Khutbah Jumat: Dosa Besar Memakan Harta Anak Yatim secara Zalim
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…
Di antara dosa besar yang paling besar dosanya adalah memakan harta anak yatim secara zalim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا}
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka), [QS An-Nisa: 10].Menjelaskan ayat ini, Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di Rahimahullah berkata:
وهذا أعظم وعيد ورد في الذنوب، يدل على شناعة أكل أموال اليتامى وقبحها، وأنها موجبة لدخول النار، فدل ذلك أنها من أكبر الكبائر. نسأل الله العافية.
Ini adalah riwayat yang berisi ancaman yg sangat besar terhadap suatu dosa. Ini menunjukkan bahwa tindakan memakan harta anak yatim adalah tindakan yg sangat buruk lagi jelek, yg bisa membawa pelakunya masuk ke dalam neraka. Ayat ini juga menunjukkan bahwa memakan harta anak yatim secara zalim adalah satu dari sekian dosa besar yang paling besar.Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
اجتَنِبوا السَّبعَ الموبقاتِ
“Jauhilah oleh kalian tujuh hal yg membinasakan!”Maka beliau pun ditanya, “Apa saja itu, Ya Rasulullah?”Beliau menjawab di antara:
وأَكْلُ مالِ اليتيمِ
“Memakan harta anak yatim secara zalim,” [Sahih Bukhari].
Contoh Memakan Harta Anak Yatim Secara Zalim
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…
Memakan harta anak yatim secara zalim di sini bukan terbatas pada sekadar memakannya saja, tetapi ada bentuk lain yg secara substansi adalah sama dengan memakan. Di antara contohnya adalah:
Tidak menjaga harta anak yatim
Mengembalikan harta anak yatim dengan jumlah yg kurang dari semestinya
Mencampur harta anak yatim dengan harta wali atau orang yg dipasrahi untuk merawat anak yatim tersebut
Mendekati harta anak yatim tanpa ada kepentingan yg bisa memberikan kebaikan bagi si anak
Menginvestasikannya untuk sesuatu yg tidak membawa keuntungan
Si wali memanfaatkan harta anak yatim untuk kepentingan si wali sendiri, atau dia membelikan sesuatu untuk si anak dengan sesuatu yg tidak berguna bagi si anak.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…
Boleh Memanfaatkan Harta Anak Yatim Jika
Apakah harta anak yatim memang benar-benar tidak boleh dipakai oleh wali harta anak yatim tersebut? Imam Ibnul Jauzi di dalam kitabnya Zaadul Masiir fi Ilmi Tafsir berkata:
وفي الأكل بالمعروف أربعة أقوال:
Memakan harta anak yatim dengan cara yg baik itu ada empat:
أحدها أنه الأخذ على وجه القرض
Si wali mengambilnya sebagai utang
والثاني الأكل بقدر الحاجة من غير إسراف
Si wali memakannya sekadar untuk memenuhi hajat atau kebutuhan pokok dan tidak berlebihan atau boros
والثالث أنه أخذ بقدر إذا عمل لليتيم عملا
Dia mengambil sejumlah uang untuk menjalankan suatu pekerjaan bagi si anak yang yatim itu
والرابع أنه الأخذ عند الضرورة فإن أيسر قضاه وإن لم يوسر
Dia mengambilnya karena kondisi yang darurat, dan jika dia punya kelonggaran harta di kemudian hari, dia mengembalikannya, dan jika di kemudian hari dia masih susah finansial, dia boleh untuk tidak mengembalikannya, [Zaadul Masir di Ilmi Tafsir]
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…
Syarat Seorang Wali Harta Anak Yatim
Karena memelihara harta anak yatim adalah urusan yang besar, maka di sana butuh syarat yg harus dipenuhi orang seseorang yg akan dijadikan wali bagi anak yatim.
Syaikh Umar bin Manik dalam Huququl Yatimi fi Syariatil Islamiyyah menyebutkan bahwa syarat untuk menjadi wali bagi harta anak yatim adalah:
التكليف، والإسلام، والعدالة، وآخر الشروط أن يكون ممن لديه القدرة على التصرُّف في ما أُوكل إليه من مال هذا اليتيم
Taklif
Islam
Punya sifat adil
Punya kemampuan untuk mendistribusikan harta anak yatim
Solusi Taubat dari Dosa Memakan Harta Anak Yatim
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah…
Lalu bagaimana solusinya jika di antara kita pernah memakan harta anak yatim secara zalim?
Syaikh Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqitti dari Asy-Syabakah Al-Islamiyah, ketika ditanya bagaimana cara bertaubat dari dosa ini, beliau menulis:
الأول: الندم على فعل الذنب.
Menyesal atas perbuatan dosa tersebut.
الثاني: الإقلاع عن الذنب.
Berhenti dari melakukan perbuatan dosa tersebut.
الثالث: العزم على أن لا يعود إليه في المستقبل.
Bertekad untuk tidak mengulanginya di masa mendatang, tetapi jika mengulanginya, jangan malu untuk bertaubat
والرابع: رد المظالم إلى أهلها.
Mengembalikan kezaliman itu kepada pemiliknya.
فالواجب على الأخ السائل أن يرد هذه الأموال التي أخذها إلى أصحابها إن كانوا أحياءً، أو إلى ورثتهم إن كانوا قد ماتوا
Maka wajib bagi saudara penanya untuk mengembalikan harta yang dia ambil itu kepada pemiliknya jika dia masih hidup, atau kepada ahli warisnya jika dia sudah meninggal dunia.