TafsirAqidah

Hikmah dari QS Al-Jin 6, Larangan Meminta kepada Jin

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, di antara hikmah dari QS Al-Jin 6 adalah larangan meminta kepada jin. Meminta di sini bisa berupa apa saja, entah itu barang, pertolongan, perlindungan, atau yang lainnya. Simak tulisan ini tentang tafsir dan hikmah yang bisa diambil dari ayat tersebut. Teruskan membaca!

BUNYI & ARTI QS AL-JIN 6

Pembaca rahimakumullah, Allah ta’ala berfirman di dalam QS Al Jin, ayat yang ke-6:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

وَأَنَّهُ: lan sak temenkelakuan

كَانَ: iku ana

رِجَالٌ: sapa pira-pira wong lanang

مِّنَ الْإِنسِ: saking menungsa

يَعُوذُونَ: iku nyuwun pangreksa sapa wong-wong lanang

بِرِجَالٍ: kelawan pira-pira wong lanang

مِّنَ الْجِنِّ: saking jin

فَزَادُوهُمْ: mangka nambahi sapa wong-wong lanang saking menungsa ing wong-wong

رَهَقًا: ing lacut

Tafsir Al-Ibriz:

Lan sejatine ana wong lanang-lanang saking manungsa iku pada njaluk perlindungan klawan sebagian saking jin, tibane wong lanang-lanang saking manungsa mau malah nambahi lacut marang sebagean saking jin mau.

KH. Bisri Mustafa juga berkata:

Wong-wong Arab zaman biyen yen nuju lelungan, banjur arep labuh manggon ana ing siji panggonan kang dianggep singgit (wingit), dheweke nuli muni, “A’uzu bisayyidi hazal makani min sufahai.” Nanging bareng Islam tumeka nuli diganti ta’awudz kelawan Allah ta’ala, A’uzu billahi minassyaitonirrojim.” Mengkene iki ora beda karo wong Jawa zaman biyen nganthi zaman iki isih ana kekerine, anggone padha memule utawa sesaji marang danyang-danyang kang dianggep mbahureksa desa utawa kampung.

TAFSIR AS-SA’DI

Tentang firman Allah (وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ), Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di berkata:

أَيْ: كَانَ الْإِنْسُ يَعُوذُونَ بِالْجِنِّ عِنْدَ الْمَخَاوِفِ وَالْأَفْزَاعِ وَيَعْبُدُونَهُمْ

Orang-orang bisa meminta perlindungan pada jin ketika merasa takut dan gentar.

Tentang firman Allah (فَزَادُوهُمْ رَهَقًا), Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di mengatakan bahwa bagian ini memiliki dua makna. Pertama, bagi jin:

طُغْيَانًا وَتَكَبُّرًا لَمَّا رَأَوُا الْإِنْسَ يَعْبُدُونَهُمْ، وَيَسْتَعِيذُونَ بِهِمْ

Jin semakin zalim dan sombong ketika mereka melihat manusia menyembah dan meminta perlindungan kepada mereka.

Kedua, bagi manusia:

زَادَ الْجِنُّ الْإِنْسَ ذُعْرًا وَتَخْوِيفًا لَمَّا رَأَوْهُمْ يَسْتَعِيذُونَ بِهِمْ لِيُلْجِئُوهُمْ إِلَى الِاسْتِعَاذَةِ بِهِمْ

Jin jahat akan membuat manusia semakin takut dan panik jika mereka (jin jahat) tahu bahwa manusia justru meminta perlindungan kepada mereka (jin jahat). Mereka (jin jahat) berbuat demikian supaya manusia meminta pertolongan dan perlindungan kepada mereka (jin jahat).

HIKMAH DARI QS AL JIN 6

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari ayat ini adalah sebagai berikut:

1 – Jin itu Ada

Penyebutan kata jin di dalam ayat ini menjadi dalil bahwa jin adalah ada. Ia adalah bagian dari konsep iman kepada yang gaib. QS Al-Jin ayat 6 menjadi penguat bagi firman Allah di dalam QS Al-Hijr 26 tentang penciptaan jin, di mana Allah berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS Al-Hijr: 26)

 وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas, (QS Al-Hijr: 27).

BACA JUGA:  Tempat Tinggal Para Malaikat Adalah Di ...

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

 خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala. Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan ciri-cirinya untuk kalian, (Sahih Muslim: 2996).

2 – Ada Jin Laki-laki dan Perempuan

Penyebutan “rijal” di dalam ayat ini menunjukkan bahwa jin itu juga ada yang laki-laki, ada juga yang perempuan. Hal ini diperkuat dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ apabila hendak masuk kamar mandi, beliau mengucapkan doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari Al-Khubutsi dan Al-Khobaaits,” (Sahih Bukhari: 142 dan Sahih Muslim: 375).

Syaikh Wahid Abdussalam Bali berkata:

اَلْخَبَائِث: جَمْعُ الْخَبِيثَةِ ، يُرِيدَ : ذُكُورُ الشَّيَاطِينِ وَإِنَاثِهِمْ

Al-Khabaits adalah jamak dari Al-Khabitsah. Maksudnya, setan laki-laki dan setan perempuan.

3 – Jin Terkena Beban Syariat

QS Al-Jin ayat 6, khususnya di bagian (فَزَادُوهُمْ رَهَقًا), menunjukkan bahwa jin bisa bertambah dosa dan kezalimannya. Oleh karena itu, jin adalah makhluk yang terkena beban syariat. QS Al-Jin ayat 6 menjadi penguat atas firman Allah tentang status jin sebagai mukallaf:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menauhidkan Allah, (QS Adz-Dzariyat: 56).

Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di di dalam Taisirul Karimir Rahman berkata ketika menafsirkan QS Al-Jin ayat 1 dan 2:

 في هذه السُّورةِ فوائِدُ كثيرةٌ؛ مِنها: وُجودُ الجِنِّ وأنَّهم مُكَلَّفون مَأمورونَ مُكَلَّفون مَنهِيُّون، مُجازَونَ بأعمالِهم

Di dalam surat ini terdapat faidah yang banyak, di antaranya adalah bahwa jin itu ada, dan bahwa mereka itu mukallaf, mereka mendapat perintah dan larangan, dan mereka mendapat balasan atas perbuatan mereka.

4 – Tidak Boleh Mengagungkan Jin

Perhatikan, oleh karena jin dan manusia adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah, juga sama-sama terkena beban taklif, maka manusia tidak boleh mengagungkan jin. Syaikh Muqbil bin Hadi pernah berkata:

وَلَا يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نُعَظِّمَ الْجِنُّ تَعْظِيمًا حَتَّى يَخَافَ أَطْفَالُنَا وَنِسَائِنَا مِنْهُمْ ، فَرُبَّمَا إِذًا عَظَّمْنَاهُمْ يُزْعِجُونَ الْمُسْلِمِينَ كَمَا قَالَ اَللَّهُ فِي كِتَابِهِ اَلْكَرِيمِ حَاكِيًا عَنْهُمْ :

Tidak sepatutnya bagi kita untuk mengagungkan jin dengan pengagungan yang membuat anak anak kita dan istri isteri kita takut kepada mereka. Jika kita mengagungkan mereka, mereka justeru akan mengganggu orang-orang muslim. (Kemudian beliau menyebutkan QS Al-Jin ayat 6).

Perhatikan baik-baik perkataan beliau, “Jika kita mengagungkan jin, jin justru akan mengganggu manusia (yang mengagungkannya).” Hal ini selaras dengan salah satu fatwa dari Islam Yaum:

BACA JUGA:  Tauhid Muyassar: Definisi Syirik dan Macam-macamnya

Tertulis di dalam fatwa islam yaum:

إِنَّ الْجِنَّ لَا يَتَسَلَّطُونَ إِلَّا عَلَى مَنْ يَخَافُهُمْ وَيَخْشَاهُمْ كَمَا قَالَ :

Sesungguhnya jin tidak bisa berkuasa atas manusia kecuali atas manusia yang takut kepada jin dan tunduk kepada jin, sebagaimana firman Allah di dalam QS Al-Jin ayat 6.

5 – Tidak Boleh Memanggil Jin

Pembaca rahimakumullah, di antara bentuk pengagungan kepada jin adalah memanggil jin. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh memanggil jin, jaelangkung, atau arwah. Syaikh bin Baz pernah berkata:

فَلَا يَجُوزُ أَنْ يَدْعُوهُمْ وَلَا أَنْ يَسْتَغِيثَ بِهُمْ كَانَ يَقُولُ: يَا كَذَا يَا كَذَا أَغِثْنِي أَوْ اُنْصُرْنِي مِنْ الْجِنِّ أَوْ مِنْ الْعِبَادِ أَوْ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ أَوْ مِنْ الْمَلَائِكَةِ كُلَّ هَذَا لَا يَجُوزُ ، وَاللَّهُ ذَمُّ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ وَقَالَ :

Tidak boleh memanggil jin. Tidak boleh beristighosah kepada jin seperti dengan mengucapkan, “Wahai jin. Wahai jin. Tolong saya. Bantu saya dari jin ini, dari orang itu, dari nabi itu dari malaikat ini.” Ini tidak boleh. Allah mencela orang yang melakukan itu di dalam QS Al-Jin ayat 6.

6 – Tidak Boleh Memanggil Arwah

Ruh manusia yang sudah meninggal berada di alam yang berbeda dari manusia. Ruh orang beriman berada di Illiyin, sedang ruh orang kafir berada di Sijjin. Baca Surat Al-Mutaffifin tentang hal ini.

Hilal Bin Yasaf berkata:

 سَأَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ كَعْبًا وَأَنَا حَاضِرٌ عَنْ سِجِّينٍ، قَالَ:

Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab, dan saya hadir waktu itu, tentang Sijjin. Maka Ka’ab berkata:

هِيَ الْأَرْضُ السَّابِعَةُ، وَفِيهَا أَرْوَاحُ الْكُفَّارِ

Sijjin adalah bumi lapis ketujuh, yang di dalamnya terdapat ruh-ruh orang kafir.

وَسَأَلَهُ عَنْ عِلّيين فَقَالَ:

Dan beliau (Ibnu Abbas) juga bertanya tentang Illiyin, maka Ka’ab berkata:

 هِيَ السَّمَاءُ السَّابِعَةُ، وَفِيهَا أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ

Illiyin adalah langit ketujuh, yang di dalamnya terdapat ruh-ruh orang beriman, (Tafsir Ibnu Katsir).

Lalu bagaimana dengan beberapa orang yang mengadakan ritual memanggil arwah leluhur, arwah kiai, masayikh? Lajnah Daimah pernah ditanya tentang ritual memanggil arwah dengan jalan mediumisasi, lalu mereka menjawab:

إِنَّ ذَلِكَ هُوَ الْمَعْرُوفُ بِاسْتِخْدَامِ الْجِنِّيِّ وَاسْتِحْضَارِهِ بِأَدْعِيَةٍ وَتَعْوِيذَاتٍ يَقُومُ بِهَا مُسْتَحْضِرَةٌ

Perbuatan itu lebih dikenal dengan memperalat jin atau menghadirkan jin, dengan doa-doa dan mantra-mantra yang diucapkan oleh pemanggil arwah.

وَذَلِكَ نَوْعٌ مِنْ الشَّعْوَذَةِ وَالْكِهَانَةِ ، وَهُوَ مَمْنُوعٌ شَرْعًا ؛ لِمَا فِيهِ غَالِبًا مِنَ الشِّرْكِ وَالْكَذِبِ وَدَعْوَى عِلْمِ الْغَيْبِ وَنَحْوُ ذَلِكَ ، قَالَ اَللَّهُ تَعَالَى :

Ini termasuk sihir dan perdukunan. Dan ini dilarang oleh syariat, karena pada umumnya terdapat kesyirikan, dusta, mengaku mengetahui yang gaib, dan yg semisal. Lalu Lajnah Daimah menyebutkan QS Al-Jin ayat 6.

7 – Tidak Boleh Meminta Bantuan Jin, Meskipun dalam Kebaikan

Jika sekadar memanggil saja jin atau arwah saja tidak boleh, apalagi dengan meminta bantuan, lebih tidak boleh. Tetapi bagaimana jika permintaan bantuan kepada jin itu dalam hal kebaikan?

Lajnah Daiman Arab Saudi pernah ditanya tentang bolehkah bertanya kepada jin tentang jenis penyakit dan jenis pengobatan untuk sakit ain atau sihir, kemudian mereka menjawab:

لَا تَجُوزُ الِاسْتِعَانَةُ بِالْجِنِّ فِي مَعْرِفَةِ نَوْعِ الْإِصَابَةِ ، وَنَوْعَ عِلَاجِهَا ؛ لِأَنَّ الِاسْتِعَانَةَ بِالْجِنِّ شِرْكٌ

Anda tidak boleh meminta bantuan kepada jin dalam mengetahui jenis penyakit dan jenis penyembuhannya, karena meminta pertolongan kepada jin adalah kesyirikan, (kemudian mereka mengutip QS Al-Jin ayat 6 tadi).

BACA JUGA:  Faidah QS At-Taubah 103: Khudz Min Amwalihim Shadaqatan

Catatan: Jika meminta bantuan dalam kebaikan saja tidak boleh, berarti meminta bantuan jin dalam keburukan adalah jauh lebih tidak boleh. Itulah mengapa di fatwanya yang lain, Lajnah Daimah berkata:

فَاسْتِعَانَة الْإِنْسِيُّ بِالْجِنِّيِّ فِي إِنْزَالِ ضَرَرِ بِغَيْرِهِ وَاسْتِعَاذَتِهِ بِهِ فِي حِفْظِهِ مِنْ شَرِّ مِنْ يَخَافُ شَرِهَ كُلُّهُ شِرْكٌ .

Seseorang meminta bantuan dari jin dalam menyebabkan bahaya kepada orang lain, atau seseorang meminta perlindungan kepada jin agar menjaganya dari keburukan, ini semua adalah kesyirikan.

8 – Jenazah Peminta Bantuan Jin Tidak Disalati

Apa hukuman dari masyarakat kepada orang yang meninggal dunia dan belum bertaubat dari interaksinya dengan jin? Lajnah Daimah Arab Saudi berkata:

وَمَنْ كَانَ هَذَا شَأْنُهُ فَلَا صَلَاةً لَهُ وَلَا صِيَام لِقَوْلِهِ تَعَالَى:

Siapa saja yang melakukan hal tersebut (meminta bantuan/perlindungan kepada jin) maka salat dan puasanya tidak diterima. Hal ini didasarkan pada firman Allah taala:

﴿لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾

Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi, (QS Az-Zumar: 65).

وَمِنْ عُرِفَ عَنْهُ ذَلِكَ لَا يُصَلَّى عَلَيْهِ إِذَا مَاتَ ، وَلَا تَتْبَعُ جِنَازَتَهُ ، وَلَا يُدْفَنُ فِي مَقَابِرِ الْمُسْلِمِينَ

Siapa saja yang diketahui melakukan hal tersebut, jika dia mati maka tidak disalati, tidak diiringi jenazahnya, dan tidak dimakamkan di pemakaman muslim.

9 – Meminta Perlindungan hanya kepada Allah

Ingat, tidak boleh mengagungkan jin. Tidak boleh memanggil jin, apalagi sampai meminta bantuan maupun perlindungan kepada jin. Lalu bagaimana jika kita merasa ngeri ketika tiba di suatu tempat.

Imam Muslim meriwayatkan dari Kholwah binti Hakim As Sulamiyyah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

 مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ

Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas dia mengucapkan:

 أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)

 لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

Maka tidak ada sama sekali yang dapat membahayakan dirinya sampai dia berpindah dari tempat tersebut” (Sahih Muslim: 2708).

Syaikh Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqitti berkata:

وَلَا يُقَدِّرُ الْجِنِّيُّ أَنْ يَضُرَّكَ بِشَيْءٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ، وَالْجِنُّ أَضْعَفَ مَا يَكُونُ إِذَا اِسْتَعَانَ الْعَبْدُ بِاللَّهِ وَأَكْثَرُ مِنْ ذِكْرِهِ

Jin tidak mampu membahayakan Anda dengan sesuatu pun kecuali atas izin Allah. Jin adalah makhluk yang paling lemah di hadapan hamba yang selalu meminta perlindungan kepada Allah dan banyak mengingat Allah.

10 – Jika Bertemu dengan Jin tanpa Memanggilnya

Apa yang dilakukan jika bertemu dengan jin tanpa memanggilnya? Syaikh bin Baz berkata:

يَجِبُ أَنْ يَحْذَرُوا ، أَمَّا دَعْوَتُهُمْ إِلَى اللَّهِ إِذَا عَرَفَتْهُمْ ، وَتَعْلِيمُهُمْ مَا يَنْفَعُهُمْ ، وَنَصِيحَتُهُمْ ، وَوَعْظُهُمْ ، وَتَذْكِيرُهُمْ ، فَلَا بَأْس بِذَلِكَ.

Wajib untuk berhati-hati dari jin. Tetapi kalau mendakwahi mereka kepada Allah, jika Anda bertemu dengan mereka, mengajari mereka sesuatu yang bermanfaat bagi mereka (perihal agama), menasihati mereka, memberi peringatan kepada mereka, mengingatkan mereka, maka hal ini tidak mengapa.

PENUTUP

Demikian penjelasan dan hikmah QS Al-Jin 6. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum

Karangasem, 30 Mei 2024

Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni ibunya, merahmatinya, serta menempatkannya di surga. Amin)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button