Keluarga

Hukum Istri Memakai Jilbab di depan Anak Angkat Menurut Islam


Pertanyaan:

Apakah berdosa jika saya tidak memakai jilbab di depan anak angkat saya hasil adopsi? Saya tidak ingin memakai jilbab karena khawatir membuat dia seperti orang asing dan akhirnya menyakiti perasaannya. Adalah cara lain agar saya tidak perlu memakai jilbab di depan anak adopsi saya?
Jawaban oleh Tim Fatwa Asy-Syabakah Al-Islamiyah, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqitti Hafizahullah
Segala puji hanya milik Allah . Selawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad , keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti beliau hingga di hari kiamat.
Anak itu bukan mahrom bagi Anda. Oleh karena itu, jika dia telah mencapai masa puber atau baligh, Anda harus memakai jilbab di depannya, dan Anda tidak boleh berduaan dengan dia dan hal lainnya yang hanya boleh dilakukan dengan kerabat yang mahrom.
Perlu dicatat bahwa membantu anak yatim dan merawatnya adalah salah satu amalan yang paling mulia. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah bersabda:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ ‏”‏ ‏.‏ وَأَشَارَ بِأُصْبُعَيْهِ يَعْنِي السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى
Artinya:
“Saya dan orang tua asuh anak yatim akan berada di Syurga seperti ini,” lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah beliau. (Sunan At-Tirmizi. Sahih)
Meski demikian, mengadopsi anak akan menjadi haram dan tidak boleh menisbatkan anak angkat tersebut kepada suami Anda, dan Anda bukanlah ibu dari anak tersebut. Anda harus menisbatkan anak tersebut kepada ayah kandungnya jika diketahui, dan jika tidak diketahui, dia harus dinisbatkan secara umum, misal dengan menjulukinya Ibnu Abdullah (Anaknya Hamba Allah) atau Ibnu Abdurrahman (Anaknya Hamba Allah yang Maha Penyayang).
BACA JUGA:
Allah berfirman:
مَا جَعَلَ اللّٰهُ لِرَجُلٍ مِّنْ قَلْبَيْنِ فِيْ جَوْفِهٖ ۚوَمَا جَعَلَ اَزْوَاجَكُمُ الّٰـِٕۤيْ تُظٰهِرُوْنَ مِنْهُنَّ اُمَّهٰتِكُمْ ۚوَمَا جَعَلَ اَدْعِيَاۤءَكُمْ اَبْنَاۤءَكُمْۗ ذٰلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِاَفْوَاهِكُمْ ۗوَاللّٰهُ يَقُوْلُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِى السَّبِيْلَ
mā ja’alallāhu lirajulim ming qalbaini fī jaufih, wa mā ja’ala azwājakumul-lā`ī tuẓāhirụna min-hunna ummahātikum, wa mā ja’ala ad’iyā`akum abnā`akum, żālikum qaulukum bi`afwāhikum, wallāhu yaqụlul-ḥaqqa wa huwa yahdis-sabīl
Artinya:
Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
اُدْعُوْهُمْ لِاٰبَاۤىِٕهِمْ هُوَ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ فَاِنْ لَّمْ تَعْلَمُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ فِى الدِّيْنِ وَمَوَالِيْكُمْ ۗوَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيْمَآ اَخْطَأْتُمْ بِهٖ وَلٰكِنْ مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
ud’ụhum li`ābā`ihim huwa aqsaṭu ‘indallāh, fa il lam ta’lamū ābā`ahum fa ikhwānukum fid-dīni wa mawālīkum, wa laisa ‘alaikum junāḥun fīmā akhṭa`tum bihī wa lākim mā ta’ammadat qulụbukum, wa kānallāhu gafụrar raḥīmā
Artinya:
Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Quran Surat Al-Ahzab (33): Ayat 4 – 5
Wallahu’alam bish shawwab
Fatwa No: 389746
Tanggal: 7 Januari 21019 (1 Jumadil Awal 1440)
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

BACA JUGA:  Hukum Nafkah Suami Pegawai Bank Riba kepada Istri

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button