Pembaca rahimakumullah, menjawab azan memiliki keutamaan yang sangat besar. Apa saja? Berikut adalah terjemahan dari bab keutamaan menjawab azan dari kitab Tariqus Salihin karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Semoga bermanfaat. Teruskan membaca!
Keutamaan Menjawab Azan
Pembaca rahimakumullah, menjawab azan di sini merujuk pada istilah di dalam bahasa Arab yang berarti Tardid, yang dimaknai dengan:
Meniru, dengan mengulangi, perkataan orang lain.
Entah apa istilah yang tepat di dalam bahasa Indonesia, bisa saja dimaknai dengan menjawab azan, mengulang azan, membalas azan, meniru azan, atau yang semisal.
Apa saja pahala dari menjawab azan? Berikut adalah keutamaan menjawab azan:
Tahlil setelah Azan, Sebab Diampuninya Dosa
Di dalam As-Sahihain dari Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu Anhu dari Nabi ﷺ yang bersabda:
Siapa saja yang setelah mendengar (azan dari) muazin mengucapkan, “Asyhadu alla Ilaha illa Allah, wahdahu laa syarika lahu, wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu. Radhitu billahi Rabba, wa bi Muhammadin Rasulan, wa bil Islami dinan,” dosa-dosanya diampuni, (Sahih Muslim: 386).
PENJELASAN
Secara default, yang diampuni adalah dosa-dosa kecil. Namun, Imam An-Nawawi pernah berkata, “Jika seseorang tidak memiliki dosa kecil, maka diharapkan amalan ini bisa meringankan dosa-dosa besar. Dan jika seseorang tidak memiliki dosa besar, maka diharapkan bisa meningkatkan derajatnya,” (Baca di sini).
PELAJARAN
1 – Hukumnya sunah bagi siapa saja yang mendengarkan azan untuk mengucapkan zikir ini,
2 – Zikir yang disebutkan ini terasuk amal yang akan menjadi sebab diampuninya dosa-dosa,
3 – Besarnya rahmat Allah ketika Allah menentukan ada begitu banyak amal yang bisa menjadi sebab diampuninya dosa, (Tabsirus Sairin).
Mendoakan Nabi ﷺ setelah Azan, Sebab Mendapat Syafaatnya
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Siapa saja yang berdoa setelah mendengar adzan: ALLAHUMMA RABBA HAADZIHID DA’WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA’IMAH. AATI MUHAMMADANIL WASIILATA WALFADLIILAH WAB’ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII WA’ADTAH (Ya Allah, Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik salat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan kepada Muhammad. Bangkitkanlah beliau pada kedudukan yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau telah jannjikan), maka dia berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat, (Sahih Bukhari: 614).
PENJELASAN
“Seruang yang sempurna ini” maksudnya adalah lafaz azan yang tidak akan berubah dan akan senantiasa seperti itu hingga hari kiamat.
“Wasilah” maksudnya adalah kedudukan yang tinggi di dalam surga, yang tidak ada satu orang pun yang pantas menempatinya kecuali beliau ﷺ.
“Maqam mahmudah (kedudukan yang terpuji) maksudnya adalah kedudukan di hari kiamat, yang diakui oleh seluruh makhluk. Ini adalah kedudukan Nabi ﷺ yang paling mulia, karena diberi wewenang Allah untuk memberi syafaat udzma.
“Syafaat” di sini bisa dimaknai dengan:
1 – Syafaat udzma, yaitu syafaat Nabi ﷺ supaya Allah menyegerakan hari penghitungan setelah sekian lama manusia menunggu hari tersebut,
2 – Syafaat dari Nabi ﷺ yang meminta orang-orang tertentu yang memenuhi syarat untuk diangkat dari neraka dan dipindahkan ke dalam surga,
PELAJARAN
1 – Mustahab untuk membaca doa ini ketika selesai azan,
2 – Keutamaan doa ini ketika selesai azan,
3 – Peneguhan tentang hari kebangkitan di hari kiamat,
4 – Penegasan tentang konsep syafaat dari Nabi ﷺ, (Baca di sini)
Menjawab Azan dengan Jujur, Sebab Masuk Surga
Imam Muslim meriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Jika muazin mengucapkan, “Allahu akbar! Allahu akbar,” maka salah seorang dari kalian ucapkan yang serupa,
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Asyhadu An Laa ilaaha illa illa Allah,” orang tersebut mengucapkan yang serupa.
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,” orang tersebut mengacaukan yang serupa,
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Hayya ‘alash salat,” orang tersebut mengucapkan, “Laa haula wa laa quwwata illa billah,”
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Hayya ‘alal falah,” orang tersebut mengucapkan, “Laa haula wa laa quwwata illa billah,”
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar,” orang tersebut mengucapkan yang serupa,
Kemudian setelah muazin mengucapkan, “Laa ilaha illa Allah,” orang tersebut mengucapkan yang serupa,
Dari hatinya, dia akan masuk surga, (Sahih Muslim: 385).
PENJELASAN
“Dari hatinya,” maksudnya adalah melakukannya dengan lisan dan dengan hati, serta tidak berpaling darinya, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 125371).
PELAJARAN
1 – Keutamaan menjawab azan,
2 – Menjawab azan adalah salah satu sebab bagi pelakunya untuk masuk surga,
3 – Penegasan konsep iman terhadap adanya surga,
4 – Besarnya rahmat Allah subhanahu wa ta’ala karena dijadikan bagi kita amalan yang ringan tetapi dengannya sang pelaku bisa masuk surga,
5 – Allah itu Maha Besar, jauh lebih besar daripada harta, kekuasaan, kehormatan, dan segalanya,
6 – Tidak ada satu pun yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah,
7 – Penegasan konsep iman terhadap risalah Nabi ﷺ,
8 – Penjelasan tentang pentingnya amalan hati, karena ia bisa menjadi sebab bagi pelakunya untuk masuk surga, (Tabsirus Sairin). Wallahua’lam
Karangasem, 8 September 2024
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan menempatkan ibunya di surga. Amin).