwa Allah tidak punya kekurangan, sedang manusia adalah lemah.

Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada diantara langit-langit dan bumi
Kedua kalimat mulia tersebut (tasbih dan tahmid) mencakup penyucian Allah dari segala macam kekurangan.

BACA JUGA:  Tanya-Jawab Islam: Bagaimana Kita Menyembah Allah Ta’ala?

Subhanallah berarti: (1) pembersihan Allah dari segala macam kekurangan; (2) Hukum Allah lebih baik dari segala hukum selain hukum Allah; (3) Bukan hanya sekedar ucapan tetapi haris diikuti dengan syarat-syarat tadi.

Shalat adalah cahaya
Sebagai tiang agama, shalat tentunya menjadi ibadah yang paling utama di antara amal-amalan yang lain. Maka tidak heran bahwa seorang Mujahid harus senantiasa menjaga shalat meskipun mereka melakukan amalan yang bernilai sangat besar, yakni Jihad fii sabilillah.

Maka tidak heran jika shalat memiliki banyak keutamaan:
(1) Shalat bisa menerangi qalbu dan wajah orang yang senantiasa menjaga shalat.
(2) Shalat akan membuka pintu ma’rifat kepada Allah ta’ala (membukakan ilmu untuk mengenal Allah)
(3) Shalat menerangi kuburan orang-orang yang shalat
(4) Shalat adalah cahaya di hari kiamat berdasar hadist, “Barangsiapa bisa menjaga shalat (bukan hanya menjalankan shalat namun menjaganya) maka shalat akan menjadi cahaya dan bukti di hari kiamat.”

Sedekah adalah tanda keimanan
Apa yang diberikan Allah adalah titipan maka ia akan menempatkan titipan itu di tempat-tempat yang diperintahkan Allah dan itu adalah bukti iman.

Semua manusia pasti cinta harta dan jiwa ada kecenderungan untuk menjadi pelit dan kikir terhadap hartanya. Maka jika seseorang itu beriman kepada Allah, maka ia tidak akan pelit terhadap hartanya. Jika dianalogikan terhadap percintaan dua orang manusia, maka salah satu daripadanya akan rela berkorban demi mendapatkan cinta dari pasangannya.

Sabar adalah pelita pula
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak; dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui,” (Yunus: 5).

Perlu diperhatikan bahwa cahaya memiliki pengertian yang sedikit berbeda dengan pelita. Dalam ‘pelita’ ada sifat panas, seperti pelita yang dihasilkan oleh lampu pijar atau lampu minyak.

BACA JUGA:  Idad dalam Quran

Sabar sendiri bersifat panas, karena sabar merupakan hal yang berat. Hal ini bisa dilihat pada bagaimana perasaan orang-orang yang sedang ditimpa musibah atau ujian.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button