Adab

Tadzkiratus Sami: Adab Menutup Pelajaran

Pembaca rahimakumullah, berikut adalah terjemahan dari kitab Tadzkiratus Sami wal Mutakallim Bab 2, Pasal 2, Poin 11 tentang adab menutup pelajaran atau kajian. Bab 2 adalah tentang Adab Guru kepada Dirinya serta Perhatian terhadap Murid dan Pelajarannya. Pasal 2 adalah tentang Adab Guru di dalam Pelajarannya. Poin 11 adalah tentang adab menutup pelajaran Teruskan membaca. Semoga bermanfaat.

Syaikh Badrudin Ibnu Jamaah berkata:

جَرَتْ الْعَادَةُ أَنْ يَقُولَ الْمُدَرِّسُ عِنْدَ خَتْمِ كُلِّ دَرْسٍ: وَاللَّهُ أَعْلَمَ ، وَكَذَلِكَ يَكْتُبُ الْمُفْتِي بَعْد كِتَابَةِ الْجَوَابِ

Adat yang berjalan adalah bahwa guru mengucapkan di penghujung setiap pelajarannya, “Wallahu a’lam,” dan mufti menulis yang sama setelah menulis jawaban (fatwa).

لَكِنَّ الْأُولَى أَنْ يُقَالَ قَبْلَ ذَلِكَ كَلَامٌ يُشْعِرُ بِخَتْمِ الدَّرْسِ كَقَوْلِهِ : (وَهَذَا آخِرُهُ) أَوْ (مَا بَعْدَهُ يَأْتِي إِنْ شَاءَ اَللَّهُ تَعَالَى) وَنَحْو ذَلِكَ لِيَكُونَ قَوْلُهُ: (وَاللَّهُ أَعْلَمَ) خَالِصًا لِذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى, وَلِقَصْدِ مَعْنَاهُ

Akan tetapi, yang utama adalah sebelum mengucapkan kalam tersebut, guru mengisyaratkan bahwa pelajaran akan berakhir, seperti dengan ucapan, “Ya, inilah akhirnya,” atau “Apa yang sesudah ini akan tiba, in sya Allah ta’ala,” atau yang semisalnya. Tujuannya adalah supaya ucapan, “Wallahu a’lam,” benar-benar tulus karena zikrullah ta’ala, dan supaya tercapai maknanya.

وَلِهَذَا يَنْبَغِي أَنْ يَسْتَفْتِحَ كُلَّ دَرْسٍ بِ(بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) لِيَكُونَ ذَاكِرًا لِلَّهِ تَعَالَى فِي بِدَايَتِهِ وَخَاتِمَتِهِ

Oleh karena itu, hendaknya (guru) membuka setiap pelajaran dengan, “Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim,”, supaya (terdapat unsur) zikrullah ta’ala di awal dan penghujungnya (pelajaran).

وَالْأَوْلَى لِلْمُدَرِّسِ أَنْ يَمْكُثَ قَلِيلاً بَعْدَ قِيَامِ الْجَمَاعَةِ فَإِنَّ فِيهِ فَوَائِدَ وَآدَابًا لَهُ وَلَهُمْ مِنْهَا

Akan lebih baik jika guru tetap di tempatnya sebentar, setelah jamaah berdiri (bubar), karena di dalamnya terdapat banyak faidah dan adab bagi dirinya dan bagi mereka (para jamaah), di antaranya:

عَدَمُ مُزَاحَمَتِهِمْ ، وَمِنْهَا إنْ كَانَ فِي نَفْسِ أَحَدِ بَقَايَا سُؤَالٍ سَأَلَهُ ، وَمِنْهَا عَدَمُ رُكُوبِهِ بَيْنَهُمْ إِنْ كَانَ يَرْكَبُ وَغَيْرَ ذَلِكَ

1) Tidak berdesak-desakan dengan mereka, 2) Jika pada diri seseorang tersisa pertanyaan, dia akan bertanya (kepada sang guru), dan 3) Kendaraannya tidak berada di antara mereka, jika sang guru memakai kendaraan, dan yang lainnya.

وَيُسْتَحَبَّ إِذَا قَامَ أَنْ يَدْعُوَ بِمَا وَرَدَ بِهِ الْحَدِيثُ (سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكُ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ)

Disunahkan ketika berdiri untuk berdoa dengan apa yang diriwayatkan di dalam hadis, “Maha Suci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji Engkau, tidak ada Ilah yang benar untuk disembah selain Engkau. Saya memohon ampun kepada Engkau. Saya bertaubat kepada Engkau,” (Sunan At-Tirmizi: 3433).

BACA JUGA:  Adab kepada Tetangga dari Kitab Sahih Adab Islamiyah

Demikian terjemahan dari kitab Tadzkiratus Sami wal Mutakallim, Bab 2, Pasal 2, Poin11 tentang adab menutup pelajaran. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum

Karangasem, 1 Juni 2024

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa dan PP Irmas Bani Saimo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button