Khutbah
Khutbah Jumat: Agar Negeri Terhindar dari Bencana
Pembaca mukminun.com rahimakumullah, di khutbah jumat kali ini kami suguhkan tema agar negeri terhindar dari bencana. Khutbah ditulis oleh Irfan Nugroho, Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Baarakallahu fiikum
KHUTBAH PERTAMA:
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral-Muslimin rahimakumullah,
Imam Al-Qurtubi Rahimahullah berkata ketika menjelaskan firman Allah di Quran Surat Ali-Imran ayat ke-21:
كُلُّ بَلْدَةٍ يَكُونُ فِيهَا أَرْبَعَةٌ فَأَهْلُهَا مَعْصُومُونَ مِنَ الْبَلَاءِ :
Setiap bangsa, kampung, atau masyarakat, yang di dalamnya ada empat golongan manusia berikut, maka rakyatnya, warganya, akan terjaga dari bencana.
Apa saja empat golongan manusia tersebut yang menurut Imam Al-Qurtubi bisa membuat suatu tempat terjaga dari Bala’?
Yang pertama:
إِمَامٌ عَادِلٌ لَا يَظْلِمُ
1. Imam yang adil, tidak zalim
Apa yang dimaksud dengan imam yang adil di dalam Islam? Tertulis di dalam Mausuah Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, bahwa Imam yang adil adalah:
أ – حفظ الدين على أصوله الثابتة بالكتاب والسنة وإجماع سلف الأمة، وإقامة شعائر الدين.
– Imam, penguasa, pemimpin yang adil adalah pemimpin yang tugas utamanya adalah menjaga agama ini agar tetap kokoh berada di atas pondasinya, berdasarkan Al-Kitab yaitu Al-Quran dan As-Sunah, juga berdasarkan kesepakatan para umat yang terdahulu, serta menegakkan syiar² agama ini.
Syarat pemimpin yang adil yang kedua adalah:
ب – رعاية مصالح المسلمين بأنواعها. اهـ.
– Mengurusi kemaslahatan kaum muslimin di segala urusannya.
Inilah pemimpin yang adil, yang keberadaannya di suatu negeri, akan menjadi sebab bagi Allah untuk menjaga negeri tersebut dari bencana.
Kelompok manusia kedua, yang menurut Imam Al-Qurtubi bisa menjadi sebab terjaganya suatu negeri dari bala atau bencana adalah:
، وَعَالِمٌ عَلَى سَبِيلِ الْهُدَى
2. Orang-orang alim di negeri itu senantiasa berada di atas jalan hidayah
Dia adalah orang seperti yang disebutkan oleh Allah di dalam QS Faathir ayat yang ke-28:
إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama,” [QS Faathir: 28].
Tentang ulama akhirat, atau ulama Rabbani, yang berada di atas Sabilul Huda, Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu menjelaskan ada empat sifat:
1. Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, baik itu dengan berhala seperti di zaman jahiliah, maupun berhala di zaman now seperti harta, wanita, dan kekuasaan.
2. Menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Allah, dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah,
3. Dia menjaga dan memelihara tuntunan dan syariat-Nya.
4. Dia meyakini bahwa Allah akan menjumpai dan menghisab amal perbuatannya. Sehingga semua gerak-geriknya akan senantiasa didasari oleh ketaatan kepada Allah, bukan ketaatan kepada sesama makhluk atau hawa nafsu. (Tafsir Ibnu Katsir).
Inilah orang kedua yang keberadaanya bisa menjadi sebab terjaganya suatu negeri dari bencana. Selanjutnya, kelompok manusia ketiga yang disebutkan Imam Al-Qurtubi adalah:
، وَمَشَايِخُ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحَرِّضُونَ عَلَى طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْقُرْآنِ
3. Para orang tuanya menyeru pada kebaikan dan menolak kemungkaran, serta menghasung untuk menuntut ilmu dan Al-Quran
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
Satu dari sekian sebab dilaknatnya Bani Israel oleh Allah ﷻ adalah meninggalkan kebiasaan amar ma’ruf nahi mungkar. Allah ﷻ berfirman:
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ؕ ذٰ لِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas,” [QS. Al-Ma’idah: 78].
كَانُوْا لَا يَتَـنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُ ؕ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ
“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat,” [QS. Al-Ma’idah: Ayat 79].
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah berkata:
الذين يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر هم وجهة الأمة هم الذين يردون عنها أسباب العقاب والعذاب
Orang-orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, mereka adalah ujung tombak umat ini. Mereka adalah orang-orang yang menghalau sebab-sebab turunnya azab dan hukuman dari Allah kepada suatu kaum, (Al-Atsarul Ma’ashi alal Fardi Wal Mujtamai).
Orang tua harus melazimi amar ma’ruf nahi mungkar. Ajak anak-anak kita yang belum salat agar mau mendirikan salat. Kita cegah mereka apabila berbuat maksiat. Kita seru mereka, para pemudi kita untuk menutup aurat, menjaga kemaluan, dan menjauhi kemaksiatan. Kita hasut mereka agar mau belajar ilmu agama, mendatangi pengajian-pengajian, mempelajari al-Quran, menghafalnya, dan mengamalkannya.
Salah seorang salaf, Abdullah bin Isa Rahimahullah, berkata:
لا تَزَالُ هَذِهِ الأُمَّةُ بِخَيْرٍ مَا تَعَلَّمَ وِلْدَانُهَا الْقُرْآنَ
“Umat ini akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka masih mengajarkan Al-Quran kepada anak-anaknya,” (Mausuah Ibnu Abi Dunya: 8/75).
Dan yang terakhir, nasihat Imam Al-Qurtubi Rahimahullah agar suatu kaum bisa terjaga, terhindar dari bencana, adalah:
، وَنِسَاؤُهُمْ مَسْتُورَاتٌ لَا يَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
4. Para wanitanya menutup aurat dan tidak bersolek seperti wanita jahiliah di zaman dulu.
Maasyiral Muslimin.. Rakhimakumullah..
Allah secara khusus melarang wanita untuk berdandan seperti cara berdandannya kaum wanita di zaman jahiliah:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
”Hendaklah kalian (para wanita) tetap di rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” (QS. Al-Ahzab: 33)
Ibnul Jauzi Rahimahullah, ketika menjelaskan makna Tabarruj, beliau berkata:
التبرُّج: أَنْ يُبْرِزْنَ مَحَاسِنَهُنَّ
“Tabarruj: wanita menampakkan kecantikannya (di depan lelaki yang bukan mahram),” (Sahih Bukhari: 4508), dan makna tabarruj, berdandan seperti orang jahiliah adalah:
التبرُّج: إِظْهَارُ الزِّينَةِ وَمَا يُسْتَدْعَى بِهِ شَهْوَةُ الرَّجُلِ
“Tabarruj: menampakkan bagian yang indah (aurat) dan segala yang mengundang syahwat lelaki (non mahram),” (Lisanul Arab: 2/50)
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ والتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
كُلُّ بَلْدَةٍ يَكُونُ فِيهَا أَرْبَعَةٌ فَأَهْلُهَا مَعْصُومُونَ مِنَ الْبَلَاءِ
Setiap bangsa yang di dalamnya ada empat golongan ini, maka rakyatnya akan terjaga dari bencana:
، إِمَامٌ عَادِلٌ لَا يَظْلِمُ
Imam yang adil, tidak berbuat zalim
، وَعَالِمٌ عَلَى سَبِيلِ الْهُدَى
Orang-orang alimnya berada di atas jalan hidayah
، وَمَشَايِخُ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحَرِّضُونَ عَلَى طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْقُرْآنِ
Orang-orang tuanya senantiasa memerintahkan kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, mengajak untuk belajar ilmu agama dan Al-Quran
، وَنِسَاؤُهُمْ مَسْتُورَاتٌ لَا يَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Para wanitanya senantiasa menutup aurat, tidak berdandan atau tabaruj seperti berdandannya para wanita di zaman jahiliah.
Inilah empat kelompok manusia, yang jika terwujud di suatu kampung atau negara, maka kampung atau negara tersebut, in sya Allah, akan terjaga dari malapetaka dan bencana.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبِّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةَنَا وَمِنْ ذُرِّيَّتَنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَبِّنا ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانا صَغِيرًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لنا وَلِوَالِديناَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.