Adab

Sedekah Gaya Robin Hood?

Pembaca yang semoga dirahmati Allah ﷻ, pernah melihat atau mendengar kisah Robin Hood? Dia adalah sosok pemanah ulung yang mengambil harta orang jahat lalu disedekahkan kepada orang miskin? Bagaimana Islam melihat hal ini? Pemirsa yang semoga dirahmati Allah, di antara adab seorang muslim dalam bersedekah adalah memberikan sedekah dari hasil usaha yang baik. Hal ini, menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah, didasarkan pada firman Allah ﷻ:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik,” (QS Al-Baqarah: 267).

Menjelaskan bagian “sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik,” Syaikh Khalid Al-Jauhani mengatakan bahwa yang dimaksud adalah yang berasal dari harta-harta kalian yang paling jayyid (bagus) dan paling aslah (baik).

Selain ayat di atas, anjuran untuk bersedekah dengan hasil usaha yang baik-baik juga didasarkan pada sebuah hadis riwayat Imam Muslim di dalam Sahih-nya dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula.”

وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ

“Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkanNya kepada para Rasul. Kemudian beliau membacakan firman Allah ﷻ:

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh,” (QS Al-Mukminun: 51).

Kemudian beliau ﷺ juga membacakan firman Allah ﷻ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian,” (QS Al-Baqarah: 172).

Kemudian Rasulullah ﷺ bercerita:

الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Seroang laki-laki telah lama berjalan. Karena jauhnya jarak yang ditempuh, rambutnya menjadi kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (Sahih Muslim: 1015).

BACA JUGA:  7 Hikmah Hadits Al Mar’u Ala Dini Khalilihi

Pelajaran yang bisa diambil dari ayat dan hadis di atas:

1. Anjuran untuk berinfak fi sabilillah dari harta yang paling baik

2. Perintah untuk ikhlas dan beramal karena Allah ta’ala

3. Peringatan agar tidak tertipu dengan banyaknya ibadah

4. Peringatan agar tidak berinfak dengan harta haram

5. Wajibnya ittiba (mencontoh/meneladani) Rasul

6. Anjuran untuk beramal saleh

7. Memakan harta yang halal bisa membantu seseorang dalam melakukan amal-amal saleh

8. Memakan harta yang halal bisa membantu seseorang dalam terkabulnya doa

9. Di antara sebab tidak diterimanya amal dan dikabulkannya doa adalah longgar dalam perkara yang haram

10. Allah tidak menerima suatu amal kecuali amal tersebut dilakukan secara ikhlas

11. Disyariatkannya untuk mengulang lafaz panggilan (misal Ya Rabbi, Ya Allah) dalam doa

12. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk makan yang halal dan untuk melakukan amal saleh

13. Diduga kuat bahwa safar merupakan satu dari sekian waktu diijabahnya doa

14. Pada dasarnya, posisi para Nabi dengan para umatnya itu sama dalam hal hukum syariah, kecuali terdapat dalil yang menunjukkan bahwa para Nabi tersebut memiliki kekhususan

15. Penegasan terhadap sifat kesempurnaan Allah subhanahu wa ta’ala

16. Penegasan terhadap sifat Kalam Allah ta’ala, di mana sifat Kalam Allah itu adalah khusus milik Allah (tidak sama dengan sifat kalam/gaya berbicaranya manusia/makhluk)

17. Di antara sifat Allah adalah bahwa Allah itu Maha Baik (tayyib), maksudnya bahwa Allah itu suci, terbebas dari segala kekurangan dan aib secara total

18. Penegasan tentang sifat Allah yang Maha tinggi.

Sumber:

– Sahihul Adab Al-Islamiyah

– Al-Laali Al-Bahiyyatu

Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button