Khutbah Jumat: Pemimpin yang Adil dan Kaidah Memilih
Pembaca rahimakumullah, pemimpin yang adil hukumnya wajib. Tetapi bagaimana kita mengetahui apakah seorang pemimpin itu adil atau tidak? Dan bagaimana kita mengetahui calon pemimpin itu adil atau tidak? Berikut adalah naskah khutbah Jumat tentang pemimpin yang adil. Naskah ditulis oleh Irfan Nugroho bin H. Suratman, anak dari Hj. Pami, rahimahallah ta’ala anha.
KHUTBAH 1
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Berlaku adil adalah kewajiban bagi seorang pemimpin, karena tujuan kepemimpinan adalah menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat, bukan menimpakan kezaliman kepada rakyat. Allah ta’ala berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim,” (QS Al-Baqarah: 124).
Lan (elinga) nalikane Pengerane Ibrahim nyoba marang dheweke klawan pira-pira dhawuh, Ibrahim nuli ngestokake sakabehing dhawuh mau, klawan sampurna. Allah ngendika, “Ibrahim! Sira Ingsun dadekake pemimpin kanggo manungsa”. Ibrahim banjur munjuk, “Dalah para turun kawula makaten ugi.” Allah ngendika, “Janjiningsun ora tumrap marang wong kang padha nganiaya,” (QS Al-Baqarah: 124).
ORANG ZALIM HARAM JADI PEMIMPIN
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Jabatan kepemimpinan itu tidak boleh untuk orang-orang yang zalim, orang yang tidak adil. Tentang firman Allah ta’ala:
“Janji Allah tidak berlaku untuk orang-orang yang zalim,” (QS Al-Baqarah: 124), Imam At-Tabari berkata:
Bahwa orang yang zalim (tidak adil), dia tidak boleh menjadi imam atau pemimpin yang diikuti oleh orang-orang baik, (Tafsir At-Tabari).
Karena kursi kepemimpinan itu hanya untuk wali-wali Allah, juga hanya untuk orang-orang yang taat kepada Allah, bukan untuk musuh-musuh Allah dan orang-orang yang kafir kepada Allah, (Tafsir At-Tabari).
MAKNA PEMIMPIN YANG ADIL
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah..
Pemimpin yang adil itu seperti apa? Syaikh Abdul Qadir Audah di dalam ta’liq Ahkamus Sultaniyah berkata:
Pemimpin yang adil adalah orang yang senantiasa berpegang pada hal-hal yang fardu dan sunnah
Juga orang yang berlepas diri dari berbagai maksiat dan hal-hal yang hina dan rendah
Juga apa-apa yang bisa merusak wibawa calon pemimpin tadi, (Ahkamus Sultaniyah Lil Mawardi, Ta’liq Syaikh Ahmad Jadi).
CIRI CALON PEMIMPIN ADIL
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah..
Bagaimana cara mengetahui seorang calon pemimpin itu punya potensi adil atau tidak? Disebutkan di dalam Ahkamus Sultaniyah Ta’liq Syaikh Ahmad Jadi bahwa untuk mengetahui seorang calon pemimpin itu adil atau tidak, baik atau tidak ada dua:
Calon pemimpin itu memiliki riwayat hidup atau rekam jejak yang lurus-lurus saja.
Calon pemimpin itu tidak dekat dengan perbuatan atau teman/lingkungan yang bisa menjerumuskannya pada kemaksiatan, (Ahkamus Sultaniyah Lil Mawardi, Ta’liq Syaikh Ahmad Jadi).
Inilah dua hal untuk menilai seorang calon pemimpin itu punya potensi adil atau tidak; 1) riwayat hidupnya lurus-lurus saja, serta 2) dia tidak mendekati perbuatan maksiat dan tidak dikelilingi oleh orang-orang yang buruk.
KAIDAH DALAM MEMILIH PEMIMPIN
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Lalu bagaimana jika calon pemimpin yang ada ternyata masih jauh dari sifat adil? Maka pilihlah yang keburukannya, kemaksiatannya paling sedikit. Disebutkan oleh Imam Izzudin Abdussalam di dalam Qawaidul Ahkam:
Jika keadilan adalah sesuatu yang mustahil dalam kepemimpinan, umum maupun khusus, dalam skala besar maupun skala kecil, karena (calon pemimpinnya tidak ada yang adil),
Kita memilih calon pemimpin yang paling sedikit kefasikan atau keburukannya, (Qawaidul Ahkam, hal. 85).
MENITIPKAN AYAM KEPADA GARANGAN
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Mari menjadi pemilih yang cerdas. Memilih yang adil, yang riwayat hidupnya itu lurus-lurus saja, yang tidak dikelilingi oleh orang-orang yang jahat, yang paling sedikit keburukannya.
Syaikh Ahmad Jadi berkata:
(Memilih pemimpin yang zalim itu) seperti menyerahkan sekumpulan kambing kepada serigala, dan menjadikan serigala tadi sebagai penggembala yang akan merawat kambing-kambing tersebut.
Dan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin alias mustahil, meskipun bisa saja serigala itu berjanji akan memberi kambing kita susu dan makan siang setiap hari, tetapi itu mustahil.
Semoga kita dikaruniai pemimpin yang adil, yang senantiasa memegang hal-hal yang wajib dan sunah, yang berlepas diri dari maksiat dan hal-hal yang hina, yang paling sedikit keburukannya. AMIN