Penyakit Ain (Mata Jahat) Bisa Menular Lewat Foto-Foto di Media Sosial
Pertanyaan:
Syekh yang kami hormati, apakah penyakit Ain (mata jahat) bisa disalurkan melalui foto? Seseorang mendapatkan kebaikan dari Allah, lalu dia meng-upload foto dirinya untuk menunjukkan kebaikan yang dia terima di media sosial. Apakah foto-foto ini bisa menjadi media penyaluran penyakit mata jahat (Ain)?
Jawaban oleh tim Fatwa Center IslamWeb, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqitti
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Pendapat yang paling mendekati benar adalah bahwa dampak dari penyakit mata jahat (Ain) dapat terwujud melalui pandangan, meskipun Aa’in (orang yang mengirim mata jahat) dan Ma’in (orang yang dikirim mata jahat) berada di jarak yang sangat jauh antara yang satu dengan yang lainnya, seperti yang disebutkan tadi media sosial atau media yang lainnya. Bahkan, orang bisa saja terkena mata jahat meskipun si Aa’in tidak benar-benar melihatnya!
Ibnul Qayyim Rahimahullah menulis:
“Orang yang mengirim mata jahat tidak harus melihat orang yang menerima mata jahat. Dia bisa saja orang yang buta lalu sesuatu dijelaskan kepadanya sehingga dia bisa mengirim mata jahat tanpa harus melihat si penerima. Di banyak kasus, penyakit Ain (mata jahat) memengaruhi Ma’in melalui deskripsi (gambaran) tanpa melihatnya,” [Zaadul Ma’ad].
Di dalam Bada’i Al-Fawaid tertulis:
“A’in (orang yang mengirim penyakit mata jahat) dan Hasid (orang yang iri dengki) adalah sama di satu sisi dan berbeda di sisi yang lainnya. Keduanya sama karena keduanya memiliki kecenderungan internal untuk membahayakan orang yang dipengaruhi. Aa’in (orang yang mengirim penyakit Ain) mengembangkan kecenderungan ini setelah bertemu dengan orang yang dipengaruhi dan melihatnya; sedang hasid (orang yang iri dengki) mengembangkan (rasa iri dengki) ketika orang yang didengki itu ada ataupun tidak ada.”
Orang Islam diperintahkan untuk mencari perlindungan terhadap dirinya sendiri dari penyakit mata jahat, salah satunya dengan menahan diri untuk tidak menunjukkan kebaikan atau nikmat yang dia peroleh tanpa ada suatu keperluan sama sekali, karena hal ini berpotensi menimbulkan rasa iri dan dengki.
وَقَالَ يٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا مِنۢ بَابٍ وٰحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوٰبٍ مُّتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَآ أُغْنِى عَنْكُمْ مِّنَ اللَّهِ مِنْ شَىْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan dia (Ya’qub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal,” [QS. Yusuf: 67]
Dia mengatakan ini kepada anak-anaknya karena ketika orang-orang melihat sekelompok orang yang ganteng dan kuat, orang-orang itu lantas memiliki rasa iri dan dengki terhadap kelompok tersebut, sehingga ayah mereka memerintahkan agar mereka masuk melalui gerbang yang berbeda dan menyembunyikan fakta bahwa mereka bersaudara karena khawatir akan timbul dengki dan benci.
Wallahu’alam bish shawwab.
No. Pertanyaan: 2646932
Sumber: IslamWeb.Net
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)
This comment has been removed by a blog administrator.