Lemah Lembut Nabi Muhammad ﷺ
Pembaca mukminun.com rahimakumullah, Nabi Muhammad ﷺ telah memberi contoh kepada kita tentang kapan harus menerapkan lemah lembut dan kapan harus tegas. Berikut kami nukilkan beberapa contoh sikap lemah lembut dan bagusnya akhlak Nabi Muhammad ﷺ. Teruskan membaca!
Lemah Lembut Nabi kepada Istri
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata:
“Rasulullah ﷺ sama sekali tidak pernah memakai tangannya untuk memukul istri dan pelayan beliau, kecuali ketika beliau sedang jihad fi sabilillah.”
“Beliau sama sekali tidak pernah membalas suatu kesalahan yang dilakukan sahabatnya kecuali apabila ada pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah, beliau akan menegakkan pembalasan karena Allah azza wa jalla,” (Sahih Muslim: 2328).[1]
Lemah Lembut Nabi kepada Orang Awam
Imam Bukhari Meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu yang berkata:
Saya pernah berjalan bersama Rasulullah ﷺ. Waktu itu beliau memakai Burdun tebal buatan Najran.
Kemudian seorang Arab pedalaman menemui beliau dan menarik selendang beliau dengan sangat kuat.
Hingga aku bisa melihat adanya bekas pada permukaan bahu Rasulullah ﷺ akibat kuatnya tarikan (yang dilakukan oleh Arab pedalaman tadi) pada seledang tersebut.
Orang Arab pedalaman tadi berkata,
“Wahai Muhammad. Berikan padaku harta dari Allah yang ada padamu!”
Kemudian sahabat Anas berkata:
“Rasulullah ﷺ menoleh kepada orang tersebut, lalu tertawa, lalu menyuruh agar orang itu diberi sesuatu,” (Sahih Bukhari: 5809).[2]
Lemah Lembut Nabi pada Penentang Dakwah
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang bercerita kepada keponakannya, Urwah bin Zubair, bahwa ibunda Aisyah pernah bertanya kepada Nabi ﷺ:
“Ya Rasulullah, pernahkah Anda mengalami masa-masa yang lebih berat daripada perang Uhud?”
“Sungguh aku pernah menjumpai masa-masa yang sulit, jauh melebihi kesulitan yang dialami kaummu. Dan itu adalah masa tersulit yang pernah aku alami, dan kesulitan itu berasal dari mereka, yaitu peristiwa Hari Aqabah.”
Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang pengalamannya mendatangi Ibnu Abd Yalil bin Abd Kulal agar masuk islam. Namun, Ibnu Abd Yalil menolak ajakan nabi ﷺ. Alhasil, Nabi kembali dengan rasa cemas.
Ketika tiba di Qarnits Tsa’alib, beliau mendongakkan kepala dan ternyata beliau sedang dinaungi awan yang di sana terdapat malaikat Jibril yang berkata:
“Sungguh Allah azza wa jalla telah mendengar ucapan kaummu terhadap dirimu, juga penolakan mereka terhadap dakwahmu. Sungguh Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk menemuimu guna menjalankan tugasnya. Apa yang hukuman yang kamu inginkan bagi mereka?”
Kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa malaikat penjaga gunung memanggil beliau dan mengucapkan salam kepada beliau lalu berkata:
“Ya Muhammad! Sungguh Allah telah mendengar ucapan kaum Anda terhadap diri Anda. Saya adalah malaikat penjaga gunung. Rab Anda mengutus saya kepada Anda agar menjalankan perintah dari Anda. Apabila Anda menghendaki, aku akan menimpakan dua gunung ini kepada mereka.”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh, saya berharap akan Allah keluarkan dari mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, dan tidak berbuat syirik sama sekali,” (Sahih Muslim: 1795).[iii]
Pelajaran
Dari hadis ini bisa diambil pelajaran kaitannya dengan sikap lemah lembut Nabi ﷺ, yaitu:
“Sikap lemah lembut Rasulullah ﷺ kepada kaumnya.”
“Hukumnya wajib bagi para dai untuk mengikuti Nabi ﷺ dalam lemah lembut dan sabar terhadap gangguan dari manusia.”
Kitab: Durus Yaumiah (11 Jumadilakhir)
Karya: Syaikh Rasyid Abdul Karim
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)
[1] Imam Muslim memberi judul hadis ini, “Jauhnya Nabi ﷺ dari perkara yang berdosa.” Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah memberi judul hadis ini, “Memukul wanita.”
[2] Imam Bukhari memberi judul hadis ini, “Memukul wanita.” Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah memberi judul, “Memberi (sesuatu kepada) orang yang meminta dengan kasar.”
[iii] Imam Muslim memberi judul hadis ini, “Nabi ﷺ mendapati gangguan dari kaum musrikin dan munafikin.”