Di antara adab seorang muslim ketika sedang berada di kota Suci Madinah Al Munawarah adalah memperbanyak sholawat kepada nabi shallallahu Alaihi wasallam, demikian menurut syekh Wahid abdussalam Bali hafizahullah di dalam kitabnya Shahihul Adab Al-Islamiyah.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
“Janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan,[1] dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai persidangan hari raya.[2] Bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya shalawatmu akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada,” [Sunan Abu Dawud: 2042. Al-Albani: Sahih di dalam Sahihul Jami: 7226].
Imam muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash semoga Allah meridhoi keduanya yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu kali,[4] Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10 kali,”[5] [Sahih Muslim: 384. Sunan Abu Dawud: 523].
PENJELASAN
Berikut adalah penjelasan syekh Khalid Mahmud Al johani di dalam kitabnya al-Laali Al-Bahiyyatu tentang beberapa istilah di dalam dua hadis tersebut:
[1] “Jangan jadikan rumah kalian seperti” maksudnya rumah yang tidak ada salat Sunnah, tidak ada dzikir, tidak ada ibadah di dalamnya. Sebaliknya, penuhi rumah dengan hal-hal seperti di atas, yaitu lakukan beberapa salat sunnah atau beberapa ibadah itu di rumah. [2] “Jangan jadikan kuburku tempat persidangan hari raya,” kata eid di dalam klausa ini adalah merujuk kepada istilah yang biasa digunakan untuk berkumpulnya manusia pada umumnya. [4] “Siapa saja yang bershalawat kepadaku satu kali” dan lafaz sholawat yang paling afdhol adalah seperti yang terdapat di dalam tasyahud. [5] “Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” maksudnya Allah akan memberinya Rahmat sebanyak 10 dari sholawatnya yang hanya satu kali.PELAJARAN
Imam Abu Dawud memasukkan hadis ini ke dalam Kitab “Manasik” dengan judul “Ziarah Kubur” setelah sebelumnya menyebutkan hadis-hadis dengan judul “Keharaman Madinah.”
Inilah yang membuat Syaikh Wahid Abdussalam Bali menyimpulkan bahwa di antara adab seorang muslim ketika berziarah ke Madinah adalah memperbanyak shalawat di Madinah.
Pelajaran lain dari hadis ini, menurut Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani di dalam Al-La-ali Al-Bahiyyatu adalah:
1. Tidak disyariatkannya salat di kuburan
2. Mustahab atau sunnah untuk memperbanyak shalawat kepada nabi shallallahu Alaihi wasallam ketika di Madinah
3. Tidak boleh mengadakan acara kumpul-kumpul untuk pesta di kuburan (nyadran)
4. Dua hadis ini mengisyaratkan anjuran untuk melakukan salat Sunnah di rumah
5. Dua hadis ini juga menunjukkan betapa agungnya kedudukan nabi shallallahu Alaihi wasallam di sisi Rabb-nya subhanallahu wa ta’ala.
Faidah lain dari hadis di atas:
6. Upaya Nabi ﷺ dalam Menjaga Kemurnian Tauhid dan Menutup Semua Jalan Menuju Kesyirikan
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitab Tauhid memasukkan hadis ini ke dalam suatu bab berjudul:
Keterangan tentang Upaya Nabi ﷺ dalam Menjaga Kemurnian Tauhid dan Menutup Semua Jalan Menuju Kesyirikan.
7. Tidak Boleh Merutinkan Datang ke Makam Nabi ﷺ pada Hari atau Waktu Tertentu
Lajnah Daimah Saudi Arabia pernah ditanya tentang kebiasaan beberapa orang yang rutin datang ke makam Nabi ﷺ misal setiap seminggu sekali, sebulan sekali, atau dalam hitungan beberapa hari sekali, kemudian Lajnah Daimah menjawab:
Tidak boleh menjadikan kubur Nabi ﷺ sebagai tempat untuk dikunjungi secara rutin misal setiap hari, pekan, atau bulan tertentu, karena hal itu termasuk menjadikan makam Nabi ﷺ sebagai Eid (tempat berkumpulnya orang banyak karena meyakini adanya keberkahan di dalam aktivitas tersebut), kemudian mereka menyebutkan hadis di atas, (Jilid 1: 1/428).
Tertulis di dalam Al-Jadid, Syarh Kitabut Tauhid sebagai penguat argumen bagi fatwa Lajnah Daimah tersebut:
Haram ziarah ke makam Nabi ﷺ secara khusus di waktu² tertentu, maupun kubur-kubur lainnya, (Al-Jadid, Syarh Kitabut Tauhid: 1/202).
8. Ziarah Kubur Nabi ﷺ Hukumnya Mustahab
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata:
Sungguh, ziarah kubur Nabi ﷺ termasuk perkara yang hukumnya mustahab (disukai, asal tidak dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur yang bertentangan dengan syariat), (Fatwa Asy-Syabakah Al-Islamiyah: 119972).
Sumber:
– Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali
– Al-La-ali Al-Bahiyyatu karya Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani
Diterjemahkan oleh Irfan Nugroho (Yg memohon kepada Allah agar dikaruniai anak-anak yg kelak menjadi ulama. Aamiin)
===========
4- الإكثار من الصلاة والسلام عليه
[ ۲۲۲ ] روى أبو داود ، وصححه الألباني عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله : « لا تجعلوا بيوتكم قبورا ( 1 ) ، ولا تجعلوا قبري عيدا ( ٢ ) وصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم ( ۳ ) » ( ) .
صحيح : رواه أبو داود ( ٢٠٤٢ ) صححه الألباني في « صحيح الجامع » ( ٧٢٢٦ ) .
[ ۲۲۳ ] روى مسلم عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضا عنهما ، قال : قال رسول الله : « من صلى علي صلاة ( 4 ) صلى الله عليه بها عشرا ( ٥ ) »
صحیح : رواه مسلم ( 384 ) ، وأبو داوود ( ٥٢٣ )
الشرح
( ۱ ) قوله : « لا تجعلوا بيوتكم قبورا » : أي كالقبور في خلوها عن الصلاة والذكر والعبادة ، بل اشغلوها بذلك ، والمعنى : أعطوا البيوت حظها من الصلاة والعبادة .
( ۲ ) قوله : « ولا تجعلوا قبري عيدا » : العيد اسم لما يعود من الاجتماع العام على وجه معتاد .
( ۳ ) قوله : « وصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم » : أي لا تتكلفوا المعاودة إليّ ، فقد استغنيتم بالصلاة علي .
( ٤ ) قوله : « من صلى على صلاة » : أي واحدة ، وأفضل صيغ الصلاة على النبي : صيغة الواردة في التشهد .
( ٥ ) قوله : « صلّى الله عليه بها عشرا » : أي أعطاه الله بتلك الصلاة الواحدة عشرا من الرحمة .
– ما يستفـاد :
۱- عدم مشروعية الصلاة في المقابر .
۲- استحباب كثرة الصلاة على النبي
٣- عدم جواز الاجتماع عند أي قبر ا للاحتفال با
٤ – الحث على صلاة النافلة في البيت .
٥عظيم منزلة النبي عند ربه سبحانه وتعالى