إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم رقيبا. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم و يغفر لكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. ألا فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار. اللهم فصل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتٍ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“
Oleh Irfan Nugroho
Jamaah Jumat Rahimatulullah
Tiada kalimat yang layak terucap dari seorang hamba yang mengaku bertauhid setiap harinya selain ucapan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan lafal Alhamdulillah, yang lantas diikuti dengan ungkapan syukur melalui kalbu dan diwujudkan dengan perbuatan jasmaniah berupa ketaatan dan ketundukan kita kepada syariat yang mulia, syariat Islam, berdasarkan Quran dan Sunnah, mengikuti pemahaman para salaf as-salih.
Selawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, uswah khasanah kita, Muhammad bin Abdullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, manusia paling baik akhlaknya, paling pengasih dari kalangan manusia, paling penyayang daripada seluruh makhluk ciptaan Allah Jalla Jalaalaah, juga kepada keluarga beliau, sahabat beliau, tabi’in, tabi’ut tabi’in, ulama, dan seluruh umat Islam yang senantiasa meniti jalan kebenaran di atas syariat Islam yang kaffah.
Jamaah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala…
Taruhlah misalnya di depan kita saat ini ada dua gelas air berwarna putih, ya! Putih, bukan bening. Yang satu adalah campuran air bening dengan gula dan susu atau biasa disebut air susu, sedang gelas satunya adalah campuran air bening, gula dan kapur atau gamping, atau biasa disebut air kapur.
Mana yang akan kita minum dari keduanya? Mana yang berfungsi sebagai minuman? Dan mana yang berguna bagi tubuh kita? Ya! Kita semua sepakat bahwa kita akan memilih air susu sebagai minuman yang halal dan menyehatkan, bukan air gamping atau air kapur untuk kita minum sebagai pelepas dahaga. Serupa, tapi tak sama.
Begitulah kiranya gambaran sederhana dari apa yang kita sebut dengan syariat Islam. Ajaran mulia yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Shalalllahu ‘Alaihi Wasallam ini telah turun dengan sempurna. Tiada perlu lagi penambahan ini itu dan lain sebagainya. Tiada perlu pula bagi kita umat di akhir zaman ini untuk mengadaptasi atau menyerupai ajaran agama lain, pemahaman lain, kepercayaan lain dengan ajaran Islam yang telah sempurna.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS Al-Maidah: 03).
Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala…
Seperti halnya air susu dengan air kapur, keduanya serupa tetapi tidaklah sama. Sama-sama putih, tetapi yang satu tidaklah baik untuk tubuh, sedang satunya lagi memiliki banyak manfaat jika dikonsumsi.
Oleh karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya melarang kita umat Islam untuk menyerupai orang-orang kafir di luar Islam. Islam memiliki ajaran atau syariat sendiri, sedang agama atau kepercayaan di luar Islam juga memiliki aturan dan ajaran mereka masing-masing.
ثُمَّ جَعَلْنَٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْرِ فَٱتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui,” (QS Al-Jaatsiyah: 18).
Juga dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang sudah akrab di telinga kita:
مَنْ تَشَبَهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk golongan mereka,” (HR Abu Dawud, No. 4031, Shahih menurut Syeikh Al-Albani dan Syeikh Ahmad Syakir).
Salah seorang sahabat, Abdullah bin Amru, ketika menjelaskan hadist tersebut mengatakan, “Barangsiapa tinggal di negeri orang-orang musyrik, mengikuti Nairuz (hari raya tahun baru Persia) dan festival mereka, serta menyerupai mereka, sehingga ketika ia mati masih dalam keadaan demikian, maka ia akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat” (dalam Al-Qahthani, 2010: 286).
Akan tetapi, jamaah Jumat rahimatulullah… Tasyabuh atau menyerupai orang kafir memiliki beberapa tingkatan, ada yang makruh, haram, dan sangat haram. Asy-Syeikh Said bin Ali Al-Qahthani (2010: 290-291) menjelaskan tiga tingkatan larangan tasyabuh:
Pertama, makruh. Tasyabuh hanya sekedar makruh ketika “sesuatu yang diyariatkan dalam satu syariat, atau sesuatu yang disyariatkan bagi kita (umat Islam), tetapi mereka (orang kafir) juga mengerjakannya.”
Contoh tasyabuh dalam hal ini adalah Puasa Asyura atau puasa pada tanggal 10 Muharram. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan puasa pada tanggal tersebut, padahal di tanggal tersebut, kaum Yahudi juga melaksanakan puasa sebagai peringatan atas diselamatkannya mereka dari kejaran Fir’aun.
Kedua, tasyabuh menjadi haram ketika ada penyerupaan terhadap “sesuatu yang telah disyariatkan, padahal syariat tersebut telah di-nasakh (dihapus) secara total.”
Dulu kaum Yahudi diperintahkan oleh Allah melalui Nabi Musa Alaihissalam untuk melakukan puasa dan sembahyang. Oleh karena Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah turun secara sempurna, maka puasa dan sembahyang umat Islam pun menjadi berbeda dengan sembahyang dan puasanya kaum Yahudi. Sehingga kini, umat Islam dilarang menyerupai tatacara kaum Yahudi dalam berpuasa dan bersembahyang.
Tingkatan tasyabuh yang ketiga adalah tasyabuh atau penyerupaan pada “ibadah-ibadah atau tradisi-tradisi, yang diada-adakan oleh orang-orang kafir.”
Tingkat keharaman pada tasyabuh ini jauh lebih tinggi, atau lebih haram daripada tasyabuh pada level sebelumnya. Keduanya sama-sama haram, tetapi menyerupai inovasi peribadatan atau inovasi tradisi orang-orang kafir adalah jauh lebih haram.
Jika melakukan bid’ah yang diciptakan oleh ahlul bid’ah dari kalangan umat Islam saja kita dilarang, bagaimana dengan melakukan bid’ah yang diciptakan oleh orang-orang kafir? Naudzubillah tsumma naudzubillah…
وَٱلْعَصْر ِ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ ِ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ شَرَعَ لِعِبَادِهِ الجُمَعَ وَالجَمَاَعَاتِ لِيُطَهِّرَهُمْ بِهَا مِنَ السَّيِّئَاتِ وَيَرْفَعُ بِهَا الدَّرَجَاتِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِيْ رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ وَالأَسْمَاءِ والصِّفَاتِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً ا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَنْزَلَ عَلَيْهِ ا يْآلَاتِ البَيِّنَاتِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah shalat Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Bulan Februari senantiasa menjadi bulan penuh fitnah. Bulan di mana begitu banyak generasi muda umat Islam di Indonesia ini terjangkit virus berbahaya yang disebut dengan tasyabuh.
Banyak dari generasi muda kita yang beranggapan bahwa ajaran Islam tentang kasih sayang belum sempurna hingga harus merayakan hari kasih sayang yang kini marak dengan sebutan Valentine Day. Tahun ini, Valentine Day akan dirayakan oleh kaum kafir, serta sebagian generasi muda umat Islam bermental pengekor atau pembebek pada besok, Sabtu 14 Februari 2015.
Sebagaimana perayaan-perayaan Valentine Day di tahun-tahun sebelumnya, ia selalu diwarnai dengan begitu banyak hal-hal berbau mesum, mulai dari diskon 50% untuk “pasangan kekasih” yang menginap di hotel pada hari itu, promo coklat berhadiah kondom, hingga pengadaan ATM kondom di beberapa obyek wisata. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un…
Untuk para ayah… Ayah punya kewajiban untuk menjaga diri ayah dan keluarga ayah dari siksa api neraka.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” (QS At-Tahrim: 06).
Ayah punya kekuatan, wewenang, dan otoritas untuk mengatur roda pemerintahan di dalam keluarga ayah dengan syariat Islam. Ajarkan kepada putra-putri ayah untuk menghindari sikap tasyabuh terhadap ajaran orang-orang kafir, baik itu berupa Valentine Day, maupun tradisi-tradisi yang lain yang bersumber dari selain Islam. Pantau kami putra-putri ayah agar tidak terjerumus menjadi korban dari “hari kasih sayang” yang sejatinya adalah “hari bermesum ria.”
Untuk seluruh pemangku jabatan, dari tingkat RT hingga Presiden… Amanah besar tertumpu di pundak Anda sekalian. Anda memiliki kekuasaan, wewenang, kemampuan, untuk menciptakan suatu regulasi atau peraturan yang bisa menghindarkan kami generasi muda Bangsa Indonesia dari sebuah fitnah besar bernama Valentine Day.
Jadilah pemimpin yang adil, yang menempatkan kebenaran pada tempatnya yang pas, dan kebatilan pada tempatnya tersendiri. Jadilah pemimpin yang adil, yang bertujuan menggapai ridha Allah, bukan ridha manusia apalagi ridha orang-orang kafir. Jadilah pemimpin yang adil, karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjamin naungan bagi pemimpin yang adil pada hari kiamat ketika tiada naungan melainkan dari naungan Allah itu sendiri (Muttafaq Alaih, dalam Riyadhus Shalihin, Bab 79, No. 657).
Dan untuk seluruh umat Islam…
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (jika kalian) menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” (QS Ali Imran: 110).
Doa
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ
تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. وَارْضَ عَن الخُلَفَاءِ الأرْبَعَة أبُو بَكْر وَ عُمَر وَ عُثمَانَ وَ عَلِي وَ عَنْ التَّابِعِيْن وَ تاَبِعِ التَّابِعِيْن وَمَنْ تَبِعَهُم بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدَّيْنِ وَ ارْحَمْنَا مَعَهُمْ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات .
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلإخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإيْماَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِناَ غِلا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّناَ إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ
رَبنَّاَ ظَلَمْناَ أنْفُسَناَ وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَناَ وَتَرْحَمْناَ لَنَكُوْنَنَّ مِنْ الخَاسِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً۬ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ حَسَنَةً۬ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
عِباَدَ اللهِ،
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَـٰنِ وَإِيتَآىِٕ ذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنڪَرِ وَٱلۡبَغۡىِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّڪُمۡ تَذَكَّرُونَ
اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْألُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلِذِكْر اللهِ أكْبَر، وَالله ُيَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ، أقِيْمُوْا الصَّلاَة