Fiqih

Hadits tentang Menjamak Salat

Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, kita lanjutkan pelajaran dari kitab Ad-Durus Al-Yaumiyah karya syekh Rasyid Abdul Karim, di mana hari ini, 29 Rabiul Tsani, kita akan belajar tentang menjamak salat.

Hadits 1 tentang Menjamak Salat

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma yang berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ صَلَاةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ إِذَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ سَيْرٍ وَيَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

“Dulu Rasulullah ﷺ pernah menjamak salat Zuhur dan Asar ketika beliau sedang dalam perjalanan, dan pernah pula menjamak antara magrib dan isya,” [Sahih Bukhari: 1107].

Hadits 2 tentang Menjamak Salat

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ فِي السَّفَرِ يُؤَخِّرُ صَلَاةَ الْمَغْرِبِ حَتَّى يَجْمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْعِشَاءِ

“Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ apabila beliau sedang dalam perjalanan yang sangat mendesak, beliau akan mengakhirkan salat magrib hingga menjamaknya dengan salat Isya.”

وَيُقِيمُ الْمَغْرِبَ فَيُصَلِّيهَا ثَلَاثًا ثُمَّ يُسَلِّمُ

“Kemudian beliau berdiri salat magrib tiga rekaat lalu salam.”

ثُمَّ قَلَّمَا يَلْبَثُ حَتَّى يُقِيمَ الْعِشَاءَ فَيُصَلِّيهَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يُسَلِّمُ 

“Kemudian beliau diam sejenak lalu berdiri melakukan salat Isya dua rakaat kemudian salam.”

وَلَا يُسَبِّحُ بَيْنَهُمَا بِرَكْعَةٍ وَلَا بَعْدَ الْعِشَاءِ بِسَجْدَةٍ حَتَّى يَقُومَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ

“beliau tidak melakukan salat sunah di antara keduanya juga tidak melakukan salat sunnah setelah salat Isya sampai beliau bangun di penghujung malam,” [Sahih Muslim: 1109].

Hadits 3 tentang Menjamak Salat

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu Anhu beliau berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ

“Bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengikuti perang Tabuk.”

إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ

“Apabila beliau berangkat setelah matahari tergelincir, beliau menjamak salat Zuhur dan Ashar (di waktu Zuhur).

وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعَصْرِ 

“Apabila beliau berangkat sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan salat Zuhur hingga masuk waktu Ashar (dan menjamak di waktu Ashar).”

وَفِي الْمَغْرِبِ مِثْلُ ذَلِكَ

“Beliau melakukan hal yang sama untuk salat Magrib.”

إِنْ غَابَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ 

“Apabila beliau berangkat setelah matahari tenggelam, beliau menjamak Magrib dan Isya (di waktu Magrib).”

وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الْمَغْرِبَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعِشَاءِ ثُمَّ جَمَعَ بَيْنَهُمَا

“Apabila beliau berangkat sebelum matahari tenggelam, beliau mengakhirkan salat Magrib sampai masuk waktu Isya dan menjamak keduanya (di waktu Isya),” [Sunan Abu Dawud: 1220. Jami At-Tirmizi: 553. At-Tirmidzi: Hasan Garib. Al-Albani: Sahih].

BACA JUGA:  Tiga Ciri Salatnya Munafik dalam Satu Hadis

PENJELASAN

Menjelaskan hadits – hadits tentang menjamak salat di atas, Syaikh Rasyid Abdul Karim berkata:

مِنْ تَيْسِيرِ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَرَفْعِهِ الْحَرَجَ عَنْهُمْ

“Di antara cara Allah memberi kemudahan kepada hambaNya juga mengangkat kesulitan dari mereka…”

أَنْ شَرَعَ لَهُمْ الْجَمْعُ فِي السَّفَرِ

“… adalah Allah mensyariatkan bagi umat ini jamak salat ketika dalam perjalanan.

لِمَا يَلْحَقُ الْمُسَافِرُ غَالِبًا مِنْ الْمَشَقَّةِ مِنْ النُّزُولِ لِكُلِّ صَلَاةٍ فِي وَقْتِهَا، 

“Karena pada umumnya, musafir akan kesulitan apabila harus turun (dari kendaraan) setiap kali memasuki waktu salat.”

فَلِلْمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ فِي وَقْتِ إِحْدَاهُمَا وَكَذَلِكَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

“Orang yang dalam perjalanan boleh menjamak salat zuhur dan ashar pada waktu Zuhur atau ashar. Pun demikian dengan salat magrib dan Isya, orang yang dalam perjalanan boleh menjamak keduanya pada salah satu waktu dari keduanya.”

PELAJARAN

Kesimpulan hukum yang bisa diambil dari hadits-hadits tentang menjamak salat di atas di antaranya:

مَشْرُوعِيَّةُ الْجَمْعِ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي السَّفَرِ

Disyariatkannya menjamak salat zuhur dan ashar juga Maghrib dan Isya ketika dalam perjalanan.

جَوَازُ جَمْعِ التَّقْدِيمِ أَوْ التَّأْخِيرِ عَلَى مَا هُوَ أَرْفَقُ بِالْمُسَافِرِ

Bolehnya menjamak di awal waktu (takdim) atau menjamak di akhir waktu (takhir), tergantung mana yang mudah bagi orang yang melakukan perjalanan.

عَدَمُ مَشْرُوعِيَّةِ التَّنَفُّلِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي الْجَمْعِ

Tidak disyariatkannya melakukan salat sunnah nafilah di antara dua salat yang dijamak.

Kitab: Ad-Durus Al-Yaumiyah Minas Sunani Wal Ahkamis Syar’iyyah (29 Rabiul Tsani)

Karya: Syaikh Rasyid Abdul Karim

Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar PPTQ At-Taqwa Sukoharjo)

 

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button