FiqihHadis

Faidah Hadis Orang Sakit Salat sambil Duduk atau Berbaring

Pembaca rahimakumullah, orang sakit tetap harus salat lima waktu, setiap hari. Jika tidak bisa berdiri, dia melakukan salat sembari duduk. Dan jika tetapi tidak bisa salat sambil duduk, dia salat sambil berbaring. Inilah penjelasan dan pelajaran dari hadis tentang salat orang sakit.

MATAN HADIS

Pembaca rahimakumullah, Imam Bukhari meriwayatkan dari Imran bin Husein Radhiyallahu Anhu yang berkata:

كَانَتْ بِي بَوَاسِيرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاةِ فَقَالَ

Saya pernah menderita sakit wasir (ambeien). Maka saya bertanya kepada Nabi ﷺ tentang salat. Kemudian beliau ﷺ bersabda:

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

Salatlah sambil berdiri. Jika tidak bisa, maka duduklah. Jika tidak bisa, maka di atas sisi perut, (Sahih Bukhari: 1117).

PENJELASAN

Kata Imran bin Husein (بَوَاسِيرُ), atau wasir atau ambeien adalah:

وهو مَرَضٌ يُصيبُ فَتْحةَ الشَّرَجِ يَصعُبُ معه الحركةُ والجُلوسُ والقيامُ

Sakit yg menimpa pada anus sehingga menyebabkan kesulitan bergerak, duduk, dan berdiri.

Sabda Nabi (صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا), maksudnya:

فإنْ لمْ يَقدِرْ أنْ يُصلِّيَ قائمًا بسَببِ مَرضِه؛ بأنْ وَجَدَ مَشقَّةً شَديدةً في القيامِ، أو خاف زِيادةَ مَرَضٍ، أو هَلاكًا؛ فلْيُصَلِّ قاعدًا

Jika seseorang tidak mampu salat sambil berdiri karena sakitnya, karena adanya kesusahan yg sangat untuk berdiri, atau khawatir sakitnya semakin parah, maka hendaknya dia salat sambil duduk.

Sabda Nabi (فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ) maksudnya:

فإنْ لمْ يَقدِرْ على الصَّلاةِ قاعدًا فلْيُصلِّ واضعًا جَنْبَه على الأرضِ، ولم يُحدِّدْ أيَّ جَنبٍ، إلَّا أنَّه يُقدِّمُ الأيمنَ ما استطاعَ

Jika tidak mampu salat sambil duduk, hendaknya dia salat sambil meletakkan sisi lambung di atas bumi. Tidak ada ketentuan sisi yang mana, tetapi yg diutamakan adalah sebisa mungkin sisi kanan.

PELAJARAN DARI HADIS

Pelajaran yang bisa diambil dari hadis ini di antaranya:

إِذَا لَمْ يُطِقْ قَاعِدًا صَلَّى عَلَى جَنْبٍ

1 – Imam bukhari memberi judul hadis ini, “Jika tidak mampu duduk, salat sambil berbaring miring.”

BACA JUGA:  Penjelasan Hadits Ghuluw dalam Beragama, Iyyakum wa Ghuluw

إِنْ لَمْ يَقْدِرْ أَنْ يَتَحَوَّلَ إِلَى الْقِبْلَةِ صَلَّى حَيْثُ كَانَ وَجْهُهُ

2 – Imam Bukhari mengutip perkataan Atha bin Rabbab, “Jika tidak mampu menghadap kiblat, salatlah ke mana pun wajah menghadap.”

فَإِنَّ مَا لَا يُدْرَكُ كُلُّهُ لَا يُتْرَكُ كُلُّهُ

3 – Penetapan kaidah, “Jika tidak mampu melakukan 100%, jangan tinggalkan 100%.”

ولَا يتركُ الصَّلاةَ بحالٍ

4 – Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi setelah menyebutkan hadis ini lantas berkata, “Jangan tinggalkan salat (5 waktu), apa pun keadaannya.”

اليُسرُ ورفْعُ الحرَجِ مِن أبرَزِ خَصائصِ الشَّريعةِ الإسلاميَّةِ

5 – Di antara ciri khas syariat Islam adalah kemudahan, serta diangkatnya kesulitan².

وقدْ كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ سَهلًا يَسيرًا

6 – Nabi ﷺ adalah orang yang entengan dan gampangan.

يُحِبُّ ما يُخفِّفُ عن أُمَّتِه، ويَرفَعُ عنهم الضِّيقَ والحَرَجَ

7 – Nabi ﷺ adalah sosok yg mencintai kemudahan bagi umatnya, serta sering mengangkat kesusahan dan kesempitan dari mereka.

Karangasem, 29 April 2024

Irfan Nugroho (Menerjemahkan ini tanpa menggubris serunya warga kampung yg menonton pertandingan AFC Cup U-23 antara Indonesia versus Uzbekistan).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button