Tauhid Muyasar 1: Definisi, Macam, Urgensi, dan Keutamaan Tauhid
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, dengan memohon pertolongan dari Allah, kami berencana menerjemahkan kitab At-Tauhid Al-Muyassar karya Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail dalam format yang siap untuk dijadikan materi kultum atau tausiyah singkat oleh para imam di masjid yang dibacakan bakda salat magrib atau subuh. Kali ini, kita akan membahas tentang definisi tauhid, macam-macam tauhid, mengapa tauhid itu penting, serta apa keutamaan tauhid. Teruskan membaca!
DEFINISI TAUHID
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:
“Definisi Tauhid.”
Definisi Tauhid secara Bahasa
1. Tauhid secara bahasa bersumber dari kata ‘wahhada’ ‘yuwahhidu asy-syai-a’ jika seseorang menjadikannya satu, tunggal, atau esa.
Contoh:
- Jika Anda berkata:
“Jangan ada satu orang pun yang keluar dari rumah kecuali Muhammad,”
Itu artinya Anda menjadikan Muhammad sebagai satu-satunya orang yang keluar dari rumah.
- Jika Anda berkata:
“Jangan ada satu orang pun yang berdiri dari majelis kecuali Khalid saja.”
Itu artinya Anda menjadikan Khalid sebagai satu-satunya orang yang berdiri dari majelis tersebut.
Definisi Tauhid secara Syar’i
2. Secara syar’i, tauhid artinya mengesakan Allah ta’ala (menunggalkan atau menjadikan Allah satu-satunya) dalam:
- Rububiyah
- Uluhiyah
- Asma was Sifat.
MACAM-MACAM TAUHID
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:
“Macam-macam tauhid.”
Tauhid Rububiyah
Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang pertama adalah:
1. Tauhid Rububiyah
Definisi tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah atau menjadikan Allah satu-satunya) azza wa jalla dalam:
- Menciptakan (alam semesta)
- Menguasai (alam semesta)
- Mengatur (alam semesta).
Boleh juga kita mengatakan bahwa yang dimaksud tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah) azza wa jalla dalam perbuatan-perbuatan Allah.
Contoh perbuatan Allah di antaranya, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, dan yang lainnya.
Tambahan penerjemah, “Maksudnya seluruh perbuatan Allah itu tidak ada yang menyamainya, dan Allah tidak butuh bantuan dari siapa pun dalam melakukan perbuatan-perbuatanNya.”
Dalil tauhid rububiyah adalah:
“Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya,” (QS Al-A’raf: 54).
“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,” (QS Ali Imran: 189)
“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS Yunus: 31).
Tauhid Uluhiyah
Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang kedua adalah:
2. Tauhid Uluhiyah
Definisi tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah (menunggalkan Allah) azza wa jalla dalam perbuatan hamba-hambaNya.
Contoh perbuatan hamba-hamba Allah adalah salat, puasa, haji, tawakal, nazar, takut, harap, cinta, dan yang lainnya.
Tambahan penerjemah, “Misal, di antara perbuatan manusia adalah melakukan salat. Maka implementasi tauhid uluhiyah dalam salat adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya alasan, niat, dan tujuan bagi manusia dalam melakukan salat.”
Dalil tauhid uluhiyah adalah:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,” (QS Adz-Dzariyat: 56).
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,” (QS An Nisa: 36).
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku,” (QS Al-Anbiya: 25)
Tauhid Asma wa Sifat
Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail mengatakan bahwa macam tauhid yang ketiga adalah:
3. Tauhid Asma wa Sifat
Definisi tauhid asma wa sifat adalah menyifati Allah dengan penyifatan yang ditentukan oleh Allah dan RasulNya, berupa sifat-sifat yang sempurna dan agung, TANPA:
- takyif (bertanya bagaimana),
- tamtsil (menyamakan atau memiripkan atau menimbulkan kesan mirip/serupa dengan sifat makhlukNya),
- tahrif (mengalihkan makna sifat tersebut ke makna lain, atau tidak menakwilkan sifat Allah),
- ta’thil (meniadakan sifat Allah).
Dalil tauhid asma wa sifat adalah:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat,” (QS Asy-Syura: 11).
“Dan Allah memiliki Asma’ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma’ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-A’raf: 180).
URGENSI DAN KEUTAMAAN TAUHID
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail menulis:
“Urgensi dan keutamaan tauhid.”
Tambahan penerjemah, “Urgensi artinya pentingnya atau mengapa mempelajari, memahami, dan mengamalkan tauhid itu penting?”
1. Tauhid adalah rukun Islam yang paling agung
Tauhid juga merupakan tiang-tiang agama Islam yang paling besar dan paling agung. Tidak mungkin seseorang masuk agama islam kecuali apabila dia memberi kesaksian tentang tauhid dan mengikrarkan ubudiyah (peribadatan) kepada Allah, serta menafikkan (meniadakan) peribadatan kepada selain Allah.
Bersabda ‘alaihish shalaatu was salaamu:
“Islam dibangun atas lima (perkara):”
“Persaksian bahwa tiada Ilah yang benar untuk diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad ﷺ adalah Rasulullah,”
“Menegakkan salat (lima waktu setiap hari dengan memenuhi syarat sah dan rukun-rukunnya),”
“Menunaikan zakat (mal),”
“Berpuasa selama bulan Ramadan,”
“Menunaikan ibadah haji di Baitullah,” (Muttafaq Alaih).
2. Tauhid adalah urusan yang paling penting dan paling wajib.
Tauhid didahulukan atas seluruh amal. Tauhid juga merupakan urusan yang penting yang harus dikedepankan karena kedudukannya yang sangat besar, juga karena urgensinya yang begitu agung.
Tauhid adalah hal pertama yang didakwahkan. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu’adz ketika hendak mengutusnya ke Yaman”
“Sungguh, engkau akan mendatangi kaum dari kalangan ahli kitab. Maka jadikanlah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka adalah persaksian bahwa tiada Ilah yang benar untuk disembah selain Allah.”
Diriwayat lain, “Sampai mereka menauhidkan Allah,” (Muttafaq Alaih).
3. Ibadah tidak diterima kecuali dengan tauhid
Tauhid adalah syarat sahnya ibadah, juga merupakan dasar bagi diterimanya ibadah.
Ibadah tidak disebut ibadah apabila tidak disertai dengan tauhid.
Sebagaimana salat tidak dinamakan salat apabila tidak disertai (didahului) dengan taharah.
Jadi apabila syirik masuk (ke dalam suatu peribadatan), ibadah tersebut akan rusak, seperti hadas apabila masuk ke dalam taharah (taharahnya akan menjadi rusak).
Ibadah yang tidak didasari tauhid akan berubah menjadi syirik, yang akhirnya akan merusak dan membatalkan ibadah tersebut, bahkan menjadikan pelakunya kekal di neraka (apabila mati dalam keadaan belum bertaubat dari kesyirikannya itu).
3. Tauhid adalah Sebab Keamanan dan Petunjuk di Dunia dan Akhirat
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk,” (QS Al-An’am: 82).
Kata ‘dzulmi’ di ayat di atas maksudnya kesyirikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ﷺ dalam hadis Ibnu Mas’ud radhiyallahu Anhu dalam Sahih Bukhari jilid 2 halaman 484.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“Mereka adalah orang-orang yang mengikhlaskan ibadah karena Allah saja, tidak ada sekutu bagi Allah, dan mereka juga tidak mensyirikkan Allah dengan apa pun. Mereka adalah orang-orang yang aman pada hari kiamat, serta mendapat petunjuk di dunia dan akhirat.”
“Jadi siapa saja yang yang datang (menghadap Allah di hari kiamat) dengan tauhid yang sempurna (tidak tercampur dengan syirik), dia akan mendapat keamanan dan petunjuk yang sempurna, lalu dia akan masuk ke surga tanpa azab.”
Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Huwail berkata:
“Syirik adalah kezaliman yang paling zalim, sedang tauhid adalah keadilan yang paling adil.”
5. Tauhid adalah Sebab Masuk Surga dan Selamat dari Neraka
Bersabda ‘alaihi salatu wasalam”
“Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada Ilah (sesembahan yang benar untuk diibadahi) selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwa Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan Allah,”
“Dan bersaksi pula bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah, juga bersaksi bahwa kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam adalah benar, pun demikian dengan tiupan ruh dariNya,”
“Dan bersaksi pula bahwa surga itu benar adanya dan neraka juga memang benar-benar ada, Allah akan memasukkannya ke dalam surga, terlepas dari seperti apa kualitas amal yang dia kerjakan,” (Muttafaq Alaih).
Bersabda Alaihi salatu wasalam:
“Sungguh, Allah mengharamkan neraka agar tidak menerima orang yang mengucapkan ‘Laa ilaah illa Allah,’ (Tiada Ilah atau sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah), karena mencari keridaan Allah,” (Muttafaq Alaih).
6. Tauhid adalah Keselamatan dari Penderitaan di Dunia dan Akhirat
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Tauhid adalah tempat berlindung baik bagi musuh tauhid itu sendiri dan para penolong tauhid.”
- Bagi orang yang memusuhi, tauhid akan menyelamatkan mereka dari penderitaan dan kesulitan di dunia.
Tambahan penerjemah, “Karena apabila tauhid berkuasa di muka bumi, orang kafir akan mendapat perlakuan baik selama mereka tidak memusuhi secara nyata. Dan jika mereka miskin atau fakir, mereka akan ditolong oleh tetangganya yang muslim, karena di dalam adab bertetangga, orang muslim harus tetap berbuat baik kepada tetangganya yang kafir zimmi.”
Allah ta’ala berfirman:
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka hingga ke daratan, tiba-tiba mereka kembali berbuat syirik terhadap Allah,” (QS Al-Ankabut: 65).
- Bagi para pembelanya, tauhid akan menyelamatkan mereka dari penderitaan di dunia dan akhirat, serta menolong mereka dari berbagai kesulitan di keduanya.
Ini adalah ketentuan dari Allah untuk hamba-hambaNya.
Tidak ada yang bisa menghindarkan seseorang dari kesulitan-kesulitan duniawi seperti tauhid. Itulah mengapa doa ketika menderita adalah berdoa dengan doa-doa yang terkandung tauhid di dalamnya, seperti doanya Dzunnun (Nabi Yunus alaihissalam).
Tidaklah seseorang mengalami penderitaan lalu berdoa dengan doanya Nabi Yunus, melainkan Allah akan menghilangkan penderitaannya dengan tauhidnya orang tersebut.
Jadi, tidak ada yang bisa menjadi sebab seseorang mengalami berbagai penderitaan yang dahsyat kecuali karena kesyirikan yang dia perbuat.
Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan seseorang dari penderitaan yang dahsyat kecuali dengan mengamalkan tauhid.
Jadi, tauhid adalah tempat berlindung bagi semua makhluk, benteng, dan penyelamatnya.
7. Tauhid adalah Tujuan Diciptakannya Jin dan Manusia
Allah ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah Aku,” (QS Adz-Dzariyat: 59).
Yang dimaksud dengan “liya’budun” adalah “liyuwahhidun” atau untuk mentauhidkan, mengesakan, menunggalkan Allah dalam Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Sifat.
Maka, tidaklah Rasul diutus, tidak pula kitab-kitab diturunkan, tidak pula syariat ditetapkan, tidak pula manusia diciptakan, kecuali untuk menauhidkan Allah, menyembah Allah, bukan selain Allah.
PENUTUP
Demikian pelajaran kita kali ini, tentang definisi tauhid, macam-macam tauhid, serta urgensi dan keutamaan tauhid. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum
Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo).