Hukum Belum Mandi Junub ketika Puasa
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ﷻ, bagaimana hukum belum mandi junub saat puasa? Atau bagaimana hukum mandi wajib setelah imsak? Fatwa kali ini semoga bermanfaat, dan semoga bisa menjawab pertanyaan tentang hukum puasa dalam keadaan junub. Teruskan membaca! Bismillah.
Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syaikh Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqitti, mufti di situs Asy-Syabakah Al-Islamiyah:
“Bagaimana hukum puasa qadha bagi orang yang dalam kondisi junub dan belum mandi kecuali setelah azan subuh? Apakah puasa orang tersebut sah?
Jawaban oleh tim fatwa Asy-Syabakah Al-Islamiyah, diketuai oleh Syaikh Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqitti hafizahullah
Segala puji hanya milik Allah. Selawat dan salah kepada Rasulullah, juga keluarganya dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Siapa saja yang dalam kondisi junub di malam hari, lalu pagi harinya dia puasa tetapi belum mandi junub kecuali setelah terbit fajar, maka puasanya sah. Hal ini didasarkan pada hanyak hadis.
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, saya mendapat waktu salat telah tiba, padahal saya dalam kondisi junub. Apakah saya melanjutkan puasa?”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
وَأَنَا تُدْرِكُنِي الصَّلَاةُ وَأَنَا جُنُبٌ فَأَصُومُ
“Saya pernah mendapat waktu salat telah tiba, padahal saya dalam kondisi junub. Maka saya tetap berpuasa.”
Lalu orang itu berkata, “Anda tidak sama dengan kami, ya Rasulullah. Sungguh Allah telah mengampuni Anda untuk dosa-dosa yang sudah lalu dan yang akan datang.” Maka Rasulullah ﷺ pun menimpali orang tersebut:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَعْلَمَكُمْ بِمَا أَتَّقِي
“Demi Allah. Sungguh saya berharap bahwa saya ini adalah orang yang paling takut kepada Allah daripada kalian, dan saya berharap bahwa saya ini adalah orang yang paling tahu caranya berfatwa daripada kalian,” (Sahih Muslim: 1110).
Juga dari Aisyah dan Ummu Salamah bahwa Rasulullah ﷺ pernah bangun subuh dalam kondisi junub selepas jima, bukan karena mimpi, kemudian beliau berpuasa di bulan Ramadan, (Muttafaq Alaihi).
Juga dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bangun sunuh dalam kondisi junub selepas jima, bukan karena mimpi, kemudian beliau tidak berbuka dan tidak qadha, (Sahih Muslim).
Asy-Syaukani Rahimahullah berkata ketika memberi catatan pada hadis-hadis di atas,
“Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa siapa saja yang mengatakan bahwa jika seseorang bangun di pagi hari dalam kondisi junub maka puasanya sah dan tidak wajib qadha baginya, tanpa orang itu membedakan junubnya itu karena jima atau selainnya, maka orang itu sudah berpendapat dengan pendapatnya jumhur ulama. Dan inilah yang ditegaskan oleh An-Nawawi bahwa beliau menyebut masalah ini sudah mencapai derajat ijma. Maka berkatalah Ibnu Daqiq Al-Eid, ‘Ini adalah ijma yang jelas.”
Hukum ini berlaku sama saja untuk puasa ada’ (wajib yang dilakukan pada waktunya – seperti puasa Ramadan di bulan Ramadan), qadha (wajib yang dilakukan di luar waktunya – seperti puasa Ramadan di bulan Sya’ban), atau puasa sunnah. Wallahu’alam bish shawwab.
Fatwa No: 164819
Tanggal: 8 Zulqaidah 1432 (5 Oktober 2011)
Sumber: Asy-Syabakah Al-Islamiyah
Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho dengan niat menyebarkan ilmu yang sekaligus semoga menjadi wasilah terkabulnya doa untuk kesembuhan anaknya yang sedang dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri – Wonogiri.
=========================================
السؤال
ما حكم صيام القضاء لمن نام على جنابة ولم يغتسل إلا بعد أذان الفجر؟ وهل يصح صيامه؟.
الإجابــة
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد:
فمن أجنب في اليل ثم أصبح صائماً ولم يغتسل إلا بعد طلوع الفجر، فإن صومه صحيح، وقد دلت على ذلك أحاديث كثيرة، فعن عائشة: أن رجلاً قال: يا رسول الله تدركني الصلاة وأنا جنب فأصوم، فقال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: وأنا تدركني الصلاة وأنا جنب فأصوم، فقال: لست مثلنا يا رسول الله قد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر، فقال: والله إني لأرجو أن أكون أخشاكم لله وأعلمكم بما أتقي. رواه أحمد ومسلم وأبو داود.
وعن عائشة وأم سلمة: أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم كان يصبح جنباً من جماع ـ غير احتلام ـ ثم يصوم في رمضان. متفق عليه.
وعن أم سلمة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصبح جنباً من جماع ـ لا حلم ـ ثم لا يفطر ولا يقضي. رواه مسلم.
قال الشوكاني ـ رحمه الله ـ معلقاً على هذه الأحاديث: هذه الأحاديث استدل بها من قال إن من أصبح جنباً فصومه صحيح ولا قضاء عليه من غير فرق بين أن تكون الجنابة عن جماع أو غيره، وإليه ذهب الجمهور وجزم النووي بأنه استقر الإجماع على ذلك، وقال ابن دقيق العيد: إنه صار ذلك إجماعاً أو كالإجماع. انتهى.
وهذا الحكم يستوي فيه الأداء والقضاء والنفل.
والله أعلم.