Pembaca rahimakumullah, artikel ini akan membahas tentang akhlak tercela hasad. Naskah adalah terjemahan dari kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah. Semoga bermanfaat. Teruskan membaca!
Sikap Seorang Muslim tentang Hasad
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata tentang sikap seorang muslim terhadap akhlak tercela hasad:
Seorang muslim tidak hasad dan tidak sepantasnya hasad menjadi akhlak dan sifat seorang muslim selama dia 1) mencintai kebaikan bagi semua orang dan 2) lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri.
Karena hasad atau dengki akan menafikkan dua akhlak mulia: 1) mencintai kebaikan dan 2) itsar atau mendahulukan orang lain.
Seorang muslim tidak suka dengan akhlak hasad, juga akan benci dengan sifat dengki, karena hasad/dengki adalah menentang pembagian karunia Allah di antara manusia. Allah ta’ala berfirman:
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar, (QS An Nisa: 54).
Dua Jenis Hasad
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi mengatakan bahwa hasad atau dengki ada dua jenis, yaitu:
والحسدُ قسمانِ: أوَّلهمَا: أنْ يتمنى المرءُ زوالَ النعمةِ منْ مالٍ أوْ علمٍ أوْ جاهٍ أوْ سلطانٍ عنْ غيرهِ لتحصلَ لهُ
Hasad atau dengki ada dua macan: 1) Seseorang berharap agar seseorang kehilangan nikmat, entah itu harta, ilmu, kedudukan, atau kepemimpinan dari orang lain dan ingin agar nikmat itu menjadi miliknya.
Jenis hasad yang kedua lebih buruk dari itu, yaitu seseorang mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain, meskipun nikmat tersebut tidak menjadi miliknya atau tidak bisa mendapatkannya.
Hasad yang Boleh
Ada hasad atau dengki yang boleh, menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, yaitu gibthah. Syaikh berkata:
Bukan termasuk hasad adalah Al-Gibthah, yaitu berharap untuk memiliki nikmat yang SAMA dengan nikmat milik orang lain, entah itu berupa ilmu, harta, atau kebaikan lainnya, tanpa disertai keinginan agar nikmat itu hilang dari orang lain.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal: 1) Seseorang diberi Allah harta, lalu dia menghabiskannya dalam kebenaran, 2) Seseorang diberi Allah Hikmah, kemudian dia memutuskan suatu perkara dengannya, serta mengajarkannya, (Sahih Bukhari: 1049).
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata tentang makna Hikmah:
Al-Quranul Karim dan As-Sunnatun Nabawiyah.
Hukum Hasad
Tentang hukum hasad atau dengki, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:
Dua jenis hasad di atas hukumnya haram, titik. Maka, tidak boleh seseorang berlaku hasad kepada seseorang lainnya.
Dalilnya adalah sebagai berikut:
ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? (QS An Nisa: 54).
Karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri (Yahudi), (QS Al-Baqarah: 109).
Dari keburukan orang yang hasad jika mereka sedang hasad, (QS Al-Falaq: 5).
Menyimpulkan ayat-ayat di atas, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:
Kecaman Allah ta’ala terhadap akhlak tercela ini, yaitu hasad, berarti Allah mengharamkannya dan melarangnya.
Larangan Hasad di dalam As-Sunnah
Hasad juga dilarang melalui As-Sunnah An-Nabawiyah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Kalian itu jangan saling marah, jangan saling hasad, juga jangan saling membelakangi. Jadilan kalian itu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, (Sahih Bukhari: 6065).
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang daif dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Jauhi oleh kalian sifat hasad atau dengki, karena hasad akan memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar, atau rumput, (Sunan Abu Dawud: 4903. Al-Albani: Daif).
Menghilangkan Kedengkian
Pembaca rahimakumullah, di akhir pembahasannya tentang hasad, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah menulis tentang cara berpaling dari sifat hasad. Beliau berkata:
Seorang muslim, jika dia terbesit di benaknya untuk hasad, karena memang manusia adalah makhluk Basyariyah dan tidak bisa lepas dari dosa, dia harus 1) menahannya dengan mengusir pikiran itu dari dirinya, serta 2) membenci sifat tersebut, sampai pikiran dan dorongan itu tidak membuatnya mengucapkan atau melakukan apa-apa yang bisa membuatnya celaka.
Jika seseorang merasa takjub atau kagum dengan sesuatu, hendaknya dia mengucapkan, “Masya Allah, laa quwwata illa billah,” (Segala sesuatu adalah sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada kekuatan kecuali milik Allah).
Dengan mengucapkannya dan merenungi maknanya, kekagumannya itu tidak akan berpengaruh padanya, sehingga dia selamat dari sifat dengki. Wallahua’lam
Demikian pembahasan tentang akhlak tercela hasad. Naskah adalah terjemahan dari kitab Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum
Karangasem, 6 Desember 2023
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, serta menempatkan ibunya di surga. Aamiin)