Adab Berbicara: Menyucikan Lisan dari Perangai Buruk dan Gemar Menyakiti, Meskipun Bercanda
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta’ala, di antara kemuliaan akhlak seorang muslim adalah hendaknya dia menyucikan lisannya dari perangai buruk dan gemar menyakiti, meskipun bercanda. Apa maksudnya? Teruskan membaca!
Daftar Isi
Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah menulis di dalam kitabnya Sahihul Adab Al-Islamiyah:
“Hendaknya seseorang menyucikan lisannya dari perangai buruk dan suka menyakiti, meskipun bercanda.”
Imam At-Tirmizi rahimahullah meriwayatkan suatu hadis yang beliau sendiri menilainya sebagai hadis hasan, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang apabila memiliki empat sifat berikut: 1) ‘Ath-Tha’aanu, 2) Al-La’aanu, 3) Al-Faahisyu, 4) Al-Badzi-i,” (Sunan At-Tirmizi: 1977. At-Tirmizi: Hasan Sahih Garib. Al-Albani: Sahih. Abu Tahir Zubair Ali Zai: Hasan).
PENJELASAN
Yang dimaksud “Ath-Tha’aanu” maksudnya:
“Menjatuhkan kehormatan manusia dengan fitnah atau gibah.”
Yang dimaksud dengan “Al-La’aanu” adalah:
“Orang yang banyak melaknat manusia dengan mendoakan manusia agar jauh dari rahmat Rab mereka (Allah).”
Yang dimaksud dengan “Al-Faahisyu” adalah:
“Orang yang buruk dalam ucapan dan perbuatannya. Ibnul Arabi berkata, ‘Al-Fuhsyu adalah perkataan seputar agama yang tidak enak atau tidak disukai untuk didengar.’”
Yang dimaksud dengan “Al-Badzi-u” adalah:
“Orang yang buruk perangainya dalam omongannya, meskipun apa yang dia omongkan itu benar.”
PELAJARAN
Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani menyimpulkan beberapa poin pelajaran dari hadis ini:
1. Anjuran untuk menyucikan lisan dari perangai buruk dan lisan yang gemar menyakiti, meskipun bercanda.
2. Di antara sifat yang bisa menafikkan kesempurnaan iman adalah: 1) Ath-Tha’aanu, 2) Al-La’aanu, 3) Al-Faahisyu, dan 4) Al-Badzii-u.
3. Kesempurnaan syariat Islam dengan adanya perhatian atau peraturan tentang perilaku masyarakat.
4. Peringatan agar kita tidak memiliki sifat-sifat yang disebutkan di dalam hadis tersebut.
REFERENSI
Faidhul Qadir karya Muhammad Abdur Rauf Al-Munawi
Al-Laali Al-Bahiyyatu karya Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani
PENERJEMAH
Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukharjo)