Aqidah

Tauhid Muyasar 1: Definisi, Macam, Urgensi, dan Keutamaan Tauhid

Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, dengan memohon pertolongan dari Allah, kami berencana menerjemahkan kitab At-Tauhid Al-Muyassar karya Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail dalam format yang siap untuk dijadikan materi kultum atau tausiyah singkat oleh para imam di masjid yang dibacakan bakda salat magrib atau subuh. Kali ini, kita akan membahas tentang definisi tauhid, macam-macam tauhid, mengapa tauhid itu penting, serta apa keutamaan tauhid. Teruskan membaca!

DEFINISI TAUHID

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:

تَعْرِيفُ التَّوْحِيدِ

“Definisi Tauhid.”

Definisi Tauhid secara Bahasa

١ – اللُّغَةُ: مَصْدَرُ وَحَّدَ يُوَحِّدُ الشَّيْءَ إِذَا جَعَلَهُ وَاحِدًا.

1. Tauhid secara bahasa bersumber dari kata ‘wahhada’ ‘yuwahhidu asy-syai-a’ jika seseorang menjadikannya satu, tunggal, atau esa.

مِثَالٌ:

Contoh:

أ – إِذَا قُلْتَ:
  • Jika Anda berkata:
لَا يَخْرُجُ مِنْ الْبَيْتِ أَحَدٌ إِلَّا مُحَمَّدٌ،

“Jangan ada satu orang pun yang keluar dari rumah kecuali Muhammad,”

تَكُونُ وَحَدَّتْ مُحَمَّدًا بِالْخُرُوجِ مِنْ الْبَيْتِ

Itu artinya Anda menjadikan Muhammad sebagai satu-satunya orang yang keluar dari rumah.

ب – إِذَا قُلْتَ:
  • Jika Anda berkata:
لَا يَقُمْ مِنْ الْمَجْلِسِ أَحَدٌ إِلَّا خَالِدٌ فَقَطْ،

“Jangan ada satu orang pun yang berdiri dari majelis kecuali Khalid saja.”

تَكُونُ قَدْ وَحَدَتْ خَالِدًا بِالْقِيَامِ مِنْ الْمَجْلِسِ.

Itu artinya Anda menjadikan Khalid sebagai satu-satunya orang yang berdiri dari majelis tersebut.

Definisi Tauhid secara Syar’i

٢ – الشَّرْعُ: إِفْرَادُ اللَّهِ تَعَالَى بِ:

2. Secara syar’i, tauhid artinya mengesakan Allah ta’ala (menunggalkan atau menjadikan Allah satu-satunya) dalam:

أ – الرُّبُوبِيَّةُ
  • Rububiyah
ب – وَالْأُلُوهِيَّةُ
  • Uluhiyah
ج – وَالْأَسْمَاءُ وَالصِّفَاتُ
  • Asma was Sifat.

MACAM-MACAM TAUHID

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:

نَوْعٌ التَّوْحِيدِ

“Macam-macam tauhid.”

Tauhid Rububiyah

Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang pertama adalah:

١  – تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ

1. Tauhid Rububiyah

تَعْرِيفُهُ: إِفْرَادُ اللَّهِ عَزُوجِلَ بِ:

Definisi tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah atau menjadikan Allah satu-satunya) azza wa jalla dalam:

أ – الْخَلْقِ
  • Menciptakan (alam semesta)
ب – وَالْمُلْكِ
  • Menguasai (alam semesta)
ج – وَالتَّدْبِيرِ
  • Mengatur (alam semesta).
أَوْ نَقُولُ هُوَ: إِقْرَادُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِأَفْعَالِهِ.

Boleh juga kita mengatakan bahwa yang dimaksud tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah) azza wa jalla dalam perbuatan-perbuatan Allah.

امْثَلَةٌ عَلَى أَفْعَالِهِ: الْخَلْقُ وَالرِّزْقُ وَالْإِحْيَاءُ وَالْإِمَاتَةُ وَإِنْزَالُ الْمَطَرِ وَإِنْبَاتِ الشَّجَرِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Contoh perbuatan Allah di antaranya, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, dan yang lainnya.

Tambahan penerjemah, “Maksudnya seluruh perbuatan Allah itu tidak ada yang menyamainya, dan Allah tidak butuh bantuan dari siapa pun dalam melakukan perbuatan-perbuatanNya.”

Dalil tauhid rububiyah adalah:

اَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ

“Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya,” (QS Al-A’raf: 54).

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ

“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,” (QS Ali Imran: 189)

قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS Yunus: 31).

BACA JUGA:  Akidah Islam: Pengertian Rabb Menurut Pandangan Umat yang Sesat

Tauhid Uluhiyah

Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang kedua adalah:

٢ – تَوْحِيدُ الْأُلُوهِيَّةِ

2. Tauhid Uluhiyah

تَعْرِيفُهُ: هُوَ إِفْرَادُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِأَفْعَالِ الْعِبَادِ.

Definisi tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah) azza wa jalla dalam perbuatan hamba-hambaNya.

أَمْثِلَةٌ: كَالصَّلَاةِ وَالصِّيَامِ وَالْحَجِّ وَالتَّوَكُّلِ وَالنَّذْرِ وَالْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ وَالْمَحَبَّةِ … وَغَيْرِ ذَلِكَ.

Contoh perbuatan hamba-hamba Allah adalah salat, puasa, haji, tawakal, nazar, takut, harap, cinta, dan yang lainnya.

Tambahan penerjemah, “Misal, di antara perbuatan manusia adalah melakukan salat. Maka implementasi tauhid uluhiyah dalam salat adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya alasan, niat, dan tujuan bagi manusia dalam melakukan salat.

Dalil tauhid uluhiyah adalah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,” (QS Adz-Dzariyat: 56).

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,” (QS An Nisa: 36).

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku,” (QS Al-Anbiya: 25)

Tauhid Asma wa Sifat

Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang ketiga adalah:

٣ – تَوْحِيدُ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ

3. Tauhid Asma wa Sifat

تَعْرِيفُهُ: هَوَانٌ يُوصِفُ اللَّهُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ وَيْمًا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ مِنْ صِفَاتِ الْكَمَالِ وَنُعُوتِ الْجَلَالِ مِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلَا تَمْثِيلٍ وَمِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلَا تَعْطِيلٍ

Definisi tauhid asma wa sifat adalah menyifati Allah dengan penyifatan yang ditentukan oleh Allah dan RasulNya, berupa sifat-sifat yang sempurna dan agung, TANPA:

  • takyif (bertanya bagaimana),
  • tamtsil (menyamakan atau memiripkan atau menimbulkan kesan mirip/serupa dengan sifat makhlukNya),
  • tahrif (mengalihkan makna sifat tersebut ke makna lain, atau tidak menakwilkan sifat Allah),
  • ta’thil (meniadakan sifat Allah).

Dalil tauhid asma wa sifat adalah:

لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat,” (QS Asy-Syura: 11).

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Dan Allah memiliki Asma’ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma’ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf: 180).

URGENSI DAN KEUTAMAAN TAUHID

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:

أَهَمِّيَّةُ التَّوْحِيدِ وَفَضْلِهِ

“Urgensi dan keutamaan tauhid.”

Tambahan penerjemah, “Urgensi artinya pentingnya atau mengapa mempelajari, memahami, dan mengamalkan tauhid itu penting?

١ – التَّوْحِيدُ أَعْظَمُ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ

1. Tauhid adalah rukun Islam yang paling agung

وَأَكْبَرُ دَعَائِمِهِ الْعِظَامُ، وَلَا يُمْكِنُ لِلْمَرْءِ أَنْ يَدْخُلَ فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا إِذَا شَهِدَ بِالتَّوْحِيدِ، وَأَقَرَّ بِالْعُبُودِيَّةِ لِلَّهِ وَنَفَاهَا عَمَّا سِوَاهُ.

Tauhid juga merupakan tiang-tiang agama Islam yang paling besar dan paling agung. Tidak mungkin seseorang masuk agama islam kecuali apabila dia memberi kesaksian tentang tauhid dan mengikrarkan ubudiyah (peribadatan) kepada Allah, serta menafikkan (meniadakan) peribadatan kepada selain Allah.

قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ:

Bersabda ‘alaihish shalaatu was salaamu:

بَنِي الْإِسْلَامِ عَلَى خَمْسٍ:

“Islam dibangun atas lima (perkara):”

– شَهَادَةُ أَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.

“Persaksian bahwa tiada Ilah yang benar untuk diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad ﷺ adalah Rasulullah,”

– وَإِقَامُ الصَّلَاةِ.

“Menegakkan salat (lima waktu setiap hari dengan memenuhi syarat sah dan rukun-rukunnya),”

– وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ.

“Menunaikan zakat (mal),”

– وَصَوْمُ رَمَضَانَ.

“Berpuasa selama bulan Ramadan,”

– وَحَجُّ الْبَيْتِ

“Menunaikan ibadah haji di Baitullah,” (Muttafaq Alaih).

٢ – التَّوْحِيدُ أَهَمُّ الْمُهِمَّاتِ وَأَوَّلُ الْوَاجِبَاتِ

2. Tauhid adalah urusan yang paling penting dan paling wajib.

فَهُوَ مُقَدَّمٌ عَلَى كُلِّ الْأَعْمَالِ، وَسَابِقُ كُلِّ الْمُهِمَّاتِ لِمَنْزِلَتِهِ الْكُبْرَى، وَلِأَهَمِّيَّتِهِ الْعُظْمَى.

Tauhid didahulukan atas seluruh amal. Tauhid juga merupakan urusan yang penting yang harus dikedepankan karena kedudukannya yang sangat besar, juga karena urgensinya yang begitu agung.

وَهُوَ أَوَّلُ مَا يُدْعَى إِلَيْهِ قَالَ ﷺ لِمُعَاذٍ لِمَا بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ:

Tauhid adalah hal pertama yang didakwahkan. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu’adz ketika hendak mengutusnya ke Yaman”

إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًاً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،

“Sungguh, engkau akan mendatangi kaum dari kalangan ahli kitab. Maka jadikanlah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka adalah persaksian bahwa tiada Ilah yang benar untuk disembah selain Allah.”

وَفِي رِوَايَةٍ: إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ

Diriwayat lain, “Sampai mereka menauhidkan Allah,” (Muttafaq Alaih).

٣ – الْعِبَادَاتُ لَا تُقْبَلُ إِلَّا بِالتَّوْحِيدِ

3. Ibadah tidak diterima kecuali dengan tauhid

فَهُوَ شَرْطُ صِحَّتِهَا، وَأَسَاسُ قَبُولِهَا،

Tauhid adalah syarat sahnya ibadah, juga merupakan dasar bagi diterimanya ibadah.

 وَالْعِبَادَةُ لَا تُسَمَّى عِبَادَةً إِلَّا مَعَ التَّوْحِيدِ،

Ibadah tidak disebut ibadah apabila tidak disertai dengan tauhid.

كَمَا أَنَّ الصَّلَاةَ لَا تُسَمَّى صَلَاةً إِلَّا مَعَ الطَّهَارَةِ،

Sebagaimana salat tidak dinamakan salat apabila tidak disertai (didahului) dengan taharah.

فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكَ فَسَدَتْ الْعِبَادَةُ، كَالْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَارَةِ،

Jadi apabila syirik masuk (ke dalam suatu peribadatan), ibadah tersebut akan rusak, seperti hadas apabila masuk ke dalam taharah (taharahnya akan menjadi rusak).

وَالْعِبَادَةِ بِدُونِ تَوْحِيدٍ تُصْبِحُ شِرْكًا يُفْسِدُ الْعَمَلَ وَيُحْبِطُهُ، وَيَصِيرُ صَاحِبُهُ مِنْ الْخَالِدِينَ فِي النَّارِ.

Ibadah yang tidak didasari tauhid akan berubah menjadi syirik, yang akhirnya akan merusak dan membatalkan ibadah tersebut, bahkan menjadikan pelakunya kekal di neraka (apabila mati dalam keadaan belum bertaubat dari kesyirikannya itu).

٤ – التَّوْحِيدُ سَبَبٌ لِلْأَمْنِ وَالِاهْتِدَاءُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

3. Tauhid adalah Sebab Keamanan dan Petunjuk di Dunia dan Akhirat

وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى:

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk,” (QS Al-An’am: 82).

وَالظُّلْمُ الْمُرَادُ بِهِ هُنَا الشِّرْكُ كَمَا بَيَّنَ ذَلِكَ النَّبِيُّ ﷺ

Kata ‘dzulmi’ di ayat di atas maksudnya kesyirikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ﷺ dalam hadis Ibnu Mas’ud radhiyallahu Anhu dalam Sahih Bukhari jilid 2 halaman 484.

قَالَ ابْنُ كَثِيرٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

أَيْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَخْلَصُوا الْعِبَادَةَ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، هُمْ الْآمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمُهْتَدُونَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

“Mereka adalah orang-orang yang mengikhlaskan ibadah karena Allah saja, tidak ada sekutu bagi Allah, dan mereka juga tidak mensyirikkan Allah dengan apa pun. Mereka adalah orang-orang yang aman pada hari kiamat, serta mendapat petunjuk di dunia dan akhirat.”

فَمَنْ أَتَى بِالتَّوْحِيدِ تَامًّا فَلَهُ الْأَمْنُ التَّامُّ وَالِاهْتِدَاءُ التَّامُّ ، وَدَخَلَ الْجَنَّةَ بِلَا ی عَذَابٍ.

“Jadi siapa saja yang yang datang (menghadap Allah di hari kiamat) dengan tauhid yang sempurna (tidak tercampur dengan syirik), dia akan mendapat keamanan dan petunjuk yang sempurna, lalu dia akan masuk ke surga tanpa azab.”

BACA JUGA:  QS An Nahl 120: Empat Sifat Ibrahim dalam Merealisasikan Tauhid

Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail berkata:

وَالشِّرْكُ أَظْلَمُ الظُّلْمِ، وَالتَّوْحِيدُ أَعْدَلُ الْعَدْلِ.

“Syirik adalah kezaliman yang paling zalim, sedang tauhid adalah keadilan yang paling adil.”

٥ – التَّوْحِيدُ سَبَبُ دُخُولِ الْجَنَّةِ وَالنَّجَاةِ مِنْ النَّارِ:

5. Tauhid adalah Sebab Masuk Surga dan Selamat dari Neraka

قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ:

Bersabda ‘alaihi salatu wasalam”

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،

“Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada Ilah (sesembahan yang benar untuk diibadahi) selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwa Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan Allah,”

وَأَنَّ عِيسَى عَبْدَاللَّهُ وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٍ مِنْهُ،

“Dan bersaksi pula bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah, juga bersaksi bahwa kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam adalah benar, pun demikian dengan tiupan ruh dariNya,”

وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

“Dan bersaksi pula bahwa surga itu benar adanya dan neraka juga memang benar-benar ada, Allah akan memasukkannya ke dalam surga, terlepas dari seperti apa kualitas amal yang dia kerjakan,” (Muttafaq Alaih).

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ:

Bersabda Alaihi salatu wasalam:

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sungguh, Allah mengharamkan neraka agar tidak menerima orang yang mengucapkan ‘Laa ilaah illa Allah,’ (Tiada Ilah atau sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah), karena mencari keridaan Allah,” (Muttafaq Alaih).

٦ – التَّوْحِيدُ نَجَاةٌ مِنْ كَرَبِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

6. Tauhid adalah Keselamatan dari Penderitaan di Dunia dan Akhirat

قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

التَّوْحِيدُ مُفْزِعُ أَعْدَائِهِ وَأَوْلِيَائِهِ.

“Tauhid adalah tempat berlindung baik bagi musuh tauhid itu sendiri dan para penolong tauhid.”

أ – فَأَمَّا أَعْدَاؤُهُ: فَيُنْجِيهِمْ مِنْ كَرَبِ الدُّنْيَا وَشَدَائِدِهَا
  • Bagi orang yang memusuhi, tauhid akan menyelamatkan mereka dari penderitaan dan kesulitan di dunia.

Tambahan penerjemah, “Karena apabila tauhid berkuasa di muka bumi, orang kafir akan mendapat perlakuan baik selama mereka tidak memusuhi secara nyata. Dan jika mereka miskin atau fakir, mereka akan ditolong oleh tetangganya yang muslim, karena di dalam adab bertetangga, orang muslim harus tetap berbuat baik kepada tetangganya yang kafir zimmi.”

Allah ta’ala berfirman:

فَإِذَا رَكِبُوا۟ فِى ٱلْفُلْكِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka hingga ke daratan, tiba-tiba mereka kembali berbuat syirik terhadap Allah,” (QS Al-Ankabut: 65).

ب – وَأَمَّا أَوْلِيَاؤُهُ: فَيُنْجِّيهِمْ مِنْ كُرُبَاتِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَشَدَائِدِهِمَا
  • Bagi para pembelanya, tauhid akan menyelamatkan mereka dari penderitaan di dunia dan akhirat, serta menolong mereka dari berbagai kesulitan di keduanya.
فَهَذِهِ سُنَّةُ اللَّهِ فِي عِبَادِهِ،

Ini adalah ketentuan dari Allah untuk hamba-hambaNya.

فَمَا دُفِعَتْ شَدَائِدُ الدُّنْيَا بِمِثْلِ التَّوْحِيدِ،

Tidak ada yang bisa menghindarkan seseorang dari kesulitan-kesulitan duniawi seperti tauhid. Itulah mengapa doa ketika menderita adalah berdoa dengan doa-doa yang terkandung tauhid di dalamnya, seperti doanya Dzunnun (Nabi Yunus alaihissalam).

وَلِذَلِكَ كَانَ دُعَاءُ الْكَرْبِ بِالتَّوْحِيدِ، وَدَعْوَةُ ذِي النُّونِ الَّتِي مَا دَعَا بِهَا مَكْرُوبٌ إِلَّا فَرَّجَ اللَّهِ كَرْبَهُ بِالتَّوْحِيدِ.

Tidaklah seseorang mengalami penderitaan lalu berdoa dengan doanya Nabi Yunus, melainkan Allah akan menghilangkan penderitaannya dengan tauhidnya orang tersebut.

فَلَا يُلْقِي فِي الْكَرْبِ الْعِظَامَ إِلَّا الشِّرْكَ،

Jadi, tidak ada yang bisa menjadi sebab seseorang mengalami berbagai penderitaan yang dahsyat kecuali karena kesyirikan yang dia perbuat.

وَلَا يُنْجِّي مِنْهَا إِلَّا التَّوْحِيدَ،

Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan seseorang dari penderitaan yang dahsyat kecuali dengan mengamalkan tauhid.

فَهُوَ مُفْزِعُ الْخَلِيقَةِ وَمُلْجَؤُهَا وَحِصْنُهَا وَغِيَاثُهَا.

Jadi, tauhid adalah tempat berlindung bagi semua makhluk, benteng, dan penyelamatnya.

٧ – التَّوْحِيدُ هُوَ الْحِكْمَةُ مِنْ خَلْقِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ:

7. Tauhid adalah Tujuan Diciptakannya Jin dan Manusia

قَالَ تَعَالَى:

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونَ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah Aku,” (QS Adz-Dzariyat: 59).

أَيْ : لِيُوَحِّدُونَ.

Yang dimaksud dengan “liya’budun” adalah “liyuwahhidun” atau untuk mentauhidkan, mengesakan, menunggalkan Allah dalam Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Sifat.

فَمَا أُرْسِلَتْ الرُّسُلُ، وَلَا أُنْزِلَتْ الْكُتُبُ، وَلَا شُرِعَتْ الشَّرَائِعُ، وَلَا أَوجَدُ الْخَلْقَ إِلَّا لِيُوَحِّدَ اللَّهُ وَيُعَبِدُ دُونَ سِوَاهُ.

Maka, tidaklah Rasul diutus, tidak pula kitab-kitab diturunkan, tidak pula syariat ditetapkan, tidak pula manusia diciptakan, kecuali untuk menauhidkan Allah, menyembah Allah, bukan selain Allah.

BACA JUGA:  Sahih Muslim 809: Menghafal Sepuluh Ayat Pertama Surat al Kahfi

PENUTUP

Demikian pelajaran kita kali ini, tentang definisi tauhid, macam-macam tauhid, serta urgensi dan keutamaan tauhid. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum

Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button