Adab

Membuatkan Makanan untuk Keluarga yg Berduka

Di antara adab seorang muslim ketika ada tetangga yang meninggal dunia adalah membuatkan makanan untuk keluarga yg berduka cita tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam kitabnya Sahihul Adab Al-Islamiyah bab Adabu Takziyah.

Hadits Membuatkan Makanan untuk Keluarga yg Berduka

Imam Abu Dawud meriwayatkan suatu hadis yg dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani dari Abdullah bin Ja’far[1] Radhiyallahu Anhuma yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda:

اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَإِنَّهُ قَدْ أَتَاهُمْ أَمْرٌ شَغَلَهُمْ

“Buatkan untuk keluarga Ja’far makanan.[2] Sungguh, telah datang kepada mereka perkara yg menyibukkan mereka,”[3] [Sunan Abu Dawud: 3132].

PENJELASAN:

[1] Abdullah bin Ja’far di sini adalah Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib Al-Quraisy Al-Hasyimi. Beliau adalah anak dari Asma binti Umais dari Habasyah. Beliau termasuk anak-anak yg pertama masuk Islam karena ikut hijrah bersama ayahnya ke Madinah. Beliau meninggal di Madinah di tahun 80 H sedang usia beliau 80 tahun. Ketika beliau meninggal, jenazahnya disalati oleh Aban bin Ustman, walikota Madinah kala itu.

[2] Sabda beliau, “Buatkan untuk keluarga Ja’far makanan” maksudnya makanan untuk keluarga yg sedang berduka. Karena ketika memerintahkan hal itu, telah datang kabar kepada keluarga Ja’far tentang syahidnya Ja’far di Mu’tah, tempat berlangsungnya perang Tabuk tahun delapan (8) hijriah.

[3] Sabda beliau, “Sungguh, telah datang kepada mereka perkara yg menyibukkan mereka” maksudnya telah datang kepada mereka suatu perkara yg mencegah dari mereka untuk menyiapkan makanan bagi diri mereka sendiri. Jika dibiarkan seperti itu terus, mereka akan mengalami kondisi yg berbahaya, seperti kelaparan, kehausan, pingsan atau yg semisal, dan saat itu mereka tidak sadar karena mereka sedang hanyut dalam kesedihan atas meninggalnya keluarga mereka.

BACA JUGA:  Ikhlas dalam Puasa Seperti Apa?

PELAJARAN:

Ketika menjelaskan hadis ini, Syaikh Khalid Al-Jauhani menyuguhkan dua pelajaran:

١ – يَنْبَغِي لِأَقَارِبِ الْمَيِّتِ أَنْ يُرْسِلُوا إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ طَعَامًا لِاشْتِغَالِهِمْ عَنْ أَنْفُسِهِمْ بِمَا دَهَمَهُمْ مِنَ الْمُصِيبَةِ 

Hendaknya orang-orang yg berdekatan (secara nasab atau geografis) dengan keluarga jenazah untuk mengirim kepada keluarga yg berduka cita itu makanan, karena keluarga yg sedang berduka sedang sibuk mengurus diri mereka sendiri dengan musibah yg sedang menimpa mereka.

٢ – سَمَاحَةُ الْإِسْلَامِ وَعَظِيمُ دَعْوَتِهِ حَيْثُ يَدْعُو إِلَى تَوْطِينِ الْعَلَاقَاتِ بَيْنَ أَفْرَدَا الْمُجْتَمَعِ

Hadis ini menunjukkan kemuliaan agama Islam juga betapa agungnya seruan Islam, yaitu ketika di dalamnya terdapat anjuran untuk membangun hubungan di antara anggota masyarakat.

Sumber:

– Sahihul Adab Al-Islamiyah karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali

– Al-La-ali Al-Bahiyyatu karya Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani

Diterjemahkan di rumah mertua oleh Irfan Nugroho (Guru di PPTQ At-Taqwa, yg semoga Allah berikan hidayah Islam bagi ayah mertuanya yang masih menganut kejawen dan “sembahyang” dengan caranya sendiri. Aamiin)

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button