Adab atau Kaidah Memilih Pemimpin
Pembaca rahimakumullah, berikut adalah dalil tentang adab atau kaidah memilih pemimpin di dalam Islam. Semoga bisa menjadi pegangan bagi kita dalam menentukan pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. AMIN
Pembaca rahimakumullah, sebelum mempelajari tentang kriteria pemimpin, berikut adalah dua kaidah penting dalam memilih pemimpin:
Mencoblos calon yang paling sedikit keburukannya
Dalam hal ini terdapat kaidah, salah satunya sebagaimana yg disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di:
Kebalikannya, jika beberapa keburukan saling bertemu, dipilih yang paling sedikit keburukannya,(Manzhumah Al Qawaid Al Fiqhiyah Lisa’di).
Dalilnya adalah QS Ar-Rum ayat 1 – 4, di mana Allah berfirman:
Alif lam mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan,
di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang
dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang mukmin, (QS Ar-Rum: 1-4).
Tanbih: Jika semua capres buruk, maka pasti yang paling sedikit keburukannya hanya satu. Maka kita memilih kandidat yg paling sedikit keburukannya.
Mencoblos calon yang paling banyak kebaikannya
Dalam hal ini terdapat kaidah, salah satunya sebagaimana yg disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di:
Maka jika beberapa kebaikan saling bertemu, didahulukan yang paling banyak kebaikannya, (Manzhumah Al Qawaid Al Fiqhiyah Lisa’di).
Tanbih: Jika semua kandidat baik, maka pasti yg paling banyak kebaikannya hanya satu, dan kita memilih yg paling banyak kebaikannya.
Pembaca rahimakumullah, berikut adalah kumpulan ayat dan hadis tentang kriteria pemimpin, yg dari sana kita bisa mempertimbangkan mana yg seharusnya kita pilih:
Tidak mencoblos calon non-muslim
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala di dalam QS Ali Imran ayat 28v
Orang-orang yang beriman tidak boleh menjadikan orang-orang kafir sebagai wali, selain dari orang-orang yang beriman, (QS Ali Imran: 28).
Tidak memilih pemimpin zalim
Imam Muslim meriwayatkan dari A’idz bin Amru bin Hilal Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Sungguh, seburuk-buruk pemimpin adalah Al-Huthamat. Jadi, kamu jangan pernah masuk di kalangan mereka, (Sahih Muslim: 1830).
Al-Huthamat artinya:
Pemimpin yg zalim kepada rakyatnya, tidak memiliki sifat welas asih kepada rakyatnya, hatinya keras dan sifatnya kasar kepada rakyatnya, jauh dari sifat lembut dan bijaksana.
Tidak mencoblos calon yg berambisi jadi pemimpin
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa beliau dan dua orang anak pamannya datang bertemu Nabi ﷺ, kemudian salah satunya berkata:
Ya Rasulullah, angkatlah kami sebagai Amir (Pemimpin) atas sebagian (wilayah) yang dipasrahkan Allah azza wa jalla kepada Anda.
Kemudian satunya lagi juga berkata demikian, lalu Rasulullah ﷺ bersabda:
Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang memintanya dan yang berambisi terhadapnya, (Sahih Muslim: 1652).
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdurrahman bin Samirah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:
Jangan meminta jadi pemimpin. Jika kamu menduduki jabatan karena meminta, kamu akan ditelantarkan (tidak ditolong oleh Allah); sedang jika kamu jadi pemimpin tanpa meminta, kamu akan ditolong (oleh Allah) dalam menjalankannya, (Sahih Bukhari: 7147).
Hukum meminta jabatan ada tiga:
1 – Makruh, yakni ketika:
Jika ada orang yg lebih berkompeten daripada dia, maka makruh untuk orang yg kurang berkompeten untuk maju meminta jabatan, (Al-Mausuatul Fiqhiyah).
2 – Haram, yakni ketika:
– Jika dia tidak berkompeten (menjadi pemimpin), haram baginya maju mencalonkan diri sebagai pemimpin, (Al-Mausuatul Fiqhiyah).
– Orang yang mencalonkan diri dan berambisi terhadap jabatan itu karena tujuan dunia, (Asy-Syabakah Al-Islamiyah: 178155).
3 – Wajib, yakni ketika:
Jika tidak ada yg lebih berkompeten untuk jabatan tersebut daripada dirinya, wajib baginya untuk maju dan memintanya atau mencalonkan diri, (Asy-Syabakah Al-Islamiyah: 178155).
Tidak memilih calon pemimpin bodoh dan kekanak-kanakan
Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Adabul Mufrad dari Said bin Sam’an yang berkata:
Saya mendengar Abu Hurairah berdoa meminta perlindungan kepada Allah dari pemimpin yang kekanak-kanakan lagi bodoh, (Adabul Mufrad: 66).
Tidak memberi, menerima, dan menjadi perantara suap
Imam Ahmad meriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Rasulullah ﷺ melaknat pemberi suap, penerima suap, serta Ar-Rāisya, yaitu orang yang berjalan di antara keduanya, (Musnad Ahmad: 21365).
Tidak mencoblos calon dari kalangan wanita
Imam Bukhari meriwayatkan dari Nufai bin Harits atau Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Suatu negeri tidak akan jaya jika mereka memasrahkan urusan kepemimpinan kepada wanita, (Sahih Bukhari: 7099).
Memilih calon yg rekam jejaknya lurus-lurus saja
Memilih pemimpin jangan hanya melihat pada visi-misi atau program kerjanya, tetapi juga rekam jejaknya. Jika seseorang berjanji akan memberantas korupsi, padahal dulunya dia pernah korupsi, maka ini harus diwaspadai. Allah ta’ala mengisahkan tentang kaum Nabi Shalih yang mengakui baiknya akhlak beliau, sehingga mereka ingin agar Nabi Shalih menjadi pemimpin mereka. Allah ta’ala berfirman:
Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, (QS Hud: 62).
Marjuwan, atau “yang kami harapkan,” maksudnya adalah:
Kami berharap Anda menjadi pemimpin bagi kami, (Tafsir At-Tabari).
Mengapa kaum Nabi Tsamud ingin Nabi Shalih menjadi pemimpin mereka? Kata Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di:
Dia terus dikenal sebagai orang yang mulia akhlaknya (etik), karakternya juga baik, dan beliau adalah sosok yang paling baik di antara kaum beliau, (Taisurul Karimir Rahman).
Memilih pemimpin yg jujur
Imam muslim meriwayatkan dari Ma’qil bin Yassar radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Tidaklah seorang hamba diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu dia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga, (Sahih Muslim: 142).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya,” (QS Al-Qashash: 26).
Memilih pemimpin yg amanat dan berilmu
Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Jika amanah sudah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.
Lelaki tersebut pun bertanya kepada nabi ﷺ:
Bagaimana suatu amanah disia-siakan?
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
Jika urusan (kepemimpinan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah datangnya hari kiamat, (Sahih Bukhari: 59).
Tentang makna “orang yang bukan ahlinya,” Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:
Jabatan pemimpin diberikan kepada orang yang bodoh. Manajemen diberikan kepada orang yang tidak paham manajemen, (Syarah Riyadhus Shalihin: 6/653, Li ibni Utsaimin).
Tentang makna “tunggulah datangnya kiamat,” Syaikh Hamzah Qasim mengatakan bahwa maknanya ada dua; 1) tanda semakin dekatnya hari kiamat kubra, atau 2) terjadinya kekacauan di suatu negeri. Beliau berkata:
Jika kepemimpinan dipegang oleh orang yg bukan ahli, entah itu orang yg bodoh atau khianat, dan tidak menjalankannya sebagaimana mestinya maka:
Kebaikan untuk rakyat akan diabaikan
Huru-hara di mana-mana
Kezaliman (ketidakadilan) akan semakin merata
Kebencian dan permusuhan semakin tersebar
Kerukunan di masyarakat menjadi tumbang, (Manarul Qari, Syarah Mukhtashar Sahihul Bukhari: 1/156).
Memilih pemimpin yang penyayang
Imam Bukhari meriwayatkan dari Auf bin Malik radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yg mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, pemimpin yg mendoakan kebaikan kalian dan kalian mendoakan mereka (agar senantiasa diberi hidayah dan taufik untuk berlaku adil).
Dan seburuk-buruk pemimpin adalah yang mereka benci kepada kalian dan kalian benci kepada mereka, mereka mendoakan keburukan bagi kalian dan kalian mendoakan keburukan bagi mereka, (Sahih Muslim: 1855).
Tentang mendoakan pemimpin, kata Syaikh Ibnu Utsaimin, adalah:
Kalian mendoakan mereka, dan mereka mendoakan kalian. Kalian mendoakan pemimpin agar:
– Allah memberi hidayah kepada mereka,
– Allah menjadikan saleh orang-orang dekat mereka,
– Allah memberi mereka taufik untuk menegakkan keadilan, (Syarah Riyadhus Shalihin).
Jadi, jangan mendoakan pemimpin yg zalim agar senantiasa baik-baik saja dan sehat-sehat selalu, tetapi doakan pemimpin seperti yg diajarkan Syaikh Ibnu Utsaimin di atas.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad sahih dari Uqbah bin Amru Tsa’labah atau Abu Mas’ud Radhiyallahu Anhu yang berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan mengajaknya berbicara dan tiba-tiba dia gemetar ketakutan.
Maka beliau bersabda:
Tenangkan dirimu, sesungguhnya aku bukan seorang raja, aku hanyalah anak seorang wanita yang memakan dendeng, (Sunan Ibnu Majah: 3312).
Memilih pemimpin yang menolong rakyatnya
Imam muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah ﷺ berdoa:
Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia, (Sahih Muslim: 1828).
Berani menolong rakyat dan berani melawan musuh yang berbuat zalim kepada rakyat adalah salah satu syarat pemimpin yang ditetapkan oleh Imam Al-Mawardi. Kata beliau:
Syarat keenam: Berani mengayomi rakyatnya, serta berani melawan musuh, (Al-Ahkamus Sultaniyah).
Memilih kandidat yang suka bermusyawarah
Allah ta’ala berfirman:
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, (QS Ali Imran: 159).
Dr. Raghib As-Sirjani tentang hal ini berkata:
Jika calon presiden yang menang ternyata tidak percaya dengan konsep musyawarah, juga tidak mau diikat dengan hasil musyawarah, dia akan berubah menjadi Fir’aun baru.
Memilih kandidat yg teman²nya baik
Imam Abu Dawud meriwayatkan secara marfu dari Aisyah Radhiallahu Anha yang berkata:
Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk pemimpin, Dia menjadikan untuknya seorang ajudan (menteri) yang jujur. Jika pemimpin lupa (dengan kewajiban dan hak yg harus ditunaikan), ajudan itu akan mengingatkannya dan jika pemimpinnya ingat, ajudan itu akan menolongnya.
Dan apabila Allah menghendakinya selain itu, Dia menjadikan untuknya ajudan (menteri) yang jahat. Jika pemimpin lupa (dengan kewajiban dan hak yg harus ditunaikan), ajudan tidak akan mengingatkannya dan jika pemimpinnya ingat, ajudan itu tidak menolongnya, (Sunan Abu Dawud: 2932).
Memilih pemimpin yang memiliki hikmah, bersifat adil, dan tidak bakhil
Imam As-Suyuti di dalam Al-Jami Ash-Shagir Wa Ziyadatihi meriwayatkan dari Mihran secara marfu yang berkata:
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa, maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana, dan dijadikan ulama-ulama mereka yang mengendalikan hukum & peradilan, Allah juga jadikan harta perbendaharaan di tangan orang-orang dermawan.
Tetapi jika Allah menghendaki kehancuran suatu bangsa, maka dipilihlah pemimpin-pemimpin mereka dari orang-orang sufaha (dungu), hukum dikendalikan oleh orang-orang yang dzalim (jahil), dan harta benda dikuasai oleh segelintir orang yang bakhil, (Al-Jami Ash-Shagir Wa Ziyadatihi: 1356).
Karangasem, 21 Januari 2023
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni ibunya, merahmatinya, serta menempatkannya di surga. AMIN)