Adab

5 Adab Memuliakan Tamu dalam Islam

Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala kali ini kita akan sama-sama belajar tentang adab memuliakan tamu yang kita ambil dari kitab Sahih Al-Adab Al-Islamiyah yang ditulis oleh syekh Wahid abdussalam Bali hafizahullah ta’ala. Teruskan membaca hingga selesai.

MEMBUKA PINTU SEBELUM TAMU DATANG

Diantara adab memuliakan tamu dalam hal ini menerima tamu adalah membuka pintu sebelum tamu itu datang atau sampai di rumah kita. Syekh Wahid Abdussalam Bali menulis:

فَتْحُ الْبَابِ قَبْلَ وُصُولِ الضَّيْفِ

Membuka pintu sebelum tamu tiba.

Dalilnya adalah firman Allah taala:

حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا

“Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka,” [QS Az Zumar: 71].

Juga berdasarkan firmanNya:

جَنَّاتِ عَدْنٍ مُّفَتَّحَةً لَّهُمُ الْأَبْوَابُ

“(yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,” [QS Saad: 50].

PELAJARAN

Syaikh Khalid Al-Jauhani menulis di dalam Al-La-ali Al-Bahiyyatu beberapa pelajaran dari bab ini:

عَظِيمٌ إِكْرَامِ اللَّهِ لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ

Besarnya pengagungan Allah terhadap hambaNya dari kalangan orang-orang yang beriman.

تَقْرِيرُ الْإِيمَانِ بِالْجَنَّةِ وَأَنَّ لَهَا أَبْوَابًا

Penegasan tentang konsep iman kepada surga dan bahwa surga memiliki banyak pintu.

يَنْبَغِي لِلْمُضِيفِ أَنْ يَفْتَحَ الْبَابَ قَبْلَ وُصُولِ الضَّيْفِ

Hendaknya tuan rumah membukakan pintu sebelum tamu itu datang.

BERSIKAP ITSAR KEPADA TAMU

Di antara adab memuliakan tamu adalah:

إِيثَارُ الضَّيْفِ وَتَفْضِيلُه

Bersikap itsar kepada tamu dan mengutamakan nya.

Dalil sifat itsar kepada tamu adalah firman Allah taala:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara oleh Allah dari tamak terhadap dunia dan pelit dalam urusan dunia, mereka itulah orang orang yang beruntung,” [QS Hasyr: 9].

PENJELASAN

Tentang firman Allah «وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ», maksudnya adalah mengutamakan orang-orang Muhajirin dalam urusan dunia (karena mengutamakan orang lain dalam urusan akhirat itu makruh, wallahu’alam).

Dalil lain dari sikap itsar kepada tamu adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa:

أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah ﷺ  dan berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَابَنِي الْجَهْدُ

“Wahai Rasulullah, sungguh, aku mengalami kesulitan (tidak mendapatkan makanan).”

Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu melanjutkan:

فَأَرْسَلَ إِلَى نِسَائِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَهُنَّ شَيْئًا

Maka beliau pun mengutus seseorang kepada isteri-isterinya, namun ternyata utusan itu tidak mendapatkan (sesuatu makanan pun).

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Maka Rasulullah ﷺ  bersabda:

أَلَا رَجُلٌ يُضَيِّفُهُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ يَرْحَمُهُ اللَّهُ

“Tidakkah ada seorang pun yang mau menjamunya untuk malam hari ini, semoga Allah merahmatinya.”

Kemudian berdirilah seorang laki-laki dari kalangan Anshar seraya berkata, “Aku wahai Rasulullah.” Lalu laki-laki itu pun pergi menemui keluarganya dan berkata kepada isterinya:

ضَيْفُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدَّخِرِيهِ شَيْئًا

“Ini adalah tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, janganlah kamu mengecewakannya barang sedikit pun.”

قَالَتْ وَاللَّهِ مَا عِنْدِي إِلَّا قُوتُ الصِّبْيَةِ

Sang isteri pun berkata, “Demi Allah, aku tidak lagi memiliki apa-apa kecuali makanan untuk anak kita yang kecil.”

قَالَ فَإِذَا أَرَادَ الصِّبْيَةُ الْعَشَاءَ فَنَوِّمِيهِمْ

Laki-laki itu berkata, “Jika anak-anak ingin makan malam, maka tidurkanlah mereka.

وَتَعَالَيْ فَأَطْفِئِي السِّرَاجَ وَنَطْوِي بُطُونَنَا اللَّيْلَةَ فَفَعَلَتْ

“Lalu kemarilah dan matikanlah lampu, kemudian kita berpura-pura menyantap makanan malam” Maka istrinya itu pun melakukannya.

BACA JUGA:  Istijmar - Sunah Bersuci dengan Batu yang Berjumlah Ganjil

Pada keesokan harinya, laki-laki itu pun menemui Rasulullah ﷺ dan beliau pun bersabda:

لَقَدْ عَجِبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَوْ ضَحِكَ مِنْ فُلَانٍ وَفُلَانَةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Sungguh, Allah merasa ta’ajjub atau tertawa lantaran apa yang dilakukan si Fulan dan si Fulanah. Sehinngga Allah ‘azza wajalla pun menurunkan ayat:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

“Dan mereka lebih mementingkan yang lain, meskipun mereka sendiri sangat kesusahan,” [QS. Al Hasyr: 9].

PELAJARAN

Pelajaran yang bisa diambil dari ayat dan hadis ini, menurut Syekh Khalid Al-Jauhani:

فَضِيلَةُ الْإِيثَارِ عَلَى النَّفْسِ

Keutamaan sifat itsar atau mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.

فَضِيلَةُ إِيوَاءِ الْمُهَاجِرِينَ وَمُسَاعَدَتِهِمْ عَلَى الْعَيْشِ فِي دَارِ الْهِجْرَةِ

Keutamaan memberi tempat menginap bagi orang yang sedang berhijrah juga keutamaan menolong mereka agar bisa tetap hidup di tempat dia berhijrah.

خَطَرَ الشُّحِّ وَهُوَ الْبُخْلُ بِمَا وَجَبَ إِخْرَاجُهُ مِنْ الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى جَمْعِهِ مِنْ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ

Peringatan tentang bahayanya sikap syuha yaitu pelit dengan apa yang wajib dikeluarkan dari harta diperparah dengan memiliki sifat tamak atau rakus dalam mengumpulkan harta baik dari yang halal maupun yang haram.

عَظِيمٌ زَهِدَ النَّبِيُّ حَيْثُ لَمْ يَجِدْ شَيْئًا فِي بُيُوتِ نِسَائِهِ لِيُطْعِمَ الرَّجُلُ

Besarnya sifat zuhud nabi ﷺ di mana beliau tidak memiliki apapun di dalam rumah istri-istrinya yang bisa diberikan kepada lelaki tersebut untuk dia makan.

الْحَثّ عَلَى إِكْرَامِ الضَّيْفِ

Anjuran untuk memuliakan tamu.

الْحَثّ عَلَى إِيثَارِ الضَّيْفِ وَتَفْضِيلِهِ

Anjuran untuk bersifat itsar dan mengutamakan.

إِثْبَاتُ صِفَتَيِ الْعَجَبِ وَالضَّحِكِ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى مَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ

Penegasan tentang beberapa sifat Allah yaitu kagum dan tertawa dengan penyifatan yang sesuai untuk Allah.

فَضِيلَةُ الصَّحَابِيِّ الْمَذْكُورِ ، وَهُوَ أَبُو طَلْحَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقِيلَ غَيْرُهُ

Keutamaan sahabat yang disebutkan di dalam hadis yaitu Abu Thalhah radhiyallahu anhu, meskipun ada pula yang menyebutkan bahwa sahabat di situ bukan Abu Talhah.

NIAT YANG BAIK

Di antara adab memuliakan tamu yang selanjutnya adalah:

النِّيَّةُ الصَّالِحَةُ

Niat yang baik.

Niat yang baik atau saleh hendaknya menjadi dasar bagi seluruh perbuatan manusia yang wajib dan yang Sunnah agar diterima (jika dilakukan dengan benar), juga mengubah perbuatan yang mubah menjadi berpahala. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan,” [Muttafaq Alaih].

PELAJARAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hadis ini adalah:

عَظِيمٌ أَمْرُ الْإِخْلَاصِ ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ صَوَابًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Besarnya perintah ikhlas karena Allah tidak menerima suatu amal kecuali amal itu dilakukan dengan cara yang benar dan dengan mengharapkan ridho Allah.

عِظٌیم فِتْنَةَ النِّسَاءِ ؛ لِذَا خَصَّهَا بِالذِّكْرِ

Besarnya fitnah wanita itulah mengapa di dalam hadis ini disebutkan tersendiri.

عَظِيمٌ فِتْنَةِ الدُّنْيَا

Besarnya fitnah dunia.

التَّحْذِيرُ مِنْ إِرَادَةِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ

Peringatan dari mencari dunia dengan amalan akhirat.

بِالنِّيَّةِ الصَّالِحَةِ تَتَحَوَّلُ الْمُبَاحَاتُ إِلَى مُسْتَحَبَّاتٍ يُثَابُ عَلَيْهَا الْإِنْسَانُ

Dengan niat yang sholeh amalan yang hukumnya mubah akan berubah menjadi mustahab atau sunnah sehingga pelakunya akan mendapat ganjaran atau pahala.

مِنْ أَسَالِيبِ التَّعْلِيمِ : ذَكَرَ قَاعِدَةً ثُمَّ ذَكَرَ مِثَالٍ يُوَضِّحُهَا

Di antara metode pengajaran adalah menyebutkan kaidah lalu memberikan contoh yang bisa menjelaskan kaidah tersebut.

النَّاسُ يَتَفَاوَتُونَ فِي الْأَجْرِ وَالثَّوَابِ بِاخْتِلَافِ النِّيَّةِ

Manusia itu berbeda-beda dalam hal pahala dan ganjaran sesuai dengan kader perbedaan niat mereka.

ربّ عَمَلٍ قَلِيلٍ تُعْظُمُهُ النِّيَّةُ، وَربّ عَمَلٍ عَظِيمٍ تَصْغُرُهُ النِّيَّةُ

Amal yang kecil akan berubah menjadi besar karena niat sedangkan amal yang besar akan berubah menjadi kecil karena niat juga.

النَّاسِ فِي الْهِجْرَةِ قِسْمَانِ:

Jika berbicara tentang hijrah manusia itu terbagi menjadi dua:

الْأَوَّلُ : مَنْ يُهَاجِرُ وَيَدَعُ بَلَدَهُ للَّهَ تَعَالَى وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِهِ فَهَذَا هِجْرَتُهُ للَّهُ وَيُؤْجَرُ عَلَيْهَا كَامِلًا وَيَكُونُ أَدْرَكَ مَا نُوئِ

Pertama: orang yang berhijrah dan meninggalkan negerinya karena Allah ta’ala dan mengharap ridho Allah ta’ala. Maka hijrahnya itu memang benar-benar karena Allah dan dia akan diberi pahala yang sempurna.

الثَّانِي : مَنْ يُهَاجِرُ لِأَغْرَاضٍ دُنْيَوِيَّةٍ ، كَمَنْ هَاجَرَ مِنْ بَلَدِ الْكُفْرِ إِلَى بَلَدِ الْإِسْلَامِ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ أَوْ مِنْ أَجْلِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهَذَا لَا يُثَابُ عَلَى هِجْرَتِهِ

Kedua: orang yang berhijrah karena mengejar urusan duniawi seperti orang yang berhijrah dari negeri kafir ke negeri Islam karena ingin bekerja atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka dia tidak mendapat pahala dari hijrah yang seperti itu.

BACA JUGA:  Adab Guru kepada Diri Sendiri

MENERIMA TAMU DENGAN BAIK

Di antara adab memuliakan tamu khususnya ketika menerima tamu kata syekh Wahid abdussalam Bali Hafiz Allah ta’ala adalah:

حَسَنُ اسْتِقْبَالِ الضَّيْفِ

Menerima tamu dengan cara yang baik.

Imam at Tirmidzi meriwayatkan suatu hadis yang beliau menyebut hadis ini statusnya Hasan Ghorib dari sahabat Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu seagama adalah sedekah bagimu,” [Jami At-Tirmizi: 1956].

PENJELASAN

Yang dimaksud dengan «لَكَ صَدَقَةٌ» adalah orang yang menunjukkan wajah berseri-seri atau wajah yang manis tersenyum ketika bertemu dengan saudaranya seagama maka dia akan mendapat pahala dari perbuatan seperti itu dan pahalanya itu semisal dengan pahala sedekah.

Juga disebutkan di dalam Ash-Shahihain dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma yang mengatakan bahwa ketika datang utusan Abdul Qais kepada Rasulullah ﷺ maka beliau menyambutnya dengan bersabda:

مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلَا نَدَامَى

“Selamat datang wahai utusan yang datang dengan tanpa membawa kehinaan dan penyesalan,” [Sahih Bukhari: 6176].

Masih di dalam Ash-Shahihain dari Aisyah radhiyallahu anha yang berkata:

أَقْبَلَتْ فَاطِمَةُ تَمْشِي كَأَنَّ مِشْيَتَهَا مَشْيُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Datang kepadaku Fatimah. Berjalan seperti berjalannya nabi ﷺ. Maka nabi ﷺ bersabda:

مَرْحَبًا بِابْنَتِي

“Marhaban (selamat datang) wahai putriku,” [Sahih Bukhari: 3353].

Kemudian terakhir mengenai bab ini syekh Wahid abdussalam Bali mengutip hadis di dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim dari Ummu Hani radhiyallahu anha yang berkata:

ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْفَتْحِ

Saya datang ke rumah Rasulullah ﷺ pada tahun terjadinya Fathul Mekah.

فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ ابْنَتُهُ تَسْتُرُهُ

Maka saya mendapati beliau sedang mandi dan Fatimah putri beliau sedang menutupi beliau mandi.

قَالَتْ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ

Maka saya mengucapkan salam kepada beliau.

فَقَالَ مَنْ هَذِهِ

Beliau pun bertanya, “Siapa ini?”

فَقُلْتُ أَنَا أُمُّ هَانِئٍ بِنْتُ أَبِي طَالِبٍ

Maka aku katakan, “Saya Ummu Hani anak dari Abu Thalib.”

فَقَالَ مَرْحَبًا بِأُمِّ هَانِئٍ

Maka beliau pun bersabda, “Marhaban atau selamat datang Ummu Hani,” [Sahih Al-Bukhari: 344].

BACA JUGA:  Sunnah Memakai Baju yg Paling Indah ketika Jumatan

PELAJARAN

Dari hadis ini syekh Khalid Al-Juhani menyimpulkan beberapa pelajaran:

الْحَثّ عَلَى حُسْنِ اسْتِقْبَالِ الضَّيْفِ وَالتَّرْحِيبِ بِهِ

Anjuran untuk menyambut dan menerima tamu dengan cara yang baik.

فَضِيلَةُ التَّبَسُّمِ فِي وُجُوهِ هِ الْمُسْلِمِينَ

Keutamaan menunjukkan wajah berseri-seri di hadapan kaum muslimin.

الصَّدَقَةِ لَا تَقْتَصِرُ عَلَى الْمَالِ فَقَطْ

Sedekah itu tidak terbatas hanya pada harta.

فَضِيلَةُ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ

Keutamaan utusan Abdul Qais

فَضِيلَةُ فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

Keutamaan Fatimah radhiyallahu anha

فَضِيلَةُ أُمِّ هَانِئٍ رِضَاللَّهُ عَنْهَا

Keutamaan Ummu Hani radhiyallahu anha.

MENYEDIAKAN JAMUAN DAN MENGHORMATI TAMU

Di antara adab memuliakan tamu menurut syekh Wahid abdussalam Bali adalah:

تَقْدِيمُ وَاجِبِ الضِّيَافَةِ وَإِكْرَامِ الضَّيْفِ

Menyediakan jamuan dan memuliakan tamu.

Hal ini didasarkan pada firman Allah ta’ala:

{هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24) إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا ۖ قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ (25) فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ (26) فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (27)} [الذاريات : 24-27]

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan Anda makan”, [QS Adz-Dzariyat: 24-27].

Di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi ﷺ yang bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia memuliakan tamunya,” [Sahih Bukhari: 5671].

PENJELASAN

Yang dimaksud dengan «فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ» adalah menunjukkan wajah yang berseri-seri, berkata yang baik dengan cara yang baik kepada, memberikan kemudahan kepadanya, dan yang semisal.

PELAJARAN

Syekh Khalid Al-Jauhani di dalam Al-La-ali Al-Bahiyyatu menyimpulkan beberapa poin pelajaran tentang ayat dan hadis dalam bab ini:

عَظِيمٌ كَرَّمَ نَبِيُّ اللَّهِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السّلَامُ

Besarnya sifat pemurah dari nabiyullah Ibrahim alaihissalam.

الْمَلَائِكَةُ قَادِرَةٌ عَلَى التَّصَوُّرِ فِي صُوَرِ آدَمِيِّينَ

Malaikat mampu menunjukkan diri dalam wujud manusia.

الْحَثّ عَلَى إِكْرَامِ الضَّيْفِ

Anjuran untuk memuliakan tamu.

الْإِسْلَامُ يَسْعَى إِلَى إِقَامَةِ مُجْتَمَعٍ مُتَرَابِطٍ مُتَمَاسِكٍ

Ajaran Islam berupaya mewujudkan suatu masyarakat yang saling terhubung dan saling akur.

الْإِيمَانِ يَزِيدُ وَيَنْقُصُ

Iman itu bertambah dan berkurang.

الضِّيَافَةُ لَيْسَتْ فَرْضًا

Hukum memuliakan tamu bukan wajib.

يَنْبَغِي لِلضَّيْفِ أَلَّا يَمْكُثَ عِنْدَ الْمُضِيفِ أَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ

Hendaknya seorang tamu tidak menginap di kediaman tuan rumah lebih dari tiga hari.

لِلْمُضِيفِ أَنْ يُكْرِمَ الضَّيْفَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ ثُمَّ يُطْعِمَهُ بَقِيَّةَ الْأَيَّامِ الثَّلَاثَةِ مِمَّا يَأْكُلُ

Bagi tuan rumah hendaknya memuliakan tamunya di malam pertama kemudian memberinya makan di sisa tiga hari selanjutnya dengan apa-apa yang dia makan.

====

🔴Apabila bapak/ibu/saudara pembaca semua ingin ikut andil dalam program dakwah melalui situs mukminun.com atau channel YouTube Mukminun TV, Anda bisa menyalurkan infak melalui nomor rekening Bank Muamalat: 5210061824 a.n. Irfan Nugroho.

🔴Semoga menjadi amal jariyah, pemberat timbangan kebaikan di akhirat, juga sebab tambahnya keberkahan pada diri, harta, dan keluarga pembaca semuanya. Aamiin

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button