Ramadan adalah bulan ampunan. Namun, mengapa Nabi pernah bersabda bahwa ada saja manusia yang bertemu bulan ramadan tetapi tidak mendapat ampunan? Yuk teruskan membaca khutbah jumat tentang ramadan bulan taubat.
KHUTBAH PERTAMA
Pernah suatu ketika Rasulullah ﷺ menaiki mimbar sebanyak tiga tingkat. Di tiap tingkatnya beliau selalu mengucapkan “aamiin” dengan keras, sampai terdengar oleh para sahabat yang ada di belakangnya.
Setelah salat, para sahabat yang keheranan lantas mendekat kepada beliau ﷺuntuk bertanya mengapa beliau ﷺ mengucapkan “aamiin” sebanyak tiga kali ketika naik mimbar.
Maka beliau ﷺ mengatakan bahwa ketika melangkah naik mimbar, beliau didatangi Malaikat Jibril Alaihissalam yang hendak mendoakan kesengsaraan, kecelakaan, atau nasib buruk bagi tiga kelompok manusia, salah satunya adalah:
شَقي عَبدٌ أَدركَ رمضانَ فانسَلخَ مِنهُ ولَم يُغفَر لَه
Celakalah, atau sengsaralah, seorang hamba yang bisa bertemu dengan bulan Ramadan, tetapi dia keluar dari bulan Ramadan tanpa mendapat ampunan,[HR Bukhari, dalam Adabul Mufrad: 644].
Maasyiral muslimin.. Rakhimakumullah..
Ramadan bulan taubat. Ramadan adalah bulan maghfirah, bulan ampunan. Lalu mengapa bisa seorang muslim yang diberi Allah kesempatan untuk bertemu bulan Ramadan tetapi dia tidak mendapat ampunan dari Allah?
Ada sebuah jawaban menarik dari seorang ulama bernama Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakpuri, beliau lahir dan wafat di India di tahun 1932 M (1353 H). Di dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Sunan At-Tirmizi, ketika menjelaskan hadis yang senada dengan riwayat di atas, beliau berkata:
) قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ ) أَيْ بِأَنْ لَمْ يَتُبْ أَوْ لَمْ يُعَظِّمْهُ بِالْمُبَالَغَةِ فِي الطَّاعَةِ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ
(Dia keluar dari Bulan Ramadan dan belum mendapat ampunan), itu karena dia tidak mau bertaubat, atau tidak mengagungkan bulan Ramadan dengan memperbanyak ketaatan yang padahal dengan ketaatan itu tadi dia sebenarnya dia bisa mendapat ampunan.”
Kata kuncinya di sini,
– pertama dia tidak bertaubat di bulan Ramadan
– sehingga dia tidak mengagungkan bulan Ramadan dengan berbagai ketaatan di dalamnya.
Maasyiral muslimin… Rakhimakumullah…
Dosa, ditambah dengan ketidakmauan untuk bertaubat, adalah penghalang ketaatan.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah (wafat 1350 M. Syekh Maulana Malik Ibrahim/Sunan Gresik wafat tahun 1419 M) berkata:
فَلَوْ لَمْ يَكُنْ لِلذَّنْبِ عُقُوبَةٌ إِلَّا أَنْ يَصُدَّ عَنْ طَاعَةٍ تَكُونُ بَدَلَهُ ، وَيَقْطَعَ طَرِيقَ طَاعَةٍ أُخْرَى
“Kalaupun pelaku dosa tidak mendapat siksa akibat dosanya di dunia, maka dosa itu tadi akan menjadi penghalang bagi pelakunya dari melakukan ketaatan, dan akan menutup jalannya menuju ketaatan,“[Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’].
Maka tidak heran apabila kita pernah mendengar hadis:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Antara salat yang satu dengan salat berikutnya dalam salat lima waktu, antara jumat yang satu dengan jumat yang berikutnya, antara Ramadan yang satu dengan Ramadhan berikutnya, adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya, selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar,” [HR. Muslim: 233].
Tetapi betapa banyak dari kita yang menyepelekan salat wajib, salat Jumat, puasa, bahkan meninggalkannya. Itu semua karena dosa kita, dan keengganan kita untuk bertaubat.
Betapa banyak dari kita yang sudah sering mendengar hadis:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya di masa lalu diampuni,” [HR. Bukhari: 38 dan Muslim: 760].
Tetapi masih ada juga yang enak makan di siang hari di bulan Ramadan, padahal dia KTP-nya Islam, sehat, sudah dewasa, tidak sedang gila, dan tidak sedang haid atau habis melahirkan.
Itu semua karena ketidakmauan kita untuk bertaubat sehingga kita terhalang untuk melakukan ketaatan dan akhirnya gagal mendapat ampunan dari Allah, padahal sudah diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan bulan Ramadan.
Dari sini ma’asyiral muslimiin… Rakhimakumullah… Wajar kalau saking jengkelnya Malaikat Jibril kepada orang-orang seperti ini, sampai-sampai dia berdoa:
شَقي عَبدٌ أَدركَ رمضانَ فانسَلخَ مِنهُ ولَم يُغفَر لَه
“Celakalah, atau sengsaralah, seorang hamba yang bisa bertemu dengan bulan Ramadan, tetapi dia keluar dari bulan Ramadan tanpa mendapat ampunan,” [HR Bukhari, dalam Adabul Mufrad: 644].
Perhatikan jamaah sekalian, yang berdoa Malaikat Jibril, yang mengamini Rasulullah ﷺ. Doanya bukan tentang kebaikan, tetapi tentang kesengsaraan, kecelakaan, kebinasaan.
Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan tersebut.
KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral muslimiin, rakhimakumullah…
Ramadan adalah bulan taubat. “Sambutlah bulan Ramadan yang agung ini dengan bertakwa kepada Allah, juga dengan bertaubat yang jujur dari segala dosa,” (Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, dalam Majmu Fatawa wa Maqalatu Mutanawiah).
Apa itu dosa atau maksiat? Apa definisi maksiat atau dosa? Maksiat adalah:
مخالفة أمر الله تعالى، وارتكاب الذنوب، والمنهيات
1. Menyelisihi perintah Allah ta’ala
2. Melakukan dosa dan hal-hal yang dilarang.
Maka agar seseorang mendapat ampunan Allah di bulan Ramadan, hendaknya dia bertaubat dari maksiat. Apa definisi taubat?
Taubat, menurut para ulama, adalah:
الرُّجُوعُ عَنْ مَعْصِيَةِ اللّه تَعَالَى إِلَى طَاعَتِهِ
“Ruju atau kembali atau berhenti dari bermaksiat kepada Allah, menuju ketaatan kepada-Nya,” (Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, dalam Al-Fataawaa Asy-Syar’iah fii Al-Masaail Al-Ashriyah, hal: 1681).
Dan demi terwujudnya taubat yang nasuha, seorang hamba harus menghimpun empat perkara:
الِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ، وَالْإِقْلَاعُ بِالْأَبْدَانِ، وَإِضْمَارُ تَرْكِ الْعَوْدِ بِالْجِنَانِ، وَمُهَاجَرَةُ سَيْءِ الْإِخْوَانِ
1. Lisannya beristighfar,
2. Badannya berlepas diri dari dosa dan maksiat,
3. Hatinya menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi,
4. Menjauhi sahabat (teman dekat) yang sering mengajak pada keburukan, (Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, dalam Madarijus Salikin: 1/317).
Ma’asyiral muslimiin, rakhimakumullah…
Ramadan bulan taubat. Jadikan Ramadan tahun ini titik balik perjalanan hidup kita, dari yang dulu sering meninggalkan perintah Allah, juga melanggar berbagai larangan-Nya, mulailah lembaran baru hidup ini dengan berbagai amal ketaatan, menjauhi larangan-Nya. Semoga dengan taubatnya kita di bulan Ramadan ini bisa istikamah, sehingga kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat.
Artinya, yang dulu sebelum Ramadan belum bisa salat lima waktu, bertaubatlah dan bertekadlah mulai hari ini dan seterusnya untuk melakukan salat lima waktu. Yang dulu belum bisa berpuasa sebulan penuh, atau yang tadi pagi sempat berniat untuk tidak puasa padahal tidak ada uzur pada dirinya, bertaubatlah dan mulailah bertekad untuk bisa berpuasa sebulan penuh. Yang dulu belum bisa melakukan berbagai amal saleh, bertaubatlah dan mulailah dari hari ini dan seterusnya untuk sedikit demi sedikit melakukan berbagai amal saleh, membaca Quran, salat tarawih, salat witir, sedekah, membayar zakat, menghadiri pengajian-pengajian, dan lain sebagainya.
Allah ﷻberfirman:
}وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} النور : 31
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, maka kamu pasti beruntung,” [QS An-Nuur: 31].
Karangasem, 17 Mei 2018
Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)