AdabKeluarga

Berbuat Baik kepada Sahabat Ayah | Adabul Mufrad 41

Pembaca yang semoga dirahmati Allah ﷻ, Islam menganjurkan pemeluknya bahwa apabila ayah atau ibu seseorang telah meninggal dunia, hendaknya sang anak tetap menyambung silaturahim dengan sahabat, apalagi kerabat, dari ayah atau ibunya yang sudah meninggal tersebut. Apa dalilnya? Apa hikmahnya? Teruskan membaca! Bismillah

Dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sungguh, di antara bentuk berbakti kepada orang tua yang paling tinggi levelnya adalah kesediaan seoang anak untuk tetap menjalin silaturahim dengan sahabat ayahnya.”

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam sahihnya nomor 2552, juga oleh Imam At-Tirmizi nomor 1903, Imam Abu Dawud nomor 5143, juga oleh Imam Bukhari di dalam Adabul Mufrad nomor 41. Sebagiannya ada penambahan:

بَعْد أَنْ يُوَلِّي

“Setelah ayah dari si anak itu meninggal dunia.”

Pelajaran dari Syarah Nawawi Ala Muslim

Menjelaskan hadis ini, Imam An-Nawawi berkata:

وفي هذا فضل صلة أصدقاء الأب والإحسان إليهم وإكرامهم ، وهو متضمن لبر الأب وإكرامه ; لكونه بسببه ، وتلتحق به أصدقاء الأم والأجداد والمشايخ والزوج والزوجة ، وقد سبقت الأحاديث في إكرامه صلى الله عليه وسلم خلائل خديجة رضي الله عنها

“Hadis ini menunjukkan keutamaan mempererat hubungan dengan teman-teman dekat ayah, berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Perbuatan ini mencakup arti berbakti kepada ayah dan pemuliaan kepadanya. Begitu juga dianjurkan untuk mempererat hubungan dengan teman-teman ibu, kakek, masayikh, suami, dan juga teman-teman istri. Sebelumnya sudah kami jelaskan hadis-hadis mengenai cara Rasulullah ﷺ memuliakan sahabat Khadijah Radhiyallahu Anha.”

Penjelasan dari Syarah Riyadhus Shalihih li Ibni Baaz

Syaikh bin Baaz Rahimahullah ketika menjelaskan hadis ini berkata:

“Hadis-hadis ini berkaitan dengan perintah memuliakan kerabat dekat ayah, juga sahabat beliau, kakek, dan ibu, serta kerabat dekat lainnya. Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa di antara bentuk menyambung silaturahim dengan ayah, ibu, dan di antara bentuk berbakti kepada mereka adalah menyambung silaturahim dengan sahabat-sahabat mereka, juga dengan orang-orang yang dicintai oleh mereka.”

Hal ini pernah dilakukan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma. Dulu beliau pernah melakukan suatu perjalanan dengan naik keledai. Kemudian di tengah jalan beliau bertemu dengan seorang Arab pedalaman. Nah, ayah dari orang Arab badui tadi dulunya adalah teman dari sahabat Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu. Maka Abdullah bin Umar pun meminta orang Arab badui itu untuk menaiki keledainya, lalu Ibnu Umar juga memakaikan surbannya pada kepala orang Arab badui tadi.

BACA JUGA:  Ke Arah Mana Kita Memberikan Minum Saat di Majelis? Inilah Sunnah yang Banyak Dilalaikan

Ketika ditanya mengapa Ibnu Umar berbuat begitu kepada seorang Arab Badui, beliau menjawab, “Ayah dari orang itu dulunya adalah teman ayah saya (Umar bin Khattab).”

Penjelasan dari Syarah Riyadhus Shalin li Ibni Utsaimin

Menjelaskan hadis ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata:

Hadis ini menjadi dalil tentang para sahabat yang sangat senang dan sangat bersegera dalam melaksanakan amal saleh, karena Ibnu Umar mengambil manfaat besar dari hadis ini. Beliau melaksanakan penghormatan kepada seorang Arab pedalaman hanya karena ayahnya adalah teman dekat dari ayahnya, yaitu sahabat Umar bin Khattab. Lalu bagaimana jika sahabat Ibnu Umar ini bertemu dengan sahabat Umar bin Khattab, bukan sekadar anak dari sahabat ayahnya? Tentu Sahabat Ibnu Umar akan lebih memuliakannya.

Di dalam hadis ini juga terdapat hikmah bahwa jika ayah dan ibu Anda mempunyai teman dekat, maka muliakanlah teman dekat ayah dan ibu Anda itu. Atau apabila Anda berjumpa dengan para wanita yang pernah menjadi sahabat dekat ibu Anda, atau para sahabat dari ayah Anda, maka muliakanlah mereka, karena tindakan tersebut adalah satu dari sekian bentuk birrul walidain kepada ayah dan ibu Anda (yang sudah meninggal dunia).

Hadis ini juga menjadi dalil tentang begitu luasnya rahmat Allah ﷻ karena pintu kebaikan itu begitu luas dan tidak terbatas pada ayah atau ibu saja. Pintu kebaikan itu mencakup berbuat baik kepada sahabat ayah dan ibu Anda. Apabila Anda berbuat baik kepada sahabat dari ayah/ibu Anda, pada hakikatnya Anda telah berbakti kepada orang tua dan Anda akan diberi balasan dengan ganjaran birrul walidain.

Pelajaran dari Bahjatun Nadzirin

Menjelaskan hadis ini, Syaikh Salim Al-Eid Al-Hilali berkata:

  1. Di antara bentuk bakti kepada orang tua adalah menyambung silaturahim dengan sahabat dan teman dari kedua orang tua kita meskipun orang tua kita telah meninggal dunia. Kebaikan itu bisa berupa pemberian yang sedikit. Kalau tidak bisa memberi yang sedikit, cukup dengan berkunjung dan menyampaikan kata-kata yang baik.
  2. Di antara kesempurnaan kebajikan dan silaturahim adalah memberikan harta yang kita anggap spesial kepada sahabat dari kedua orang tua kita.
BACA JUGA:  Dalil Keutamaan Salat di Masjid Nabawi

Tambahan Hikmah

Tertulis di dalam Tanbihul Gafilin karya Abu Laist As-Samarkandi bahwa menyambung silaturahim orang tua yang telah meninggal dunia mampu menjadi sarana untuk memperbaiki kesalahan kita terhadap orang tua kita yang telah meninggal dunia, itu apabila mereka meninggal dunia dalam kondisi tidak ridha terhadap anaknya. Wallahu’alam

Sukoharjo, 15 November 2021

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button