Adab

Adab Jumatan untuk Makmum dan Khatib

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Jumatan atau salat Jumat adalah ritual penting umat Islam. Banyak orang yang tidak salat lima waktu ke masjid, atau bahkan tidak rutin salat lima waktu, mereka akan mendatangi salat Jumat. Itulah mengapa banyak kejadian di mana orang yang hadir Jumatan tidak tahu adab jumatan atau tidak tahu unggah-ungguh di dalamnya. Maka, ini adalah materi penting bagi makmum dan para khatib.

Adab Jumatan ini tidak mencakup semuanya, hanya difokuskan pada adab-adab yang lebih berhubungan pada orang banyak, bukan semata amalan yang menyangkut diri sendiri. Semoga bermanfaat. Teruslah membaca!

Adab Jumatan untuk Makmum

الاغتسال، لبس أجمل ثياب، وضع الطيب، عدم تخطى الرقاب، والتنفل، والإنصات إلى الخطبة

1. Mandi, memakai baju terbaik, memakai parfum, tidak melangkahi pundak, salat sunah, diam mendengarkan khutbah

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ وَمَسَّ مِنْ طِيبٍ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَلَمْ يَتَخَطَّ أَعْنَاقَ النَّاسِ ثُمَّ صَلَّى مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِهِ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ جُمُعَتِهِ الَّتِي قَبْلَهَا

Barangsiapa mandi di hari Jumat, memakai pakaiannya yang paling bagus, mengoleskan minyak wangi – jika dia punya, lalu mendatangi Jumatan, tidak melangkahi pundak manusia, lalu melakukan salat sunah yg diperintahkan Allah, kemudian diam mulai dari ketika imam keluar dari rumahnya (dan berjalan menuju mimbar) sampai selesai salat, baginya penghapus dosa antara Jumat tersebut dengan Jumat yang sudah lalu, (Sunan Abu Dawud: 343).

الاستياك

2. Bersiwak

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ وَسِوَاكٌ وَيَمَسُّ مِنْ الطِّيبِ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ

Mandi di hari Jumat hukumnya wajib (tetapi aslinya sunah, jika mengompromikan banyak hadis), begitu pula bersiwak dan memakai parfum sesuai kemampuan, (Sahih Muslim: 846).

اَلذَّهَابُ إِلَى الْمَسْجِدِ مَاشِيًا إِلَّا لِعُذْرٍ

3. Berjalan Kaki Menuju Masjid, kecuali karena Uzur

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Aus bin Aus Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا

Barangsiapa menyebabkan istrinya mandi di hari Jumat, lalu dia sendiri juga mandi, kemudian bersegera ke masjid dan menempati shaf pertama, lalu mendekat kepada imam dan mendengar khutbah sembari diam, maka baginya setiap langkah kakinya adalah pahala puasa sunah dan salat sunah, (Sunan At-Tirmidzi: 496).

اَلتَّبْكِيرُ إِلَى الْمَسْجِدِ

4. Bersegera Menuju Masjid

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

 مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً

Barangsiapa mandi di hari Jumat seperti dia mandi junub, kemudian bersegera ke masjid, seolah-olah dia berkurban dengan unta.

وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً

Barangsiapa pergi Jumatan di jam-jam kedua, seolah-olah dia berkurban dengan sapi betina.

وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ

Barangsiapa pergi Jumatan di jam-jam ketiga, seolah-olah dia berkurban kambing yang bertanduk dua.

وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً

Barangsiapa pergi Jumatan di jam-jam keempat, seolah-olah dia berkurban ayam betina.

وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً

Barangsiapa pergi Jumatan di jam-jam kelima, seolah-olah dia berkurban dengan telur.

فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ

Dan apabila imam sudah keluar dari rumahnya (menuju mimbar), para malaikat yang hadir Jumatan akan mendengarkan peringatan (khutbah), (Sahih Bukhari: 881. Sahih Muslim: 850).

اَلِاقْتِرَابُ مِنْ الْإِمَامِ

5. Mendekat kepada Imam

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Samirah bin Jundab Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

احْضُرُوا الذِّكْرَ وَادْنُوا مِنْ الْإِمَامِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَا يَزَالُ يَتَبَاعَدُ حَتَّى يُؤَخَّرَ فِي الْجَنَّةِ وَإِنْ دَخَلَهَا

Hadirilah Adz-Dzikra (Khutbah Jumat), mendekatlah kepada imam (khatib), karena orang yang biasa menjauh (dari imam/khatib ketika khutbah), jika dia masuk surga, dia akan diakhirkan pula, (Sunan Abu Dawud: 1108).

تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ

6. Tahiyatul Masjid

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa ketika Rasulullah ﷺ berkhutbah, beliau bersabda:

 إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ أَوْ قَدْ خَرَجَ فَلْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ

“Apabila salah seorang dari kalian mendatangi salat Jumat, sedangkan imam sedang berkhutbah, atau imam sedang keluar (dari rumahnya untuk naik ke mimbar), hendaknya dia salat dua rekaat,” [Sahih Bukhari: 1170].

لَا يُقِيمُ أَحَدًا لِيَجْلِسَ مَكَانَهُ.

7. Tidak Meminta Orang Lain Pindah Tempat

Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma dari Nabi ﷺ yang bersabda:

 لَا يُقِيمَنَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ ثُمَّ يَجْلِسُ فِي مَجْلِسِهِ

Kemudian periwayat hadis ini, Salim, mengatakan tentang kebiasaan gurunya, Ibnu Umar:

 وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا قَامَ لَهُ رَجُلٌ عَنْ مَجْلِسِهِ لَمْ يَجْلِسْ فِيهِ

“Ibnu Umar punya kebiasaan apabila seseorang berdiri untuk mempersilakan Ibnu Umar duduk di tempatnya, beliau justru tidak mau duduk di situ,” [Sahih Muslim: 2178].

إذَا غَلَبَهُ اَلنُّعَاسُ تَحَوَّلَ مِنْ مَكَانِهِ

8. Apabila Mengantuk, Sunnah Berpindah Tempat

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dan beliau menyebutnya hadis yg Hasan Sahih, dari Ibnu Umar dari Rasulullah ﷺ yg bersabda:

 إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَلْيَتَحَوَّلْ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ

“Apabila salah seorang dari kalian mengantuk di hari Jumat (ketika khutbah Jumat), maka hendaknya dia berpindah dari tempatnya duduk itu,” [Sunan At-Tirmidzi: 4741].

BACA JUGA:  Larangan Buang Hajat di Kuburan

Adab Jumatan untuk Imam atau Khatib

يُسْتَحَبّ تَقصيرُ الخُطبةِ

1. Mempersingkat Khutbah, Memperpanjang Salat

Imam Muslim meriwayatkan dari Ammar bin Yassir Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ طُوْلَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيْلُواالصُّلَاةَ وَاقْصُرُواالْخُطْبَةَ

Sesungguhnya panjangnya salat dan pendeknya khutbah seseorang adalah pertanda (mendalam) pemahamannya. Panjangkanlah salat dan pendekkanlah khutbah!” (Sahih Muslim: 869).

يُسْتَحَبّ الْقِرَاءَةَ سُورة الْجُمْعَةَ وَالْمُنَافِقِينَ أَوْ سَبَحَ وَالْغَاشِيَةِ

2. Membaca Surat Al-A’la dan Al-Ghasiyah, atau Al-Jumuah dan Al-Munafikin

Imam Muslim meriwayatkan dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhu yang berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

Rasulullah ﷺ membaca Surat Al-A’la dan Surat Al-Gasiyah di dua salat Eid dan salat Jumat, (Sahih Muslim: 878).

يُستحَبُّ للخَطيبِ أنْ يَرفَعَ صوتَه في خُطبةِ الجُمُعة

3. Sunah bagi Khatib untuk Meninggikan Suaranya ketika Khutbah Jumat

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu yang berkata:

كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِ ذَلِكَ وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ

Saya pernah menghadiri khutbah Nabi ﷺ di hari Jumat. Beliau mengucapkan hamdalah, lalu memuji Allah, lalu menyampaikan khutbah tersebut dengan suara beliau yang lantang, (Sahih Muslim: 867).

يُستحَبُّ للإمامِ أنْ يَخطُبَ مستقبلًا أهلَ المسجدِ، ومستدبرًا القِبلةَ

4. Sunah bagi Imam untuk Berkhutbah dengan Menghadap Penghuni Masjid, Membelakangi Kiblat

Imam Muslim meriwayatkan dari Abul Abbas Sahal bin Sa’ad bin Malik Radhiyallahu Anhu yang berkata:

فَرَغَ مِنْ آخِرِ صَلَاتِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ

Ketika Rasulullah ﷺ selesai dari salatnya, beliau menghadap ke arah manusia (jamaah, lalu berkhutbah), (Sahih Muslim: 544).

Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan bahwa khutbah dengan menghadap jamaah itu ijma, (Fathul Bari: 5/477).

مَشْرُوعِيَّة مُخَاطَبَةِ الْخَطِيبِ لِأَحَدِ النَّاسِ لِلْمَصْلَحَةِ

5. Disyariatkannya Khatib Menegur Seseorang Demi Kebaikan Bersama

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin Busr Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa seseorang datang salat Jumat sedang Nabi ﷺ sedang berkhutbah. Pria tersebut masuk ke barisan dengan melangkahi pundak-pundak manusia. Maka, Nabi ﷺ bersabda kepada orang tersebut:

اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْت

Duduklah di situ (jangan melangkahi pundak), karena tindakanmu itu sangat mengganggu, (Sunan Abu Dawud: 1118).

عَدَمٌ يُكَبِّر حَتَّى يَسْكُتُوا

6. Tidak Takbiratul Ihram sebelum Makmum Diam

Imam Al-Gazali di dalam Al-Adab fid Din menyebutkan beberapa adab bagi khatib, dan salah satu di antaranya adalah:

لا يُكَبِّر حَتَّى يَسْكُتُوا

Tidak memulai takbiratul ihram sebelum makmum diam.

BACA JUGA:  10 Hikmah Hadis Al-Muslimu akhul Muslim

Karangasem, 30 Mei 2023

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren At-Taqwa Nguter Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button