AdabKhutbahTazkiyah

Tausiyah untuk Santri: Birrul Walidain, Dakwah, Adab

Di momen yang berbahagia ini, kami ingin mewasiatkan tiga hal kepada para santri, yaitu birrul walidain, dakwah, dan adab. Bagaimana penjelasannya? Teruskan membaca!

Birrul Walidain

Para santri yang semoga dirahmati Allah, berbakti kepada orang tua atau birrul walidain adalah satu dari kewajiban di dalam agama. Birrul walidain memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:

Birrul Walidain adalah Kewajiban yang paling Agung setelah Tauhid

Birrul walidain adalah kewajiban yang paling agung setelah tauhid. Itulah mengapa Allah mendampingkan antara perintah tauhid dengan perintah birrul walidain di dalam Al-Quranul Adzim. Allah berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya, (QS Al-Isra: 23).

Bersyukur kepada Allah, Berterima Kasih kepada Orang Tua

Di antara bentuk pengagungan Allah terhadap pentingnya birrul walidain adalah Allah mendampingkan perintah bersyukur kepada Allah dengan perintah berterima kasih kepada orang tua. Allah berfirman:

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ

Bersyukurlah kepadaKu, dan berterima kasihlah kepada orang tuamu, (QS Luqman: 14).

Coba suatu waktu, tanpa orang tua kita memberi sesuatu kepada kita, kita tiba-tiba bilang kepada mereka, “Jazaakumullah khair, abi/umi. Terima kasih sekali,” atau yang semisal, dan lihat betapa bahagianya mereka mendengar ungkapan tersebut dari kita.

Maafkan Kezaliman Orang Tua atas Diri Kita

Jadi, memang kita bisa saja merasa bahwa orang tua kita telah zalim kepada kita. Hal itu bisa saja muncul karena muncul pikiran bahwa mereka memasukkan kita ke pesantren di usia yang masih sangat belia.

Tetapi ingat, Allah memerintahkan kita untuk tetap berbuat baik kepada orang tua di dalam firmanNya:

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, (QS Luqman: 15).

Sudahlah. Maafkan mereka. Ingat, kita pun diperintahkan untuk tetap berbakti kepada mereka, meskipun mereka musysrik. Imam Al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad menulis satu bab berjudul:

بَابُ بِرِّ الْوَالِدِ الْمُشْرِكِ

Bab berbakti kepada orang tua yang musyrik.

Wujud Berbakti kepada Orang Tua

Di antara wujud berbakti kepada orang tua, untuk kita para santri, di antaranya:

1 – Makan bersama orang tua

Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata:

تَعَشَّ الْعَشَاءَ مَعَ أُمُّكِ تَقَرَّ بِهِ عَيْنُهَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حَجَّةٍ تَحُجُّهَا تَطَوُّعًا

Kamu makan malam bersama ibumu, hingga kamu membuat beliau bahagia, itu lebih aku sukai daripada kamu menunaikan haji tatawu (umrah), (Al-Birr wash Shillah li Ibnil Jauzy: 1/73).

BACA JUGA:  Adab Makan: Makan dari Sisi yang Dekat dengan Kita

2 – Memijit kaki ibu

Muhammad bin Al-Munkadir pernah berkata:

بات عمر، يعني أخاه، يصلي وبتّ أغمز رجل أمي وما أحبّ أن ليلتي بليلته

Umar (saudara Muhammad bin Al-Munkadir) pernah menginap di rumahnya dan menghabiskan malam itu dengan salat. Di saat yang sama, Muhammad bin Al-Munkadir menghabiskan malam itu dengan memijat-mijat kaki ibunya. Ibnu Al-Munkadir berkata, “Aku lebih suka caraku menghabiskan malam (memijat kaki ibu) daripada cara dia menghabiskan malamnya (salat malam),” (Sifatush Shafwa: 2/349)

Tentu masih ada banyak bentuk berbakti kepada orang tua selain dua hal ini. Tetapi jika kita amati, dua hal ini adalah perbuatan yang tidak memerlukan biaya, apalagi jika kita masih berstatus santri yang belum bisa mandiri.

Dakwah

Wasiat kami yang kedua bagi para santri adalah ambillah peran di dalam dakwah atau amar makruf dan nahi mungkar. Dakwah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:

Dakwah adalah Kalimat Terbaik di Muka Bumi

Tidak ada perkataan yang lebih mulia daripada dakwah, mengajak orang lain untuk berbuat baik, atau mencegah orang lain dari berbuat dosa. Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS Fussilat: 33).

Maka dari ayat ini bisa kita jadikan dasar bahwa mana yang lebih utama, “Berkata baik atau diam?” Maka kata Syaikh Abdullah Al-Faqih, “Berkata baik itu lebih utama daripada diam.”

Maka, santri jangan diam. Santri harus mengambil peran di dalam dakwah.

Dakwah Membuat Umat ini tetap Baik

Dakwah adalah sebab langgengnya kebaikan di antara umat ini. Bayangkan jika semua orang diam, tidak ada yang mengajak baik, juga tidak ada yang mencegah kemungkaran. Ada orang maksiat dibiarkan, tidak dicegah, tidak dilarang, tidak diingatkan, tidak dinasihati, pasti semakin banyak orang yang bermaksiat.

Itulah mengapa Allah berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah, (QS Ali Imran: 110).

Jadi, santri jangan diam kalau melihat kemungkaran, juga jangan diam melihat orang belum tahu mana yang wajib dan mana yang haram. Ajari umat ini. Dakwahi umat ini.

Dakwah Mencegah Azab dari para Hamba

Jadi, dakwah itu mencegah turunnya azab. Kalau semua orang diam, tidak mau dakwah, hancur umat ini. Ada orang zina, kita tahu dia zina, kita diam saja, maka orang yang belum berzina, sudah ada niat zina, dia akan berani untuk benar-benar berzina, karena pendahulunya sudah berzina dan semua orang diam saja.

Sikap diam, cuek, dan acuh dari mencegah kemungkaran dan mengajak kebaikan inilah yang menyebabkan Bani Israel dilaknat oleh Allah. Allah berfirman:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas, (QS Al-Maidah: 78).

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu, (QS Al-Maidah: 79).

BACA JUGA:  Khutbah Jumat: Membela Diri terhadap Kezaliman

Jadi, santri kalau ada teman yang bermaksiat, melanggar aturan pondok, hendaknya langkah pertama adalah mencegahnya, melarangnya, meminta pelakunya untuk bertaubat. Jika pelakunya bertaubat tanpa harus dilaporkan kepada ustadz bagian kesantrian, tidak usah dilaporkan.

Wujud Dakwah di Kalangan Santri

Santri memiliki paling tidak tiga keunggulan, yang sekaligus modal dasar di dalam berdakwah, yaitu Al-Quran, bahasa Arab, serta ilmu agama. Ketika di masa libur seperti Ramadan dan Idul Fitri, saya menghimbau santri untuk berdakwah melalui, silakan pilih:

1 – Imam Salat

2 – Khutbah Jumat

3 – Kultum tarawih atau subuh

4 – Mengajar TPA

5 – Menerjemahkan kitab atau qoul dan mempublishnya

6 – Menerjemahkan video masayikh dan mempublishnya

7 – Buat video dakwah diri sendiri dan mempublishnya

8 – Jadi panitia pengajian

9 – Share konten islami, dengan perincian:

A – Untuk masyarakat awam, fokus pada yg wajib-wajib (rukun islam, birrul walidain)

B – Untuk kalangan sesama santri, ajak untuk membiasakan diri dengan amal sunah

ADAB

Baik. Sebagaimana diketahui, santri memiliki keunggulan dalam hal bahasa Arab, Quran, dan ilmu agama. Dan ingat, kita saat ini berada di zaman krisis adab atau tata krama, entah santri maupun non-santri.

  1. Mungkin sebagian dari kita bisa membantah bahwa santri sudah belajar adab. Tetapi ingat, seringnya itu baru di tahap adab kepada guru, adab kepada sesama santri, juga adab kepada buku atau ketika belajar, seperti yang kita pelajari di dalam Ta’limul Mutaalim atau Tadzkiratus Sami.

Nah, kali ini, kami wasiatkan kepada para santri untuk coba mengalihkan perhatiannya kepada materi adab sebagai berikut:

1 – Adab Berpakaian

2 – Adab kepada Orang Tua

3 – Adab di Masyarakat, meliputi:

  • Adab dengan tetangga
  • Adab takziyah
  • Adab menjenguk orang sakit
  • Adab mengurus jenazah
  • Adab safar

Inilah di antara materi adab yang hendaknya menjadi perhatian santri, terutama ketika tidak lagi di pesantren, entah karena liburan atau ketika sudah selesain nyantri dan berjuang di masyarakat.

Adab Berpakaian

Silakan baca lebih lanjut tentang hal ini di kitab-kitab adab. Fokus yang hendak saya sampaikan di sini bahwa hendaknya santri putra berpakaian sesuai dengan statusnya sebagai santri. Tidak pantas bagi seorang santri putra:

  • Ke masjid tanpa peci
  • Ke masjid hanya dengan memakai kaos
  • Ke masjid/luar rumah dengan celana isbal
  • Ke masjid/luar rumah dengan celana pensil
  • Ke masjid/luar rumah dengan kaos suporter/klub sepakbola
  • Ke luar rumah dengan memakai celana pendek
  • Ke luar rumah dengan telanjang dada

Ada satu faidah dari ayat tentang perintah jilbab, ketika Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS Al-Ahzab: 59).

BACA JUGA:  Adab Makan: Makan dari Pinggir Piring

Baik. Ayat ini memang berisi perintah bagi wanita muslimah memakai jilbab. Tetapi coba perhatikan penggalan ayat itu:

ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu, (QS Al-Ahzab: 59).

Santri yang ke masjid memakai peci, sarung, koko akan lebih mudal dikenal bahwa dia adalah orang yang punya potensi sebagai santri, bisa menjadi imam, bisa khutbah jumat, atua kultum tarawih.

Tetapi bayangkan jika Anda santri, punya hafalan banyak, bisa khutbah Jumat, tetapi pas ke masjid untuk suatu khutbah Jumat, lalu ternyata saat itu yang dijadwal khatib Jumat tidak datang, tidak ada orang lain selain Anda yang lebih kapabel untuk menjadi imam dan khatib jumat, tetapi saat itu Anda ke masjid tanpa membawa peci, hanya memakai kaos, bahkan celana pensil. Orang yang tidak mengenal Anda, tidak akan tahu kalau Anda adalah orang yang sebenarnya layak menjadi imam atau khatib jumat.

Atau ketika dibawa ke skenario lain, ketika Anda keluyuran hanya memakai style punk. Maksud Anda ingin mendakwahi mereka, dengan memakai pakaian seperti mereka. Tetapi ketika mereka tidak tahu bahwa Anda santri karena pakaian Anda yang seperti mereka, lalu Anda juga ternyata dibisiki setan untuk keluar dari jalur rel dakwah, maka di situlah awal mula kesesatan.

Lain halnya ketika Anda berdakwah di kalangan punk dengan style pendakwah, gamis, pecis, sarung, dan jenggot. Mereka akan sungkan kepada Anda. Dan itulah di antara makna “karena itu mereka tidak diganggu,” (QS Al-Ahzab: 59).

Adab kepada Orang Tua

Ya, OK. Memang kita sudah belajar tentang birrul walidain. Tetapi coba jujur, pasti di antara kita ada yang lebih tawadu kepada guru daripada kepada orang tua. Ada yang lebih sering mencium tangan guru daripada mencium tangan orang tua. Maka, pelajari lagi dan cobalah untuk menerapkan ilmu tentang birrul walidain.

Adab di Masyarakat

Ini yang juga tidak kalah penting, adab santri di masyarakat. Santri apabila tidak dakwah, tidak menjadi imam, khatib, penceramah, atau pengajar, masyarakat tidak akan tahu kalau dia punya ilmu agama, punya hafalan Quran, mampu berbahasa Arab. Yang dilihat masyarakat adalah bagaiman tingkah polah, tata krama, adab santri tersebut di tengah masyarakat.

Bagaimana sikap santri ketika ada tetangga yang meninggal dunia. Bagaimana sikap santri ketika bekerja bakti. Bagaimana sikap santri ketika ada tetangga yang sakit. Dan lain sebagainya. Ingat, adab adalah cara bersikap seseorang dalam kondisi tertentu. Maka sekali lagi, santri memang harus benar-benar mempelajari adab, dan mengamalkan adab.

Penutup

Baik. Santri memang memiliki keunggulan dalam hal bahasa Arab, Al-Quran, serta ilmu agama. Tetapi bukan manusia jika tidak memiliki kekurangan. Dan di antara kekurangan itu – ingat, tidak semua santri, adalah:

  • Birrul walidain
  • Partisipasi di dalam dakwah
  • Adab

Perbaiki hubungan kita, sebagai santri, dengan orang tua kita. Mari lebih bergiat lagi di dalam partisipasi dakwah. Mari pelajari secara serius adab-adab, serta amalkan hal itu di kehidupan pesantren dan masyarakat. Semoga Allah memberkahi. Amin

Karangasem, 6 April 2024

Irfan Nugroho (Pengajar di PPTQ At-Taqwa Sukoharjo dan RQ Irmas Bani Saimo Suro Karyo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button