Pembaca yang budiman, kedudukan orang tua begitu mulia dan urgen di dalam Islam. Buktinya, Nabi ﷺ menyebut bahwa rida Allah bergantung pada rida orang tua. Apa maksud hadis tersebut? Teruskan membaca!
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Rida Allah berada pada rida orang tua. Marahnya Allah berada pada marahnya orang tua, (Sunan At-Tirmidzi: 1899).
Penjelasan Hadis
Tertulis di dalam At-Tanwir Syarah Al-Jami Ash-Shagir (6/257) karya Imam Ash-Shan’ani rahimahullah tentang hadis ini:
Sabda Nabi (رضا الرب) maksudnya:
Rida Rab (Allah) kepada seorang anak
Sabda Nabi (في رضا الوالد) maksudnya:
(Rida Allah kepada seorang anak) berada pada rida orang tua terhadap anak tersebut. Jadi, jika orang tua anak tersebut rida kepada si anak tadi, Allah akan rida kepada anak tersebut.
Sabda Nabi (وسخط الرب في سخط الوالد) maksudnya:
Oleh karena Allah memerintahkan seorang anak untuk:
1. Memuliakan orang tua
2. Menaati orang tua
Maka siapa saja yang mematuhi perintah tersebut, Allah akan rida kepadanya. Sebaliknya, siapa saja yang tidak menuruti perintah tersebut, Allah akan murka kepadanya.
Hanya saja perlu dicatat bahwa menaati orang tua itu selama bukan dalam kemaksiatan. Rasulullah ﷺ bersabda:
Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam urusan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla, (Musnad Ahmad: 1095).
Al-Azizi di dalam Sirajul Munir Syarah Al-Jami Ash-Shagir berkata tentang sabda Nabi ﷺ (murka Allah berada pada murkanya orang tua),
maksudnya selama murka orang tua itu tidak menyelisihi syar’i.
Misal, jika orang tua Anda marah karena Anda menjadi anak yang rajin salat lima waktu di masjid, atau karena Anda bangun malam untuk membaca Qur’an meski dengan suara yang lirih dan tidak menggangu istirahatnya orang tua Anda, Allah tidak murka kepada Anda.
Pelajaran
Di antara pelajaran atau faidah yang bisa diambil dari hadis ini adalah:
1. Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar
Imam Ash-Shan’ani rahimahullah menulis di dalam At-Tanwir Syarah Al-Jami Ash-Shagir tentang hadis ini:
Hadis ini adalah dalil bahwa durhaka merupakan dosa besar.
2. Di antara adab anak kepada orang tua
Menjelaskan hadis ini, Imam Ash-Shan’ani mengutip perkataan Imam Al-Ghazali tentang beberapa adab anak kepada orang tua:
3. Keutamaan Rida Orang Tua
Hadis ini menunjukkan keutamaan atau fadilah rida orang tua. Itulah mengapa Imam At-Tirmidzi memberi judul hadis ini:
Bab tentang di antara keutamaan rida kedua orang tua.
4. Izin Orang Tua dalam Jihad yang Fardu Kifayah
Hadis ini adalah satu dari sekian dalil yang menunjukkan bahwa seseorang harus mendapat izin dari orang tua sebelum berangkat berjihad apabila hukum jihad belum sampai pada level fardu ain.
Syaikh Sa’ad bin Ali al-Qahtani ketika menjelaskan aturan-aturan jihad:
Aturan kedua: Izin kedua orang tua untuk keluar berjihad.
Itu pun dengan syarat bahwa orang tuanya beragama Islam. Beliau berkata:
Tidak boleh keluar jihad kecuali dengan izin kedua orang tua, dengan syarat orang tuanya itu beragama Islam.
Mengapa harus izin orang tua sebelum jihad? Beliau berkata:
Karena berbakti kepada kedua orang tua hukumnya fardu ain, sedang jihad hukumnya fardu kifayah, (Al-Jihad fi Sabilillah: 16).
Karangasem, 10 Mei 2023
Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren At-Taqwa Nguter Sukoharjo)