Fiqih

Salat Sunah di Kendaraan dan Salat Sunah sambil Duduk

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, kali ini kita lanjutkan pelajaran kita dari kitab Ad-Durus Al-Yaumiyah min As-Sunani wa Al-Ahkami Asy-Syar’iyyati karya Syaikh Rasyid Abdul Karim rahimahullah. Kali ini tentang beberapa hukum salat nafilah, dengan tanggal 23 Rabiul Tsani.

Salat Sunah di Kendaraan

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَيُوتِرُ عَلَيْهَا غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْهَا الْمَكْتُوبَةَ

“Dahulu Rasulullah ﷺ bertasbih (melakukan salat sunah) di atas tunggangan beliau, ke arah mana saja menghadap dan juga melakukan salat witir di atas tunggangannya, tetapi beliau tidak pernah melakukan salat wajib di atas kendaraan,” (Sahih Bukhari: 1097).

Dari Abdullah bin Amir bin Rabiah bahwa Amir bin Rabiah Radhiyallahu Anhu berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ

“Aku melihat Rasulullah ﷺ di atas hewan tunggangannya bertasbih (melakukan salat sunah) dengan memberi isyarat melalui kepala beliau, ke arah mana saja hewan tunggangannya menghadap. Rasulullah ﷺ tidak pernah melakukan hal tersebut untuk salat-salat wajib,” (Sahih Bukhari: 1098. Sahih Muslim: 701).

Salat Sunah sambil Duduk

Dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata:

كَانَ يُصَلِّي فِي بَيْتِي قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا

“Dahulu Rasulullah ﷺ pernah melakukan salat di rumahku sebelum salat zuhur sebanyak empat rekaat.”

ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُصَلِّي بِالنَّاسِ

“Setelah itu beliau ﷺ keluar dan salat (menjadi imam) bersama manusia.”

ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

“Kemudian beliau masuk ke rumah dan melakukan salat dua rekaat (di rumah setelah zuhur).”

وَكَانَ يُصَلِّي بِالنَّاسِ الْمَغْرِبَ

“Beliau pernah melakukan salat magrib bersama manusia.”

ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

“Kemudian setelah itu beliau pulang dan di rumah melakukan salat dua rekaat.”

وَيُصَلِّي بِالنَّاسِ الْعِشَاءَ وَيَدْخُلُ بَيْتِي فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

“Beliau pernah salat isya bersama manusia, lalu pulang ke rumah dan salat dua rekaat.”

وَكَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ تِسْعَ رَكَعَاتٍ فِيهِنَّ الْوِتْرُ

“Beliau pernah salat malam sembilan rekaat, termasuk di dalamnya salat witir.”

وَكَانَ يُصَلِّي لَيْلًا طَوِيلًا قَائِمًا

“Beliau pernah melakukan salat malam lama sekali sambil berdiri.”

وَلَيْلًا طَوِيلًا قَاعِدًا

“Beliau juga pernah salat malam lama sekali sambil duduk.”

وَكَانَ إِذَا قَرَأَ وَهُوَ قَائِمٌ رَكَعَ وَسَجَدَ وَهُوَ قَائِمٌ

“Apabila beliau membaca (Al-Fatihah dan surat lain) sambil berdiri, rukuk dan sujud beliau juga sambil berdiri.”

وَإِذَا قَرَأَ قَاعِدًا رَكَعَ وَسَجَدَ وَهُوَ قَاعِدٌ

“Apabila beliau membaca (Al-Fatihah dan surat lain) dalam kondisi duduk, beliau rukuk dan sujud dalam kondisi duduk.”

وَكَانَ إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ

“Apabila sudah masuk waktu subuh, beliau salat sunah dua rekaat (di rumah),” (Sahih Muslim: 730).

BACA JUGA:  Hari untuk Safar dan Peringatan Pergi Sendirian di Malam Hari

Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

صلاة الرجل قاعدًا نصف الصلاة

“Salatnya seseorang sambil duduk adalah separuh salat (sambil berdiri),” (Sahih Muslim: 730).

PENJELASAN

Syaikh Rasyid Abdul Karim berkata:

شرع الله سبحانه أحكامًا لصلاة النافلة، تختلف بها عن المفروضة تسهيلًا منه سبحانه وتخفيفًا على عباده منها: جواز صلاتها على الراحلة، ولو لم يستقبل المصلي القبلة، ومنها جواز صلاتها قاعدًا

“Allah subhanahu wa ta’ala telah mensyariatkan beberapa hukum terkait salat nafilah atau salat sunah. Hukum salat sunah berbeda dengan hukum salat fardu, karena salat sunah lebih longgar daripada salat fardhu. Allah subhanahu wa ta’ala memberi keringanan kepada hambanya (dalam pelaksanaan salat sunah), di antaranya: boleh melakukan salat sunah di atas kendaraan, meskipun orang yang salat tersebut tidak sedang menghadap kiblat, dan juga di antaranya adalah bolehnya melakukan salat sunah sambil duduk.”

PELAJARAN

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dalam pembahasa ini di antaranya:

– جواز صلاة النافلة جالسًا في السيارة ونحوها، حيثما اتجهت.

“Boleh melakukan salat sunah sambil duduk di kendaraan maupun yang lainnya, ke mana pun perginya.”

– جواز صلاة النافلة قاعدًا.

“Boleh melakukan salat sunah dalam kondisi duduk.”

– أن صلاة القاعد على النصف من صلاة القائم

“Bahwa salat sambil duduk dianggap separuh salat sambil berdiri.”

Kitab: Ad-Durus Al-Yaumiyah Min As-Sunani wa Al-Ahkami Asy-Syar’iyyah (23 Rabiul Tsani)

Karya: Syaikh Rasyid Abdul Karim

Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button