Fiqih

Ensiklopedia Fikih Udhiyah atau Qurban Dorar Saniyah

Pembaca rahimakumullah, kali ini kami mencoba suguhkan pembahasan fikih udhiyah atau qurban dari Ensiklopedia Fikih Durar Saniyah. Teruskan membaca!

Pengertian Udhiyah

Udhiyah secara bahasa berarti, “Apa-apa yang disembelih di hari-hari Idul Adha.” Sedang secara istilah, udhiyah artinya:

ما يُذبَحُ من بهيمةِ الأنعامِ في يومِ الأضحى إلى آخِرِ أيَّامِ التَّشريقِ تقرُّبًا إلى اللهِ تعالى

Apa-apa yang disembelih, dari jenis binatang ternak (bahimatul an’am – jenis binatang yang sama untuk zakat peternakan), di hari Idul Adha hingga akhir hari tasyriq untuk bertaqarub kepada Allah ta’ala.[1]

Pensyariatan Udhiyah

Udhiyah adalah sesuatu yang disyariatkan, masyru’, atau diperintahkan di dalam agama Islam. Dalilnya adalah ijma, sebagai dinukil oleh Ibnu Qudamah,[2] Ibnu Daqiq al-Eid,[3] Ibnu Hajar,[4] juga Asy-Syaukani.[5]

Hikmah Udhiyah

Di antara hikmah Udhiyah atau kurban menurut Ensiklopedia Fikih Kuwait (5/76) adalah sebagai berikut:

1 – Wujud syukur kepada Allah atas nikmat kehidupan

2 – Menghidupkan sunah Ibrahim Al-Khalil alaihissalam ketika Allah memerintahkannnya untuk menyembelih kambing yang dijadikan tebusan atas anaknya Ismail alaihissalam di hari Nahr,

3 – Juga agar orang beriman ingat dengan sabarnya Ibrahim dan Ismail Alaihimassalam yang lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah, juga kecintaan kepada Allah daripada kecintaan terhadap diri sendiri dan anaknya,

4 – Di dalam udhiyah terdapat sarana untuk mewujudkan kelapangan bagi diri dan keluarga,

5 – Juga terdapat upaya memuliakan tetangga dan tamu,

6 – Juga terdapat unsur sedekah kepada orang-orang fakir, juga

7 – Sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan dan kesenangan atas nikmat Allah kepada manusia, sebagaimana diperintahkan Allah ta’ala, “Dan atas nikmat Tuhanmu hendaknya engkau mengatakannya (dengan cara yang dibenarkan oleh syariat),” (QS Ad-Dhuha: 11)

Bersambung…

REFERENSI

[1] Fathul Qadir lil Kamal ibnu Hamam: 9/505, Mugnil Muhtaj lisy Syarbini: 4/282, Kasyful Qina’ lil Bahuti: 2/530.

[2] Al-Mughni: 9/435

[3] Ihkamul Ahkam: 482

[4] Fathul Bari: 3/10

[5] As-Sailul Jarar: 715

BACA JUGA:  Fikih Dorar: Hukum Merintih dan Berharap Mati

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button