Fiqih

Bidayatul Mutafaqih: Hal-hal yang Mewajibkan Mandi

Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, kali ini kita akan belajar tentang fikih mandi, khususnya hal-hal yang mewajibkan mandi. Pelajaran kali ini kami ambil dari kitab Bidayatul Mutafaqqih karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Teruskan membaca!

Matan Bidayatul Mutafaqqih

Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah menulis:

موجباتُ الغُسلِ خمسةٌ:

 

1- خروجُ المَنِيِّ .

2- التقاءُ الخِتَانَينِ .

3- خُروجُ دمِ الحيضِ .

4- خُروجُ دمِ النِّفاسِ .

5- إسلامُ الكَافِرِ .

 

Hal-hal yang mewajibkan mandi ada lima:

  1. Keluarnya mani
  2. Bertemunya dua khitan
  3. Keluarnya darah haid
  4. Keluarnya darah nifas
  5. Orang kafir yang masuk Islam.

 

Keluarnya Mani

Firman Allah taala:

فَلْيَنظُرِ ٱلْإِنسَٰنُ مِمَّ خُلِقَ

Falyanthuri alinsanu mimma khuliqa

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan, [QS At-Tariq: 5].

خُلِقَ مِن مَّآءٍ دَافِقٍ

Khuliqa min main dafiqin

Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, [QS At-Tariq: 6].

Dari Ali bahwa Nabi ﷺ bersabda:

فَإِذَا فَضَخْتَ الْمَاءَ فَاغْتَسِلْ

“Apabila kamu mengeluarkan air (mani), hendaknya kamu mandi,” [Sunan Abu Dawud: 206. Sunan An-Nasai: 193. Musnad Ahmad: 870. Al-Albani: Sahih].

Di dalam riwayat lain, Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا حَذَفْتَ فَاغْتَسِلْ مِنْ الْجَنَابَةِ وَإِذَا لَمْ تَكُنْ حَاذِفًا فَلَا تَغْتَسِلْ

“Apabila kamu mengeluarkan air mani, maka lakukan mandi junub. Namun apabila tidak, tidak usah mandi,” [Musnad Ahmad: 849, Sunan Abu Dawud: 206, Sunan An-Nasai: 193. Al-Albani: Sahih].

Apabila seseorang keluar mani ketika tidur, dia disyaratkan hanya perlu melihat adanya air mani (tidak disyaratkan harus bermimpi melakukan hubungan badan). Dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Ummu Sulaim pernah bertanya kepada Nabi ﷺ:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي مِنْ الْحَقِّ هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا هِيَ احْتَلَمَتْ 

“Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah wajib bagi wanita untuk mandi apabila dia mimpi basah?”

BACA JUGA:  Bolehkah Wudhu sambil Bicara? Ini Penjelasan para Ulama

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

نَعَمْ إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ

“Iya, apabila dia melihat adanya air,” [Sahih Bukhari: 262, Sahih Muslim: 313].

Dari Aisyah radhiyallahu anha yang berkata:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الرَّجُلِ يَجِدُ الْبَلَلَ وَلَا يَذْكُرُ احْتِلَامًا

“Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang seseorang yang mendapati celananya basah (karena dia keluar air mani), tetapi dia tidak ingat kalau dia bermimpi.”

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

يَغْتَسِلُ

“Dia wajib mandi.”

Ibunda Aisyah melanjutkan:

وَعَنْ الرَّجُلِ يَرَى أَنَّهُ قَدْ احْتَلَمَ وَلَا يَجِدُ الْبَلَلَ

“(Rasulullah ﷺ pernah ditanya) tentang seseorang yang bermimpi tetapi tidak mendapati celananya basah (tidak keluar air mani).”

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا غُسْلَ عَلَيْهِ

“Dia tidak wajib mandi,” [Sunan Abu Dawud: 236, Jami At-Tirmizi: 113, Musnad Ahmad: 25663, Sunan Ibnu Majah: 612. Al-Albani: Sahih].

 

Bertemunya Dua Khitan

Dari Abu Hurairah radhiallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغَسْلُ

“Apabila seorang laki-laki duduk di antara empat cabang milik istrinya (dua tangan dan dua kaki), kemudian dia bersungguh-sungguh menekannya, dia wajib mandi,” [Sahih Bukhari: 291, Sahih Muslim: 348].

Di dalam riwayat lain terdapat tambahan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ

“Meskipun tidak keluar air mani,” [Sahih Muslim: 348].

 

Keluarnya Darah Haid

Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau mengatakan bahwa Fatimah binti Abi Hubais bertanya kepada Nabi ﷺ. Beliau (Fatimah binti Abi Hubais) berkata:

إِنِّي أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ الصَّلَاةَ

“Saya mengalami pendarahan atau istihadah jadi saya tidak kunjung suci (meskipun masa haid seharusnya sudah selesai). Jadi apakah saya harus meninggalkan salat?”

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا إِنَّ ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَكِنْ دَعِي الصَّلَاةَ قَدْرَ الْأَيَّامِ الَّتِي كُنْتِ تَحِيضِينَ فِيهَا ثُمَّ اغْتَسِلِي وَصَلِّي

“Kamu jangan meninggalkan salat, karena istihadhah itu seperti keringat. Tinggalkan salat selama masa haid. Setelah itu, mandilah lalu salatlah,” [Sahih Bukhari: 325, Sahih Muslim: 333].

 

Keluarnya Darah Nifas

Dalil yang menunjukkan bahwa keluarnya darah nifas mewajibkan mandi adalah ijma sebagaimana dikutip oleh Ibnu Munzir di dalam Al-Ijma’u (Hal. 37, No: 31). Beliau berkata:

وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ عَلَى النُّفَسَاءِ الِاغْتِسَالَ إِذَا طَهُرَتْ

“Ijma tentang wajibnya orang yang nifas untuk mandi apabila dia suci.”

BACA JUGA:  Bidayatul Mutafaqqih: 7 Syarat Sah Mandi Wajib

Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata:

ولا خِلافَ فِي وُجُوبِ الغُسْلِ بِالحَيْضِ والنِّفاسِ

“Tidak ada khilaf dalam wajibnya mandi untuk haid dan nifas,” [Al-Mughni Li Ibni Qudamah: 1/154].

 

Orang Kafir Masuk Islam

Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Imam Ahmad meriwayatkan meriwayatkan dari Khalifah bin Husain, tentang kakeknya, Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu:

أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

“Bahwa beliau (Qais bin Ashim) masuk Islam dan Nabi ﷺ memerintahkan untuk mandi dengan air dicampur daun bidara,” [Sunan Abu Dawud: 355, Jami At-Tirmizi: 605, Sunan An-Nasai: 188, Musnad Ahmad: 19698. Al-Albani: Sahih].

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu tentang kisah masuk Islamnya Tsumamah bin Utsali Radhiyallahu Anhu. Waktu itu Rasulullah ﷺ bersabda:

اذْهَبُوا بِهِ إِلَى حَائِطِ بَنِي فُلَانٍ فَمُرُوهُ أَنْ يَغْتَسِلَ

“Bawa dia ke kebun Bani Fulan, dan suruh dia mandi,” [Musnad Ahmad: 9879. al-Albani: Sahih].

Demikian pelajaran kita kali ini tentang hal-hal yang mewajibkan mandi. Matan kita ambil dari Bidayatul Mutafaqqih karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali, kemudian syarah atau penjelasan dalil kita ambil dari Adillatu Bidayatil Mutafaqqih. Semoga bermanfaat.

 

Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Nguter Sukoharjo)

 

 

 

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button