Adab Makan: Membaca Bismillah di Awal Makan
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, ini adalah bab baru dalam serial Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Kali ini kita akan memulai adab makan dengan sunah membaca bismillah di awal makan.
DAFTAR ISI
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, Syaikh Wahib Abdussalam Bali di dalam adab makan yang pertama menulis:
“Membaca bismillah di awal makan.”
HADIS 339
Di dalam Ash-Shahihain dari Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu Anhu yang berkata:
“Dulu ketika saya masih kecil dan berada di dalam asuhan Rasulullah ﷺ. Pernah suatu waktu tanganku berseliweran di atas Shohfah. Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku:
“Wahai anak kecil, ucapkan bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah makanan yang ada di hadapanmu.”
Kemudian Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu Anhu berkata:
“Maka seperti itulah cara saya makan setelah itu,” (Sahih Bukhari: 5376. Sahih Muslim: 2022).
PENJELASAN HADIS 339
1) Nama lengkap Umar bin Abi Salamah adalah Abdullah bin Abdul Asad Al-Mahzumi Al-Qurasyi. Beliau adalah anak tiri Nabi ﷺ. Beliau termasuk sahabat kecil. Ibunya bernama Ummu Salamah, istri Nabi ﷺ. Beliau lahir di bumi Habasyah di tahun delapan (8) hijriah. Ketika Rasulullah ﷺ mangkat, beliau berusia 9 tahun. Beliau syahid bersama Ali Radhiyallahu Anhu ketika terjadi insiden Perang Jamal. Beliau diperintahkan oleh Ali untuk menjadi Amir negeri Bahrain. Beliau mangkat di masa Abdul Malik bin Marwan di tahun 83 hijriah.
2) Ghulam atau anak kecil adalah orang yang belum baligh.
3) Istilah Arab yang digunakan untuk “asuhan” adalah Hajri, maksudnya Umar bin Abi Salamah ini pernah berada dalam tarbiyah (didikan) dan pengawasan Nabi ﷺ.
4) Di dalam hadis ini, Umar bin Abi Salamah menyebut, “Tathiisyu” yang dalam terjemahan di atas adalah “berseliweran.” Yang dimaksud dengan “Tathiisyu” adalah:
“(Tangan Umar bin Abi Salamah kecil) bergerak dan menjangkau hingga pinggir nampan. Beliau tidak membatasi gerak tangannya hanya di satu tempat.”
4) Yang dimaksud “Shohfah” adalah:
“Shohfah adalah nampan yang cukup untuk makan berlima, sedang Qis’ah adalah nampan yang cukup untuk makan sepuluh orang.”
Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah berkata, “Apabila seseorang tidak menyebut Nama Allah ketika makan, berkah dari makanannya akan dicabut, dan dia akan makan bersama setan.”
HADIS 340
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih beliau dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhuma bahwa beliau pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda:
“Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya, kemudian dia menyebut Nama Allah ketika dia masuk (rumah) dan ketika dia makan, setan akan berkata, ‘Tidak ada tempat menginap bagi kalian, juga tidak ada makanan.’
Dan jika orang tadi masuk dan tidak menyebut Nama Allah ketika dia masuk, setan akan berkata, ‘Kalian mendapat tempat menginap.’
Dan jika dia tidak menyebut Nama Allah ketika makan, setan akan berkata, ‘Kalian mendapat tempat menginap dan makanan,” (Sahih Muslim: 2018).
HADIS 341
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih beliau dari Hudzaifah Radhiyallahu Anhu yang berkata:
“Dahulu apabila kami menghadiri jamuan makan bersama Nabi ﷺ,”
“Kami tidak pernah meletakkan tangan kami (mengambil makanan) sampai Rasulullah ﷺ yang memulai meletakkan tangan beliau.”
“Pernah kami menghadiri undangan makan bersama beliau, lalu tiba-tiba datang seorang Jariyah (wanita yang masih kecil) yang ingin meletakkan tangannya di atas makanan itu.”
“Maka Rasulullah ﷺ mengambil tangannya.”
“Kemudian datang seorang Arab pedalaman yang ingin meletakkan tangannya (di atas makanan itu).”
“Kemudian Rasulullah ﷺ mengambil tangannya dan beliau bersabda:”
“Sesungguhnya setan hendak menghalalkan (mengambil) makanan itu, yang tidak disebutkan padanya Nama Allah. Setan datang bersama Jariyah (anak perempuan) tadi untuk mendapatkannya, lalu aku meraih tangannya.”
“Maka datanglah setan bersama orang Arab pedalaman tadi untuk menghalalkan (mengambil) makanan tadi, tetapi aku meraih tangannya.”
“Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya. Sungguh, tangan setan itu berada di tanganku bersamaan dengan tangan anak perempuan itu tadi,” (Sahih Muslim: 2017).
PELAJARAN
Hukum-hukum yang bisa disimpulkan dari hadits hadits di atas di antaranya:
1) Perhatian Nabi ﷺ terhadap anak-anak dan upaya beliau dalam mendidik mereka
2) Anjuran agar kita mengajari anak-anak
3) Disukainya, atau mustahab hukumnya, untuk membaca bismillah di awal makan
4) Disukai (mustahab) atau sunnah hukumnya makan dengan tangan kanan
5) Disukai (mustahab/sunah) bagi setiap manusia untuk memakan makanan yang berada di dekatnya
6) Bersegeranya para sahabat dalam menaati perintah-perintah Nabi ﷺ
7) Disukai (mustahab/sunah) untuk menyebut Nama Allah ta’ala ketika masuk rumah
8) Boleh bersumpah tanpa menggunakan lafaz “Demi Allah”, tetapi menggunakan semisal “Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya”
9) Hendaknya orang Islam itu bersikap sopan ketika bersama dengan orang-orang yang memiliki keutamaan, para pembesar (yang alim/salih), juga para ulama. Dia tidak mulai makan, minum, atau apa saja yang dilakukan bersama dengan mereka sebelum memulainya
10) Setan itu tidak makan secara hakiki
11) Setan itu makan dari makanan yang tidak disebutkan Nama Allah ta’ala padanya
12) Penetapan tentang konsep iman tentang keberadaan setan
13) Keutamaan berzikir kepada Allah ta’ala ketika masuk rumah dan ketika makan
14) Besarnya pengagungan dan penghormatan para sahabat terhadap Nabi ﷺ
15) Disyariatkannya sumpah untuk memberi penekanan terhadap suatu perkara di harapan orang yang diajak berbicara.
Wallahu’alam bish shawwab
Kitab: Al-Laali Al-Bahiyyatu Syarhu Sahihul Adab Al-Islamiyah
Karya: Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)