Tazkiyah

Anjuran untuk Bersegera dalam Berbuat Kebaikan #1

 

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, berikut adalah penjelasan Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tentang dua ayat mengenai anjuran untuk bersegera dalam berbuat kebaikan. Naskah kami tulis ulang dari Syarah Riyadhus Shalihin. Semoga bermanfaat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 
 فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ
“…Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan…” (QS Al-Baqarah: 148).
 
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
 
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali-Imran: 133).
 
Penjelasan:
Pengarang (Imam An-Nawawi) membuat suatu bab yang berjudul “Anjuran Berbuat Baik dan Orang yang Menuju Kebaikan dengan Sungguh-Sungguh dan tanpa Ragu.” Judul ini mengandung dua unsur penting; 1) segera menuju kebaikan, 2) jika manusia ingin mengerjakan suatu kebaikan, hendaklah dia segera melaksanakannya dan tidak perlu ragu-ragu.
 
Bersegera
Segera adalah lawan kata dari menunda dan malas. Betapa banyak orang yang senang menunda dan malas hingga mereka kehilangan banyak kebaikan. Maka dari itu, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
 
“Orang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang Mukmin yang lemah. Dalam setiap kebaikan bergegaslah untuk melaksanakan setiap kebaikan apa yang bermanfaat bagi dirimu. Mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi orang yang lemah.”
 
Manusia harus bergegas dalam melaksanakan kebaikan. Jika dia ingat suatu kebaikan, maka bersegeralah melaksanakannya, di antaranya adalah shalat, sedekah, puasa, haji, berbakti pada orang tua, menyambung silaturahim, dan kebaikan-kebaikan lain yang harus segera dilaksanakan.
 
Orang yang suka menunda kebaikan, bisa jadi dia tidak bisa lagi mengerjakannya setelah itu, baik karena mati, sakit, ketinggalan, maupun karena faktor-faktor lainnya. Dijelaskan dalam sebuah hadist dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
 
“Jika salah seorang di antara kamu hendak mengerjakan ibadah haji, maka segeralah dia mengerjakannya kaena bisa jadi dia nanti sakit, orang yang sedang dalam perjalanan bisa tersesat dan akan muncul keperluan yang baru.”
 
Segeralah mengerjakan kebaikan dan jangan ditunda-tunda sebelum datang sesuatu yang menghalangimu.
 
Kemudian, penulis (Imam An-Nawawi) menyitir firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
 
 فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ
“…Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan…” (QS Al-Baqarah: 148).
 
Kata “istabiqu” berarti “asabiqu” dan kata ini lebih mendalam artinya daripada “saabiqu ila al-khairaat.” Kata “istibaaq” artinya manusia mendahului dalam menuju kebaikan dan dia menjadi orang yang pertama kali dalam mengerjakan kebaikan. Di antaranya adalah berlomba-lomba dalam mengisi shalat pertama dalam shalat.
 
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
 
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruk shaf adalah yang terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah bagian belakang, dan sejelek-jelek shaf bagi mereka adalah yang terdepan.”
 
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melihat ada beberapa orang yang tidak bergegas memenuhi shaf dan tidak maju sehingga beliau bersabda:
 
“Jika suatu kaum senantiasa terlambat, maka Allah akan mengakhirkannya.”
 
Maka gunakan kesempatan dan bersegeralah untuk mengerjakan kebaikan.
 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
 
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ | ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
 
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS Ali-Imran: 133-134).
 
Yang dimaksud dengan segera menuju kepada ampunan adalah hendaknya manusia segera memohon ampunan kepada Allah dari segala dosa, seperti mengatakan “Asytaghfirullah al-‘adzim” atau “Allahumma aghfirli” atau “Allahumman inni astaghfiruka” dan sebagainya. Begitu juga berarti segera menuju ampunan, seperti dengan berwudhu, mengerjakan shalat lima waktu, dari satu Jumat ke Jumat berikutnya, dan dari Ramadan ke Ramadan berikutnya.
 
Jika seseorang berwudhu dan dia menyempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan:
 
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya,” (HR Muslim).
 
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
 
Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang (yang senang) bersuci,” (HR Tirmidzi).
 
Barangsiapa yang membaca doa tersebut setelah berwudhu, maka akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang bisa dia masuki dari arah mana saja. Begitu juga tatkala dia berwudhu, maka kesalahan-kesalahannya akan keluar dari anggota wudhunya bersama tetesan air yang terakhir. Ini termasuk di dalam hal-hal yang dapat menyebabkan diampuninya dosa.
 
Amalan lain yang dapat menyebabkan dosa terampuni adalah shalat lima waktu. Ia dapat menghapus kesalahan yang terjadi antara shalat-shalat itu selama dia tidak melakukan dosa-dosa besar. Dari Jumat ke Jumat berikutnya menjadi penebus dosa yang terjadi di antara keduanya selama tidak mengerjakan dosa-dosa besar, dan dari Ramadan ke Ramadan menjadi penghapus terhadap dosa-dosa kecil yang terjadi di antara keduanya selama dia tidak melakukan dosa-dosa besar. Hendaklah manusia segera melakukan hal-hal yang dapat mengantarkannya menuju gerbang ampunan.
 
Kepada Surga Allah yang Luasnya Seluas Langit dan Bumi
Hal ini bisa dicapai dengan mengerjakan perintah atau bersegera dalam menuju surga dengan mengerjakan amal yang dapat mengantarkan kepadanya. Tidak ada amal yang dapat mengantarkan ke surga kecuali amal saleh. Inilah yang dapat menjadi perantara bagi seseorang sebagai tiket menuju surga, maka bergegaslah melakukannya.
 
Kemudian, Allah menjelaskan bahwa luas surga adalah seluas langit dan bumi. Hal ini menunjukkan bahwa luas surga adalah seluas langit dan bumi, yang tidak bisa diukur keculi oleh Allah semata. Maka bergegaslah menuju ke surga dengan mengerjakan amalan yang dapat mengantarkanmu kepadanya, yaitu dengan beramal saleh.
 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa,”yakni surga itu dipersiapkan bagi mereka dan yang menyiapkan adalah Allah, seperti yang dijelaskan di dalam sebuah hadist Qudsi:
 
Aku menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang saleh sesuatu yang tidak dilihat mata, tidak didengar telinga, dan tidak berbetik di dalam hati manusia.”

BACA JUGA:  Umrah atau Sedekah? Mana yang Didahulukan?

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button