Hadits Mengulangi Perkataan Tiga Kali Jika Diperlukan
Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, tahukah Anda bahwa di antara cara terbaik untuk menjadikan orang atau murid paham terhadap suatu perkataan kita adalah dengan mengulanginya hingga tiga kali. Ini ternyata ada dalilnya, ada haditsnya, sahih dan banyak. Apa saja hikmahnya? Teruskan membaca!
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah di dalam Sahihul Adab Al-Islamiyah Bab Adab Berbicara menulis salah satu adab berbicara yaitu:
“Mengulangi perkataan apabila diperlukan.”
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu dari Nabi ﷺ:
“Bahwa dahulu, apabila Nabi ﷺ berbicara, beliau mengulanginya tiga kali sehingga dapat dipahami. Dan apabila beliau mendatangi suatu kaum, beliau mengucapkan salam kepada mereka tiga kali,” (Sahih Bukhari: 95).
Lalu di dalam Ash-Shahihain dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhuma yang berkata:
“Nabi ﷺ pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan, hingga beliau mendapatkan kami sementara waktu salat sudah hampir habis. Maka kami berwudu dengan hanya mengusap kaki kami. Maka Nabi ﷺ berseru dengan suara yang keras:
“Celakalah tumit-tumit dari neraka.”
Beliau mengulanginya dua kali atau tiga kali,” (Sahih Bukhari: 96. Sahih Muslim: 241).
PENJELASAN:
- Yang dimaksud dengan, “Wail” atau “Celakalah” adalah azab dan celaka.
- Yang dimaksud dengan, “Tumit-tumit dari neraka” adalah kecelakaan untuk para pemilik tumit yang tidak sempurna dalam pembasuhannya.
Juga di dalam Ash-Shahihain dari Abi Bakrah radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Maukah kalian aku beri tahu dosa besar yang paling besar?”
Kemudian Abi Bakrah melanjutkan riwayatnya dengan berkata:
“Tiga kali. Mereka berkata, ‘Mau, ya Rasulullah.’ Kemudian beliau ﷺ bersabda:
“Syirik terhadap Allah dan durhaka kepada orang tua.”
Kemudian Abi Bakrah berkata:
“Beliau pun duduk bersandar lalu bersabda:
“Ketahuilah, ucapan yang keji atau dusta atau curang atau saksi palsu.”
Abi Bakrah berkata:
“Beliau terus-terusan mengulanginya sampai kami bergumam, ‘Seandainya beliau diam (menyudahi perkataan tersebut),’” (Sahih Bukhari: 2654. Sahih Muslim: 88).
PENJELASAN:
- Abi Bakrah di sini adalah Abu Bakrah bin Harits bin Kaladah bin Amru Ats-Tsaqafi, salah seorang sahabat pilihan yang tinggal di Basrah. Beliau meninggal tahun 51 hijriah.
- Yang dimaksud dengan, “Syirik terhadap Allah” adalah menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat.
- Yang dimaksud dengan, “Durhaka kepada orang tua” adalah menyakiti orang tua dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Durhaka tidak berlaku jika anak tidak menuruti orang tua dalam maksiat dan syirik.
PELAJARAN
Syaikh Khalid Al-Jauhani di dalam Al-Laali al-Bahiyyatu menyimpulkan beberapa pelajaran dari hadis-hadis di atas dalam bab ini:
- Anjuran untuk mengulangi perkataan apabila memang diperlukan.
- Disyariatkannya untuk mengucapkan salam.
- Disyariatkannya untuk menggabungkan antara dua salat ketika safar.
- Ancaman keras untuk orang yang pelit dalam wudhunya.
- Wajibnya membasuh dua kaki ketika wudhu.
- Di antara dosa besar yang paling besar adalah syirik terhadap Allah, durhaka kepada orang tua, serta perkataan dusta atau kesaksian palsu atau curang.
- Peringatan dari syirik terhadap Allah.
- Peringatan dari durhaka kepada orang tua.
- Peringatan dari perkataan dusta.
- Anjuran terhadap tauhid, berbakti kepada orang tua, dan berkata yang baik atau jujur.
- Besarnya kecintaan para sahabat terhadap Nabi ﷺ.
Diterjemahkan dari al-Laali Al-Bahiyyatu karya Syaikh Khalid Al-Jauhani oleh Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Sukoharjo).
====
Apabila bapak/ibu/saudara pembaca semua ingin ikut andil dalam program dakwah melalui situs mukminun.com atau channel YouTube Mukminun TV, Anda bisa menyalurkan infak melalui nomor rekening Bank Muamalat: 5210061824 a.n. Irfan Nugroho.
Semoga menjadi amal jariyah, pemberat timbangan kebaikan di akhirat, juga sebab tambahnya keberkahan pada diri, harta, dan keluarga pembaca semuanya.