Jarang Bertemu Niscaya Menambah Rasa Cinta
Irfan Nugroho
Silaturahmi menduduki posisi penting dalam syariat Islam, hingga Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekerabatan (silaturahmi),” (HR Muslim 4636).
Terlebih dari itu, perintah menjaga hubungan kekerabatan (silatirahmi) ternyata juga diperintahkan oleh Allah Ta’ala secara langsung dalam Surat An-Nisa Ayat pertama, “…dan peliharalah hubungan silatirahim…” (QS An-Nisa: 1).
Ada banyak keutamaan dalam menjaga tali silaturahmi, antara lain dimudahkannya seseorang terhadap pintu-pintu rezeki dari Allah Ta’ala sebagaimana yang dijanjikan Allah Ta’ala melalui lisan mulia Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasalam yang bersabda:
“Barangsiapa merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah ia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi),” (HR Muslim 4638).
Hanya saja, ada satu hal harus diperhatikan agar kemudian upaya menyambung tali silaturahmi tidak membuat cinta atau rasa kasih sayang antar sesama muslim menjadi pudar.
Apa sebab cinta sesama muslim menjadi pudar karena menyambung silaturahmi? Ya, jika iman seorang mukmin bisa naik dan turun, demikian pula rasa kasih sayang sesama muslim yang tidak luput dari rasa jenuh atau bosan yang kemudian berujung pada memudarnya rasa kasih sayang tersebut.
Seorang cucu yang setiap hari tinggal bersama kakek atau nenek, dalam banyak kesempatan sering kita jumpai mendapat perlakuan yang berbeda dengan seorang cucu yang mengunjungi nenek atau kakeknya tidak terlalu sering.
Seorang suami tentu akan merasakan rindu yang mendalam pada istrinya ketika sang suami bekerja di kantor, atau pasar, atau sawah yang lokasinya jauh dari rumah yang di rumah itulah sang istri menunggu sang suami untuk kembali pulang.
Lain halnya jika kemudian seorang suami bekerja di kantor atau tempat yang sama dengan istrinya hingga kemudian rasa rindu itu pun senantiasa terobati – bahkan overdosis – hingga membuat rasa cinta dan rindu terhadap istri atau suami berkurang.
Kita pun, dalam banyak kesempatan, tentu akan merasa risih jika mendapati salah satu saudara kita sesama muslim terlalu sering mengunjungi kita di kediaman kita.
Meski dengan niatan baik untuk menyambung silaturahmi, namun kita pun tak bisa mengelak bahwa privasi istri menjadi terganggu karena harus selalu mengenakan jilbab meski di rumah karena ada tamu yang bukan muhrim yang terlalu sering berkunjung ke rumah kita.
Oleh karena itulah, Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi Wasalam mengajari kita umat Islam untuk tidak terlalu sering dalam mengunjungi saudara kita sesama muslim.
Bukan melarang saling mengunjungi sesama muslim, namun mengurangi frekuensi kunjungan manakala kita merasa kunjungan kita terlalu sering, dan kungjungan kita yang terlalu sering tersebut telah menimbulkan gangguan bagi privasi saudara muslim kita tersebut.
Mengurangi frekuensi kunjungan kita terhadap saudara sesama muslim yang terlalu sering diniatkan bukan untuk memutuskan hubungan kekerabatan (tali silaturahmi), melainkan agar rasa cinta atau rasa kasih sayang kita sesama saudara muslim semakin bertambah.
Dalam sebuah riwayat yang dinilai daif oleh banyak ulama disebutkan:
“Bertemunya jarang-jarang saja, niscaya cintamu akan bertambah,” [HR Ibnu Hibban dalam Sahih Ibnu Hibban: 620. Beliau mengeluarkan hadis ini dalam sahihnya]. Wallahu’alam bish shawwab.