Surat Al Isra ayat 1: Dalil dan Hikmah Isra Miraj
Pembaca rahimakumullah, surat Al Isra ayat 1 merupakan satu dari sekian dalil penting yang menyebutkan mengenai peristiwa isra miraj. Berikut kami ringkaskan bagaimana Imamul Mufasir, Imam At-Tabari Rahimahullah, dalam menafsirkan Surat Al Isra ayat 1. Diringkas oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo).
Teks Arab, Latin, dan Arti Surat Al Isra ayat 1
Pembaca rahimakumullah, Allah ta’ala berfirman:
Latin: Sub-ḥānallażī asrā bi’abdihī lailam minal-masjidil-ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣallażī bāraknā ḥaulahụ linuriyahụ min āyātinā, innahụ huwas-samī’ul-baṣīr
Arti: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS Al Isra: 1).
Penjelasan Surat Al Isra ayat 1
Tentang firman Allah (سُبْحَٰنَ) yang artinya, “Maha Suci Allah”, Imam At-Tabari berkata:
“Subhana” adalah ungkapan untuk menyucikan Allah yang telah memperjalankan hambaNya di sebagian malam, juga untuk membersikan Allah dari ucapan orang musrik bahwa Allah memiliki sekutu dari makhluk (ciptaan) Allah, di mana orang-orang musrik itu menuduh bahwa Allah memiliki istri dan anak. Ungkapan “subhana” juga untuk menunjukkan ketinggian dan keagungan Allah, dari berbagai berbagai kebodohan mereka (kaum musrikin) dan dari berbagai kekeliruan dalam pendapat mereka tentang Allah.”
Tentang firman Allah (أَسْرَىٰ) yang artinya, “yang telah memperjalankan”, Imam At-Tabari menafsirkannya dengan:
“Al-Isra dan As-Sura artinya Sairul Laili (berjalan pada malam hari).”
Tentang firman Allah (لَيْلًا), yang artinya, “pada suatu malam,” Imam At-Tabari menafsirkannya dengan:
“Sebagian malam.” Ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa beliau di-isra-kan sepanjang malam.
Tentang firman Allah (مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ) yang artinya, “dari Masjidil Haram”, Imam At-Tabari memilih penafsiran sebagai berikut:
Bahwa pendapat yang dikedepankan, juga yang benar, adalah pendapat yang mengatakan bahwa Allah azza wa jalla mengabarkan bahwa Allah meng-isra-kan hambaNya (Muhammad ﷺ) dari Masjidil Haram. Masjidil Haram adalah tempat yang sudah diketahui oleh manusia saat mereka menyebutkannya (ketika disebut Masjidil Haram, orang tahunya ya Masjidil Haram yang ada di Mekah, bukan tempat lainnya).
Tentang firman Allah (إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا) yang artinya, “ke Al Masjidil Aqsha,” Imam At-Tabari menafsirkan sebagai berikut:
“Masjidil Aqsha adalah Masjid Baitul Maqdis, yang juga disebut Al-Aqsha karena Masjid Al-Aqsha adalah masjid terjauh yang diziarahi dan merupakan masjid yang diharapkan ada fadhilah (keutamaan) dengan mengunjunginya, setelah mengunjungi Masjidil Haram.”
Nabi Muhammad ﷺ di-Isra-kan dengan jasad dan ruh atau ruh beliau saja? Tentang hal ini Imam At-Tabari setelah memaparkan berbagai pendapat akhirnya menyimpulkan:
Bahwa sesungguhnya Allah meng-isra-kan hambaNya Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah kepada hamba-hambaNya, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai kabar dari Rasulullah ﷺ bahwa Allah membawa beliau di atas Buraq, yang dengan Buraq itu beliau sampai di Baitul Maqdis, lalu salat di sana, menjadi imam bagi para nabi dan Rasul, seperti diperlihatkan kepada beliau sebagian ayat-ayat Allah.
Jadi, pendapat yang mengatakan bahwa beliau di-isra-kan hanya dengan ruh tanpa jasad adalah pendapat yang tidak beralasan, karena seandainya beliau di-isra-kan seperti itu (ruh saja tanpa jasad), itu tidak bisa menjadi bukti (dalil) atas kenabian beliau, juga tidak bisa menjadi argumen atas risalah beliau.
Tentang firman Allah (ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ ) yang artinya, “yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” Imam At-Tabari menafsirkannya sebagai berikut:
“Yang telah Kami (Allah) berkahi sekelilingnya bagi para penghuninya dalam mata pencaharian, makanan, dan tanaman mereka.”
Tentang firman Allah (لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ) yang artinya, “agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami,” Imam At-Tabari menafsirkannya sebagai berikut:
“(Hikmah Isra Miraj adalah) agar Allah memperlihatkan kepada hambaNya Muhammad sebagian tanda-tanda kebesaran Allah. Ada yang mengatakan bahwa (Ayaatina di dalam Surat Al Isra ayat 1) ini maknanya pelajaran, dalil, serta hujah (argumen).”
Tentang firman Allah (إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ), yang artinya, “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” Imam At-Tabari ketika menjelaskan makna Maha Mendengar berkata:
“Sesungguhnya Allah yang memperjalankan hambaNya di sebagian malam adalah Allah yang Maha Mendengar atas apa yang diucapkan oleh mereka kaum musrikin dari kalangan penduduk Mekah tentang perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Mekan hingga Baitul Maqdis. Allah juga Maha Mendengar atas apa yang diucapkan oleh selain mereka, atas apa yang diucapkan oleh mereka dan yang selain mereka.”
Lalu ketika beliau menjelaskan makna Maha Melihat, beliau berkata:
“Al-Bashir maksudnya Allah Maha Melihat atas apa yang mereka lakukan dari berbagai perbuatan mereka. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah. Sebaliknya, Allah melihat dan mengetahui semuanya, dari segi pengetahuan dan jumlah. Allah mengawasi mereka untuk memberi balasan kepada mereka dengan balasan yang pantas diterima oleh mereka.”
Pelajaran
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah menyimpulkan dari Surat Al Isra 1 ini tiga pelajaran:
Penegasan aqidah (keyakinan) bahwa Isra Miraj Nabi Muhammad ﷺ itu dengan ruh dan jasad beliau secarfa bersamaan, dari Masjidil Haram (di Mekah) hingga Masjidil Aqsha, kemudian menuju langit yang tinggi, hingga mendengar goresan pena, dan Allah mewahyukan kepada beliau apa yang Allah wahyukan, serta mewajibkan bagi beliau dan bagi umat beliau salat lima waktu.
Kemuliaan tiga masjid, yaitu 1) Masjidil Haram, 2) Masjid Nabawi, dan 3) Masjidil Aqsha. Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa telah disebutkan dengan dalil, sedang Masjid Rasul ﷺ disebutkan dengan isyarat (tersirat), karena kata Al-Aqsha merujuk pada Qashiyan yang artinya jauh. Jadi, Al-Qashi (jauh) artinya Masjid Nabawi, sedang Al-Aqsha (yang terjauh) Masjid Baitul Maqdis.
Bayan (penjelasan) tentang hikmah Isra Miraj, yaitu untuk menunjukkan kepada Rasulullah ﷺ dengan mata dan kepala beliau sendiri tentang apa yang beliau imani dan beliau ketahui dengan wahyu (maksudnya sebelum Isra Miraj kan beliau tahu dan beriman kepada itu semua hanya berdasarkan wahyu, nah ketika Isra Miraj beliau melihat sendiri semua hal yang gaib dengan mata kepala beliau sendiri).
Sukoharjo, 18 Februari 2023
Irfan Nugroho (Guru TPA di kampung. Tukang menyuguhkan air minum bagi peserta pengajian di masjid kampung)
================
Kami mengajak Anda untuk bersedekah jariyah dalam beberapa program kebaikan yang dikelola oleh admin Mukminun.com:
- 🔴Perawatan Situs Mukminun.com senilai Rp500.000 per tahun. Tambahkan angka 1 di akhir nominal transfer, lalu konfirmasi ke 081216744418 (Irfan Nugroho)
- 🔴Menyekolahkan 2 anak duafa warga lokal di pesantren selama 3 tahun dengan total anggaran: Rp28.000.000. Tambahkan angka 2 di akhir nominal transfer lalu konfirmasi ke 081216744418 (Irfan Nugroho)
- 🔴Konsumsi kajian rutin setiap Ahad bakda Magrib di Masjid At-Taqwa kampung admin sebesar Rp250.000. Tambahkan angka 2 di akhir nominal transfer lalu konfirmasi ke 081216744418 (Irfan Nugroho)
Salurkan infak Anda ke Bank Muamalat: 5210061824 a.n. Irfan Nugroho.
Informasi & Konfirmasi Transfer, hubungi: 081216744418
Semoga menjadi amal jariyah, pemberat timbangan kebaikan di akhirat, juga sebab tambahnya keberkahan pada diri, harta, dan keluarga pembaca semuanya. Aamiin
================