Adab

Duduk Di mana ketika Datang di Majelis?

Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, masih di dalam serial Adab Majelis dari kitab Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali. Kali ini kita akan belajar, “Di mana hendaknya kita duduk dalam suatu majelis?” Apa dalil atau haditsnya? Yuk teruskan membaca!

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, di antara adab majelis adalah:

الْجُلُوسُ حَيْثُ يَنْتَهِي بِكَ الْمَجْلِسُ

“Duduk di mana (barisan) majelis itu berakhir.”

Imam At-Tirmizi meriwayatkan, dan beliau menyebutnya sebagai hadis Hasan Sahih tetapi Garib (asing), dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu Anhu yang berkata:

كُنَّا إِذَا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ أَحَدُنَا حَيْثُ يَنْتَهِي

“Dulu, apabila kami datang di majelis Nabi ﷺ, kami akan duduk di baris terakhir dalam majelis itu.”

Takhrij

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi nomor 2725 dengan predikat Hasan Sahih Garib.

Penjelasan

Jabir bin Samurah bernama lengkap Jabir bin Samurah bin Junadah As-Suwa’i. Beliau adalah seorang sahabat yang terkenal, ayahnya pun seorang sahabat. Beliau tinggal di Kufah dan mangkat di sana pada tahun 74 hijriah di masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan.

Kata beliau, “…duduk di baris terakhir dalam majelis…” bisa diartikan pula tidak meminta orang-orang yang duduk untuk berdiri lalu kita duduk di tempat mereka.

Pelajaran

Syaikh Khalid Mahmud Al-Jauhani menyuguhkan beberapa poin pelajaran dari hadis ini:

الْحَثّ عَلَى الْجُلُوسِ حَيْثُ يَنْتَهِي بِكَ الْمَجْلِسُ

Anjuran untuk duduk di barisan terakhir majelis tersebut (tidak nyelonong di tengah-tengah majelis atau di depan majelis padahal sudah dipenuhi orang sehingga mengganggu mereka).

الْحَثُّ عَلَى احْتِرَامِ مَشَاعِرِ الْآخَرِينَ

Anjuran untuk menghormati perasaan orang lain.

عَظِيمُ أَخْلَاقِ الصَّحَابَةِ رَضَوَايِلُهُ عَنْهُمْ

Agungnya akhlak para sahabat semoga Allah meridhai mereka.

الْإِسْلَامُ يَدْعُو إِلَى تَوْطِينِ الصِّلَاتِ الِاجْتِمَاعِيَّةِ بَيْنَ النَّاسِ

Islam menyeru pemeluknya untuk mewujudkan hubungan sosial yang mapan di antara manusia.

BACA JUGA:  Adab kepada Orang Tua (Ayah-Ibu/Mertua)

Pelajaran yang bisa diambil dari hadis ini antara lain:

يَنْبَغِي عَلَى الْقَادِمِ أَنْ يَجْلِسَ حَيْثُ يَجِدُ فَرَاغًا إِلَّا مَا خُصِّصَ لِأَحَدٍ أَوْ حُجِزَ الْمَكَانَ لِعُذْرٍ طَرَأَ عَلَى صَاحِبِهِ

Orang yang datang hendaknya duduk di tempat yang kosong, kecuali dia memang diberi tempat khusus karena ada alasan, seperti misalnya dia adalah sang pemilik rumah.

لَا يَطْلُبُ قِيَامَ أَحَدٍ مِنْ مَجْلِسِهِ لِيَجْلِسَ مَكَانَهُ

Tidak boleh meminta orang lain untuk berdiri dari tempat duduknya agar kita bisa duduk di tempatnya.

لَا يَنْبَغِي لِلْقَادِمِ الْوُقُوفُ عَلَى رَأْسِ الْحَلْقَةِ أَوْ الْمَجْلِسِ يَنْتَظِرُ مَنْ يَقُومُ لَهُ, كَمَا يَفْعَلُ بَعْضُ الْجَبَابِرَةِ مِنْ الرُّؤَسَاءِ

Orang yang baru datang (di majelis) tidak pantas untuk berdiri di depan majelis atau di tengan lingkaran sembari menunggu orang lain untuk berdiri dan mempersilakan dirinya duduk. Hal ini biasa dilakukan oleh sebagian pembesar yang sombong.

يَجُوزُ لِمَنْ وَجَدَ فُرْجَةً فِي الْمَجْلِسِ أَنْ يَتَخَطَّى لِيَسُدَّ الْخَلَلَ مَا لَمْ يُؤْذِ, فَإِنْ خَشِيَ فَالْوَاجِبُ فِي حَقِّهِ الْجُلُوسُ حَيْثُ يَنْتَهِي بِهِ الْمَجْلِسُ

Boleh bagi orang yang mendapati ada ruang kosong di majelis untuk melangkah dan mengisi celah tersebut asalkan tidak menimbulkan gangguan. Apabila dia khawatir mengganggu orang lain yang sudah duduk, maka wajib baginya untuk duduk di barisan belakang majelis.

حِرْصِ الصَّحَابَةِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ- عَلَى مُجَالَسَةِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Hadis ini menunjukkan betapa semangatnya para sahabat dalam menghadiri majelis atau pengajiannya Nabi ﷺ.

Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

====

Apabila bapak/ibu/saudara pembaca semua ingin ikut andil dalam program dakwah melalui situs mukminun.com atau channel YouTube Mukminun TV, Anda bisa menyalurkan infak melalui nomor rekening Bank Muamalat: 5210061824 a.n. Irfan Nugroho.

Semoga menjadi amal jariyah, pemberat timbangan kebaikan di akhirat, juga sebab tambahnya keberkahan pada diri, harta, dan keluarga pembaca semuanya. Aamiin

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button